Apa Arti Tawakal dan Dalilnya, Memahami Konsep Penting dalam Islam

Pelajari makna mendalam tawakal dalam Islam, manfaatnya bagi kehidupan, serta cara menerapkannya dengan benar dalam keseharian Anda.

oleh Laudia Tysara diperbarui 06 Feb 2025, 20:03 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2025, 20:03 WIB
Ilustrasi muslimah senyum, Islami
Ilustrasi muslimah senyum, Islami. (Photo Copyright by Freepik)... Selengkapnya
Daftar Isi

Liputan6.com, Jakarta - Tawakal merupakan salah satu konsep penting dalam ajaran Islam yang sering disalahpahami. Banyak yang mengira tawakal berarti pasrah tanpa usaha, padahal sebenarnya tidak demikian. Lalu apa sebenarnya arti tawakal yang benar menurut Islam? Bagaimana cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari? Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang makna, manfaat, dan penerapan tawakal yang sesuai dengan ajaran Islam.

Pengertian Tawakal dalam Islam

Secara bahasa, tawakal berasal dari kata bahasa Arab "wakala" yang berarti menyerahkan, mewakilkan atau mempercayakan. Dalam terminologi Islam, tawakal memiliki makna yang lebih dalam dan spesifik.

Menurut para ulama, tawakal adalah sikap berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT setelah melakukan usaha maksimal. Ini berarti tawakal bukan berarti berpangku tangan tanpa usaha, melainkan berusaha sekuat tenaga lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah.

Imam Al-Ghazali mendefinisikan tawakal sebagai "menyandarkan kepada Allah SWT tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram."

Sementara itu, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan bahwa tawakal adalah "amalan dan ibadah hati dengan menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas segala keputusan-Nya, dengan keyakinan bahwa Allah akan memberikan segala 'kecukupan' bagi dirinya."

Dari berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa esensi tawakal adalah:

  • Berusaha maksimal sesuai kemampuan
  • Berserah diri sepenuhnya kepada Allah atas hasil usaha tersebut
  • Meyakini bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah
  • Ridha dan ikhlas menerima segala keputusan Allah
  • Tetap bersabar dan tidak putus asa jika hasil tidak sesuai harapan

Jadi, tawakal bukanlah sikap pasif dan fatalistik. Justru tawakal mengandung unsur ikhtiar (usaha) yang kuat disertai keyakinan bahwa Allah-lah yang menentukan hasilnya. Inilah makna tawakal yang benar menurut ajaran Islam.

Landasan Tawakal dalam Al-Quran dan Hadits

Konsep tawakal memiliki landasan yang kuat dalam Al-Quran dan hadits. Berikut beberapa ayat Al-Quran dan hadits yang menjadi dasar anjuran untuk bertawakal:

Ayat Al-Quran tentang Tawakal

1. "Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. Al-Maidah: 23)

2. "Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Ath-Thalaq: 3)

3. "Katakanlah: "Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (QS. At-Taubah: 51)

4. "Dan kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal." (QS. Ibrahim: 11)

Hadits tentang Tawakal

1. Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, maka Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung. Burung tersebut pergi di pagi hari dalam keadaan lapar, lalu pulang di sore hari dalam keadaan kenyang." (HR. Tirmidzi)

2. Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Ikatlah untamu dan bertawakallah (kepada Allah)." (HR. Tirmidzi)

3. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Barangsiapa yang ingin menjadi orang yang paling kuat, hendaklah ia bertawakal kepada Allah." (HR. Ahmad)

Ayat-ayat dan hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya tawakal dalam kehidupan seorang muslim. Allah memerintahkan kita untuk bertawakal dan menjanjikan kecukupan bagi orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.

Perbedaan Tawakal dan Pasrah

Seringkali tawakal disalahartikan sebagai sikap pasrah tanpa usaha. Padahal, ada perbedaan mendasar antara tawakal dan pasrah. Berikut penjelasannya:

Pengertian Pasrah

Pasrah dalam KBBI diartikan sebagai menyerah(kan) sepenuhnya, menurut saja (pada nasib, keadaan, dan sebagainya). Dalam konteks keagamaan, pasrah sering dimaknai sebagai sikap menyerah pada takdir tanpa melakukan usaha apapun.

Perbedaan Tawakal dan Pasrah

1. Usaha

  • Tawakal: Melakukan usaha maksimal sebelum berserah diri
  • Pasrah: Cenderung tidak melakukan usaha, langsung menyerah pada keadaan

2. Sikap terhadap takdir

  • Tawakal: Meyakini takdir namun tetap berusaha mengubah keadaan ke arah yang lebih baik
  • Pasrah: Menerima takdir apa adanya tanpa berusaha mengubah

3. Peran manusia

  • Tawakal: Manusia berperan aktif dalam usaha, Allah yang menentukan hasil
  • Pasrah: Manusia cenderung pasif, menyerahkan segalanya pada takdir

4. Motivasi

  • Tawakal: Memotivasi untuk berusaha maksimal
  • Pasrah: Cenderung mengurangi motivasi untuk berusaha

5. Sikap mental

  • Tawakal: Optimis dan penuh harap pada pertolongan Allah
  • Pasrah: Cenderung pesimis dan menyerah pada keadaan

Jadi, tawakal berbeda dengan pasrah. Tawakal mengandung unsur ikhtiar (usaha) yang kuat, sementara pasrah cenderung menyerah tanpa usaha. Islam mengajarkan tawakal, bukan pasrah.

Tingkatan Tawakal dalam Islam

Para ulama membagi tawakal menjadi beberapa tingkatan berdasarkan kualitas dan kedalaman sikap berserah diri seseorang kepada Allah. Berikut adalah tingkatan-tingkatan tawakal menurut para ulama:

1. Tawakal al-Mubtadi'in (Tawakal Pemula)

Ini adalah tingkatan tawakal paling dasar. Pada level ini, seseorang mulai menyadari pentingnya berserah diri kepada Allah, namun masih sering goyah dan belum konsisten. Ciri-cirinya:

  • Masih sering khawatir dan cemas tentang hasil usahanya
  • Belum sepenuhnya yakin akan pertolongan Allah
  • Terkadang masih bergantung pada selain Allah
  • Tawakal hanya pada hal-hal tertentu saja

2. Tawakal al-Mutawassitin (Tawakal Menengah)

Pada tingkatan ini, kualitas tawakal seseorang sudah lebih baik. Ia sudah mulai konsisten dalam bertawakal meski kadang masih goyah. Ciri-cirinya:

  • Sudah lebih yakin akan pertolongan Allah
  • Mulai bisa mengurangi kekhawatiran akan hasil usahanya
  • Tawakal sudah diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan
  • Masih sesekali tergoda untuk bergantung pada selain Allah

3. Tawakal al-Muntahin (Tawakal Tingkat Tinggi)

Ini adalah tingkatan tawakal tertinggi yang hanya bisa dicapai oleh orang-orang yang sudah mencapai level spiritual tinggi. Ciri-cirinya:

  • Keyakinan penuh bahwa segala sesuatu adalah kehendak Allah
  • Tidak ada kekhawatiran sama sekali akan hasil usahanya
  • Hatinya selalu tenang dalam segala situasi
  • Tawakal menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya
  • Tidak pernah bergantung pada selain Allah

4. Tawakal al-Khawas (Tawakal Orang-orang Khusus)

Beberapa ulama menambahkan tingkatan ini sebagai level tertinggi tawakal. Ini adalah tawakal para nabi, rasul, dan orang-orang yang sangat dekat dengan Allah. Ciri-cirinya:

  • Menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah tanpa sisa
  • Tidak memiliki keinginan pribadi, hanya mengikuti kehendak Allah
  • Merasa bahagia dengan apapun yang Allah tetapkan
  • Tawakal menjadi nafas kehidupannya

Setiap muslim hendaknya berusaha meningkatkan kualitas tawakalnya dari waktu ke waktu. Dimulai dari tingkatan dasar, terus berproses menuju tingkatan yang lebih tinggi. Kunci untuk meningkatkan kualitas tawakal adalah dengan memperkuat iman, memperbanyak ibadah, dan terus melatih diri untuk berserah kepada Allah dalam segala situasi.

Manfaat Tawakal dalam Kehidupan

Menerapkan sikap tawakal dalam kehidupan sehari-hari membawa banyak manfaat, baik secara spiritual maupun psikologis. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari sikap tawakal:

1. Ketenangan Jiwa

Tawakal membuat jiwa menjadi tenang karena kita meyakini bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah. Kita tidak lagi terbebani oleh kekhawatiran berlebihan akan hasil usaha kita. Ketenangan ini sangat bermanfaat untuk kesehatan mental dan fisik.

2. Mengurangi Stres dan Kecemasan

Dengan bertawakal, kita belajar untuk melepaskan kontrol atas hal-hal yang di luar kemampuan kita. Ini sangat efektif dalam mengurangi stres dan kecemasan yang sering muncul akibat terlalu mengkhawatirkan hasil atau masa depan.

3. Meningkatkan Motivasi

Kebalikan dari anggapan umum, tawakal justru meningkatkan motivasi. Karena kita yakin Allah akan memberikan yang terbaik, kita terdorong untuk berusaha maksimal dalam setiap tindakan.

4. Membangun Ketahanan Mental

Tawakal membantu kita membangun ketahanan mental yang kuat. Kita menjadi lebih tahan menghadapi kegagalan atau hasil yang tidak sesuai harapan, karena kita yakin itulah yang terbaik menurut Allah.

5. Meningkatkan Hubungan dengan Allah

Tawakal memperkuat hubungan kita dengan Allah. Kita menjadi lebih dekat dan lebih bergantung kepada-Nya, yang pada gilirannya meningkatkan kualitas keimanan kita.

6. Mengembangkan Sikap Positif

Tawakal mendorong kita untuk selalu berpikir positif. Kita menjadi lebih optimis dalam menghadapi tantangan hidup, karena yakin Allah selalu bersama kita.

7. Meningkatkan Produktivitas

Dengan berkurangnya stres dan kecemasan, serta meningkatnya motivasi, tawakal secara tidak langsung meningkatkan produktivitas kita dalam bekerja atau beraktivitas.

8. Memperkuat Kesabaran

Tawakal mengajarkan kita untuk bersabar dalam menghadapi hasil usaha kita. Ini membantu kita menjadi pribadi yang lebih sabar dan tabah dalam berbagai situasi.

9. Meningkatkan Rasa Syukur

Sikap tawakal membuat kita lebih mudah bersyukur atas apapun yang kita terima. Kita meyakini bahwa apapun yang Allah berikan adalah yang terbaik untuk kita.

10. Membebaskan dari Ketergantungan pada Makhluk

Tawakal membebaskan kita dari ketergantungan berlebihan pada makhluk atau hal-hal duniawi. Kita menjadi lebih mandiri secara spiritual karena hanya bergantung pada Allah.

Dengan begitu banyak manfaat, tidak heran jika Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menerapkan sikap tawakal dalam kehidupan sehari-hari. Tawakal bukan hanya bermanfaat secara spiritual, tapi juga membawa dampak positif bagi kesehatan mental dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Cara Menerapkan Tawakal dalam Kehidupan Sehari-hari

Menerapkan tawakal dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan latihan dan konsistensi. Berikut adalah beberapa cara praktis untuk menerapkan sikap tawakal:

1. Perkuat Iman dan Pengetahuan Agama

Langkah pertama untuk bertawakal adalah memperkuat iman dan pengetahuan agama. Semakin kuat iman kita, semakin mudah untuk bertawakal. Caranya:

  • Rajin membaca dan mempelajari Al-Quran
  • Menghadiri kajian-kajian keislaman
  • Membaca buku-buku tentang keimanan
  • Berinteraksi dengan orang-orang saleh

2. Lakukan Usaha Maksimal

Tawakal bukan berarti pasrah tanpa usaha. Justru kita harus berusaha semaksimal mungkin sebelum bertawakal. Contohnya:

  • Jika ingin sukses dalam ujian, belajar dengan giat
  • Jika ingin sukses dalam karir, bekerja dengan sungguh-sungguh
  • Jika ingin sehat, jaga pola makan dan olahraga teratur

3. Berdoa dengan Sungguh-sungguh

Setelah berusaha, jangan lupa untuk berdoa. Berdoa adalah bentuk komunikasi kita dengan Allah dan bagian penting dari tawakal. Tips berdoa:

  • Berdoa dengan khusyuk dan penuh keyakinan
  • Pilih waktu-waktu mustajab untuk berdoa
  • Awali dan akhiri doa dengan pujian kepada Allah

4. Serahkan Hasil kepada Allah

Inilah inti dari tawakal. Setelah berusaha dan berdoa, serahkan hasilnya sepenuhnya kepada Allah. Caranya:

  • Ucapkan dalam hati "Ya Allah, aku serahkan semuanya kepada-Mu"
  • Yakini bahwa apapun hasilnya adalah yang terbaik dari Allah
  • Jangan terlalu mengkhawatirkan hasil

5. Terima Hasil dengan Ikhlas

Apapun hasil yang diberikan Allah, terimalah dengan ikhlas. Jika sesuai harapan, bersyukurlah. Jika tidak, tetap bersabar dan yakin ada hikmah di baliknya.

6. Latih Diri untuk Tidak Bergantung pada Selain Allah

Tawakal berarti hanya bergantung pada Allah. Latihlah diri untuk tidak terlalu bergantung pada makhluk atau hal-hal duniawi. Contohnya:

  • Jangan terlalu mengandalkan orang lain dalam menyelesaikan masalah
  • Jangan terlalu bergantung pada harta atau jabatan

7. Perbanyak Dzikir

Dzikir membantu menguatkan hati dan meningkatkan kedekatan dengan Allah. Perbanyak dzikir dalam keseharian, seperti:

  • Membaca istighfar
  • Mengucapkan tasbih, tahmid, dan takbir
  • Membaca shalawat

8. Renungkan Kekuasaan Allah

Merenungkan kebesaran dan kekuasaan Allah akan membantu memperkuat tawakal. Caranya:

  • Perhatikan keindahan alam ciptaan Allah
  • Renungkan betapa kecilnya kita di hadapan Allah
  • Ingat-ingat nikmat Allah yang tak terhitung

9. Belajar dari Kisah-kisah Inspiratif

Banyak kisah inspiratif tentang tawakal dalam sejarah Islam. Pelajari kisah-kisah tersebut untuk memperkuat semangat bertawakal. Misalnya:

  • Kisah Nabi Ibrahim yang dibakar tapi diselamatkan Allah
  • Kisah Ashabul Kahfi yang bertawakal dalam gua

10. Evaluasi dan Tingkatkan Terus

Tawakal adalah proses yang terus-menerus. Evaluasi secara berkala kualitas tawakal Anda dan terus tingkatkan. Bisa dengan cara:

  • Introspeksi diri secara rutin
  • Minta nasihat dari orang yang lebih paham agama
  • Terus belajar dan memperbaiki diri

Dengan menerapkan langkah-langkah di atas secara konsisten, InsyaAllah kita akan bisa meningkatkan kualitas tawakal kita dari waktu ke waktu. Ingatlah bahwa tawakal adalah proses seumur hidup yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan.

Kesalahpahaman Umum tentang Tawakal

Meskipun tawakal adalah konsep yang sangat penting dalam Islam, seringkali terjadi kesalahpahaman tentang makna dan penerapannya. Berikut adalah beberapa kesalahpahaman umum tentang tawakal dan penjelasannya:

1. Tawakal Berarti Tidak Perlu Berusaha

Kesalahpahaman: Banyak yang mengira tawakal berarti hanya berdoa dan tidak perlu berusaha.

Penjelasan: Tawakal justru mengharuskan kita untuk berusaha maksimal sebelum menyerahkan hasilnya kepada Allah. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Ikatlah untamu, lalu bertawakallah (kepada Allah)." (HR. Tirmidzi)

2. Tawakal Hanya untuk Hal-hal Besar

Kesalahpahaman: Sebagian orang menganggap tawakal hanya perlu diterapkan dalam masalah-masalah besar.

Penjelasan: Tawakal seharusnya diterapkan dalam segala aspek kehidupan, baik besar maupun kecil. Dari urusan pekerjaan hingga hal-hal sederhana dalam keseharian.

3. Bertawakal Berarti Pasrah pada Nasib

Kesalahpahaman: Ada yang menyamakan tawakal dengan sikap pasrah pada nasib.

Penjelasan: Tawakal berbeda dengan pasrah. Tawakal melibatkan usaha aktif sebelum berserah diri, sementara pasrah cenderung menyerah tanpa usaha.

4. Tawakal Menghilangkan Tanggung Jawab

Kesalahpahaman: Beberapa orang berpikir dengan bertawakal, mereka tidak perlu bertanggung jawab atas tindakan mereka.

Penjelasan: Tawakal justru mengajarkan tanggung jawab. Kita bertanggung jawab untuk berusaha maksimal, baru kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah.

5. Tawakal Membuat Orang Menjadi Lemah

Kesalahpahaman: Ada anggapan bahwa orang yang bertawakal akan menjadi lemah dan tidak berdaya.

Penjelasan: Sebaliknya, tawakal justru membuat seseorang menjadi kuat secara mental. Tawakal memberikan ketenangan dan ketabahan dalam menghadapi berbagai situasi.

6. Tawakal Hanya untuk Orang-orang Tertentu

Kesalahpahaman: Beberapa orang menganggap tawakal hanya untuk orang-orang yang sangat religius atau orang-orang tertentu saja.

Penjelasan: Tawakal adalah kewajiban setiap muslim, terlepas dari tingkat religiusitas atau status sosialnya. Setiap orang bisa dan harus bertawakal sesuai kemampuannya.

7. Bertawakal Berarti Tidak Boleh Merencana

Kesalahpahaman: Ada yang berpikir orang yang bertawakal tidak boleh membuat rencana untuk masa depan.

Penjelasan: Tawakal tidak melarang perencanaan. Justru kita dianjurkan untuk membuat rencana dan strategi, namun tetap menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah.

8. Tawakal Berarti Tidak Boleh Sedih atau Kecewa

Kesalahpahaman: Beberapa orang mengira orang yang bertawakal tidak boleh merasa sedih atau kecewa sama sekali.

Penjelasan: Tawakal tidak menghilangkan emosi manusiawi. Kita boleh merasa sedih atau kecewa, tapi tidak berlarut-larut dan tetap menerima ketetapan Allah.

9. Tawakal Hanya Saat Menghadapi Masalah

Kesalahpahaman: Ada yang menganggap tawakal hanya perlu saat menghadapi masalah atau kesulitan.

Penjelasan: Tawakal seharusnya menjadi sikap hidup sehari-hari, baik saat senang maupun susah, saat mudah maupun sulit.

10. Tawakal Berarti Tidak Perlu Berhati-hati

Kesalahpahaman: Beberapa orang berpikir dengan bertawakal, mereka tidak perlu berhati-hati atau waspada.

Penjelasan: Tawakal tidak menghilangkan kewaspadaan. Kita tetap perlu berhati-hati dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan.

Memahami dan meluruskan kesalahpahaman-kesalahpahaman ini sangat penting agar kita bisa menerapkan tawakal dengan benar sesuai ajaran Islam. Tawakal yang benar justru akan membuat kita lebih produktif, lebih kuat menghadapi tantangan, dan lebih dekat dengan Allah SWT.

Kesimpulan

Tawakal merupakan konsep penting dalam Islam yang sering disalahpahami. Pada hakikatnya, tawakal adalah sikap berserah diri kepada Allah setelah melakukan usaha maksimal. Ini bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan menggabungkan ikhtiar manusia dengan keyakinan penuh pada kekuasaan Allah.

Penerapan tawakal yang benar membawa banyak manfaat, baik secara spiritual maupun psikologis. Mulai dari ketenangan jiwa, pengurangan stres, hingga peningkatan motivasi dan produktivitas. Tawakal juga memperkuat hubungan kita dengan Allah dan membantu kita menghadapi berbagai tantangan hidup dengan lebih baik.

Untuk menerapkan tawakal dalam kehidupan sehari-hari, diperlukan pemahaman yang benar, latihan yang konsisten, dan evaluasi terus-menerus. Mulai dari memperkuat iman, melakukan usaha maksimal, berdoa dengan sungguh-sungguh, hingga menerima hasil dengan ikhlas - semua ini adalah bagian dari proses bertawakal.

Penting juga untuk menghindari kesalahpahaman umum tentang tawakal, seperti anggapan bahwa tawakal berarti tidak perlu berusaha atau hanya untuk hal-hal besar saja. Pemahaman yang benar akan membantu kita menerapkan tawakal secara lebih efektif dalam kehidupan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya