Liputan6.com, Jakarta Di tengah kerasnya dunia pertambangan yang selama ini identik dengan laki-laki, hadir sosok-sosok perempuan tangguh di PT Bukit Asam Tbk atau PTBA yang perlahan namun pasti mematahkan stereotip tersebut.
Ya, Peni Rostiarti mengawali kariernya pada tahun 2009 sebagai bagian dari tim eksplorasi. Pengalaman pertamanya menembus belantara, dengan rekan tim yang semua laki-laki, tak membuatnya gentar.
Advertisement
Baca Juga
Bahkan ketika diminta menunggu di mobil, Peni memilih untuk ikut merasakan langsung kerasnya area lapangan. Lumpur sungai yang menguji ketahanan sepatu botnya dan gigitan pacet yang tak terhindarkan justru menjadi kenangan tersendiri yang diceritakannya dengan tawa.
Advertisement
Baginya, membawa sampel batu bara seberat lima kilogram keluar dari hutan adalah pembuktian bahwa perempuan juga memiliki kekuatan menaklukkan tantangan di dunia pertambangan. Kini, dedikasi dan kemampuannya mengantarkannya mengemban amanah sebagai AVP Geologi & Pemboran PTBA.
"Saya mencoba, saya ingin ikut dan belajar. Jadi lama-lama dipercaya juga," ujar Peni.
Semangat serupa juga dirasakan dalam diri Aninda Rizki Dhani Susanto, AM Analis Data Ukur & Kartografi PTBA. Pekerjaan yang menuntutnya membawa peralatan berat seperti Total Station (TS), California Bearing Ratio (CBR), dan GPS ke lokasi pemetaan di perbukitan dan hutan tak menyurutkan langkahnya.
Dengan keberanian dan ketekunan, Anin membuktikan bahwa perempuan juga cakap dalam pekerjaan yang identik dengan kekuatan fisik.
"Dalam pekerjaan pemetaan kita lebih banyak di lapangan, bawa alat-alat yang berat ke lokasi seperti bukit dan hutan. Ternyata kami perempuan juga mampu dan bisa," ujar Anin.
Peni meyakini bahwa kepemimpinan perempuan memiliki keunggulan dalam hal empati, yang memungkinkan adanya perspektif yang lebih holistik.
"Perempuan itu cenderung lebih kompleks dalam mengambil keputusan, tidak hanya mempertimbangkan dengan logika tapi juga dengan hati. Hal ini membawa keseimbangan antara ketegasan dan empati," ujarnya.
Lebih dari sekadar pekerja tambang yang kompeten, Peni, Anin, dan Kartini-Kartini modern lainnya di PTBA juga mengemban peran ganda sebagai ibu. Setelah bekerja, mereka memiliki peran lain yang tak kalah penting, yaitu sebagai seorang ibu.
"Sebagai perempuan, kita harus membagi dengan baik waktu antara tugas di kantor dan rumah tangga, benar-benar harus ada prioritas. Kalau sudah di kantor, prioritas kerja. Kalau sudah lewat jam kerja, kerjakan aktivitas rumah tangga,"Â ungkap Peni.
Peran yang Tak Mudah
Namun, mengemban peran ganda bukanlah perkara mudah, seperti yang dirasakan oleh Dzakkiyyah Nur Khairunissa, Enjinir Geoteknik PTBA. Kelelahan sepulang kerja tak menghalanginya menyambut sang buah hati dengan senyuman. Di tengah kantuk, ia tetap sabar mendengarkan cerita dan menemani anaknya bermain.
"Kebetulan anak saya baru 2 tahun, usia yang sedang membutuhkan perhatian besar, lagi lincah-lincahnya. Asupan nutrisinya juga harus diperhatikan. Kita sebagai ibu banyak pikiran, tapi di sisi lain harus berperan juga menjalankan tugas di kantor," tuturnya.
Keterbatasan waktu membuatnya harus pandai-pandai memanfaatkannya.
"Kadang kita sudah capek, tapi anak masih ingin bermain. Pernah suatu saat saya menolak bermain dan mengajak istirahat saja, lalu anak saya sedih. Saya jadi menyesal dan merasa bersalah," ungkapnya jujur.
Dalam menjalankan peran ganda ini, dukungan dari keluarga dan lingkungan kerja menjadi krusial. Dzakkiyyah merasakan betul manfaat komunikasi yang baik dengan suami, rekan kerja, dan atasan.
"Misalnya ketika anak lagi sakit, sementara di kantor ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Di sini kita perlu berbagi peran dengan suami. Misalnya pekerjaan suami sedang tidak banyak, dia yang menemani anak saya yang sedang sakit. Dukungan dari keluarga dan lingkungan kerja sangat dibutuhkan," ujar Dzakiyyah.
"Komunikasi dengan atasan saya serta rekan kerja untuk bisa memahami kondisi yang mendesak seperti itu juga menjadi hal yang penting," jelasnya.
Meski penuh tantangan, Dzakkiyyah merasa bangga dapat menjalankan kedua perannya. Sebagai perempuan pekerja tambang, ia tak hanya berkontribusi pada pembangunan peradaban, tetapi juga membangun masa depan keluarganya. Pesannya bagi perempuan lain adalah untuk tidak pernah membatasi diri.
"Jangan takut untuk bermimpi. Yang penting kita berani, tekun, dan mau mengembangkan diri, pasti bisa," tegasnya penuh semangat.
Advertisement
Komitmen PTBA
Peringatan Hari Kartini setiap 21 April menjadi momentum bagi PTBA, sebagai bagian dari Grup MIND ID, untuk menegaskan komitmennya dalam mendorong kesetaraan gender di sektor pertambangan batu bara.
Corporate Secretary PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Niko Chandra mengungkapkan, perusahaan terus berupaya memperluas ruang bagi pekerja perempuan untuk berkarya, berprestasi, dan mengembangkan karier.
"Kami menyadari peran penting para pekerja perempuan yang turut mendukung tercapainya visi misi perusahaan. Melalui peringatan Hari Kartini ini, PTBA menegaskan komitmen untuk terus meningkatkan peran aktif pekerja perempuan dalam upaya menghadirkan Energi Tanpa Henti untuk negeri," ujarnya.
Para pekerja perempuan di PTBA telah menunjukkan dedikasi yang tinggi dalam berbagai bidang, turut mewujudkan visi perusahaan menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan.
Untuk mencapai kesetaraan gender, PTBA berupaya menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, memberikan peluang yang sama tanpa diskriminasi gender, serta membangun budaya perusahaan yang mendukung peran perempuan di sektor pertambangan.
"PTBA menjunjung tinggi nilai inklusi dan keberagaman dalam pengelolaan sumber daya manusia. Kami membuka kesempatan yang sebesar-besarnya bagi para Kartini di sektor pertambangan untuk berkarya dan bertumbuh bersama," ujar Niko.
Hingga Desember 2024, PTBA memiliki 332 pekerja perempuan, yang setara dengan 19,7 persen dari total karyawan. Lebih membanggakan lagi, 91 di antaranya telah menduduki posisi manajemen tingkat menengah hingga atas. Kehadiran para pemimpin perempuan ini membawa warna baru dalam pengambilan keputusan di PTBA.
Â
(*)
