Liputan6.com, Jakarta Takabur merupakan salah satu sifat tercela yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Sifat ini dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain, serta menjadi penghalang seseorang untuk masuk surga. Namun, masih banyak orang yang belum memahami apa sebenarnya arti takabur dan bagaimana cara menghindarinya. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang pengertian takabur, ciri-cirinya, dampak negatifnya, serta cara-cara untuk menghindari sifat tercela ini.
Pengertian Takabur dalam Islam
Takabur berasal dari bahasa Arab yang artinya sombong atau angkuh. Dalam Islam, takabur didefinisikan sebagai sikap membanggakan diri secara berlebihan dan memandang rendah orang lain. Orang yang takabur merasa dirinya lebih hebat, lebih pintar, atau lebih mulia dibandingkan orang lain.
Menurut para ulama, takabur terbagi menjadi dua jenis:
- Takabur lahiriah: Kesombongan yang tampak dari sikap dan perilaku seseorang, seperti cara berjalan yang angkuh atau berbicara dengan nada merendahkan.
- Takabur batiniah: Kesombongan yang ada di dalam hati seseorang, seperti merasa diri paling benar atau menganggap orang lain tidak ada apa-apanya.
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS. Luqman: 18)
Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa Allah SWT sangat membenci sifat takabur dan memerintahkan kita untuk menjauhinya.
Advertisement
Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Sifat Takabur
Untuk dapat menghindari sifat takabur, kita perlu mengenali ciri-cirinya terlebih dahulu. Berikut adalah beberapa ciri orang yang memiliki sifat takabur:
- Selalu merasa diri paling benar dan sulit menerima kritik atau saran dari orang lain
- Suka meremehkan atau merendahkan kemampuan orang lain
- Enggan mengakui kesalahan dan sulit meminta maaf
- Senang dipuji dan mencari perhatian
- Suka memamerkan kelebihan atau harta yang dimiliki
- Sulit menghargai pendapat atau prestasi orang lain
- Merasa diri paling religius atau paling dekat dengan Allah SWT
- Mudah tersinggung jika merasa harga dirinya direndahkan
- Suka membanding-bandingkan diri dengan orang lain
- Sulit berempati dan memahami perasaan orang lain
Penting untuk diingat bahwa ciri-ciri ini bisa berbeda-beda pada setiap orang, dan tidak semua orang yang memiliki salah satu ciri di atas pasti memiliki sifat takabur. Namun, jika kita menemukan beberapa ciri tersebut pada diri kita, ada baiknya untuk melakukan introspeksi diri.
Penyebab Munculnya Sifat Takabur
Sifat takabur tidak muncul begitu saja, melainkan ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi sombong. Memahami penyebab-penyebab ini penting agar kita dapat lebih mudah menghindari atau mengatasi sifat takabur. Berikut adalah beberapa penyebab utama munculnya sifat takabur:
- Kurangnya pengetahuan dan pemahaman agama: Orang yang tidak memahami ajaran agama dengan baik cenderung lebih mudah terjebak dalam kesombongan. Mereka tidak menyadari bahwa segala kelebihan yang dimiliki adalah anugerah dari Allah SWT.
- Pengaruh lingkungan: Lingkungan yang kompetitif dan materialistis dapat mendorong seseorang untuk selalu ingin terlihat lebih baik dari orang lain, yang pada akhirnya dapat mengarah pada sikap takabur.
- Pola asuh yang salah: Anak-anak yang terlalu dimanja atau selalu dipuji secara berlebihan oleh orang tuanya cenderung tumbuh menjadi pribadi yang sombong.
- Trauma masa lalu: Pengalaman buruk di masa lalu, seperti pernah direndahkan atau dihina, dapat membuat seseorang berusaha terlalu keras untuk membuktikan diri hingga akhirnya menjadi sombong.
- Ketidakmampuan mengelola keberhasilan: Orang yang tidak bisa mengelola keberhasilan dengan baik cenderung menjadi sombong ketika mencapai prestasi tertentu.
Dengan memahami penyebab-penyebab ini, kita dapat lebih waspada dan berusaha untuk menghindari faktor-faktor yang dapat memicu munculnya sifat takabur dalam diri kita.
Advertisement
Dampak Negatif Sifat Takabur
Sifat takabur bukan hanya dibenci oleh Allah SWT, tetapi juga dapat membawa berbagai dampak negatif dalam kehidupan seseorang. Berikut adalah beberapa dampak buruk yang dapat timbul akibat sifat takabur:
- Terhalang masuk surga: Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi." (HR. Muslim)
- Dijauhi oleh orang lain: Orang yang sombong cenderung tidak disukai dan dijauhi oleh orang-orang di sekitarnya, sehingga sulit membangun hubungan yang baik.
- Sulit berkembang: Karena merasa diri sudah hebat, orang yang takabur sulit menerima kritik dan saran, sehingga menghambat proses perbaikan diri.
- Rentan stres dan depresi: Ketika realitas tidak sesuai dengan ekspektasi tinggi yang dimiliki, orang yang takabur lebih rentan mengalami stres dan depresi.
- Hilangnya keberkahan: Sifat takabur dapat menghilangkan keberkahan dari rezeki dan amalan yang dilakukan seseorang.
- Konflik interpersonal: Sikap sombong sering kali memicu konflik dengan orang lain, baik dalam lingkungan keluarga, pekerjaan, maupun masyarakat.
- Kesulitan dalam belajar: Orang yang takabur sulit menerima ilmu baru karena merasa sudah tahu segalanya.
- Kehilangan empati: Sifat takabur membuat seseorang sulit berempati dan memahami perasaan orang lain.
- Penyesalan di akhir hayat: Seringkali, orang yang takabur baru menyadari kesalahannya di akhir hayat, ketika sudah terlambat untuk memperbaiki diri.
Mengingat begitu banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan, sangatlah penting bagi kita untuk berusaha keras menghindari sifat takabur ini.
Cara Menghindari Sifat Takabur
Menghindari sifat takabur memang tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Berikut adalah beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menghindari atau mengatasi sifat takabur:
- Meningkatkan keimanan dan ketakwaan: Dengan memperdalam pemahaman agama dan meningkatkan ibadah, kita akan lebih menyadari kebesaran Allah SWT dan betapa kecilnya diri kita di hadapan-Nya.
- Bersyukur atas nikmat Allah: Selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT akan membantu kita menyadari bahwa semua kelebihan yang kita miliki adalah pemberian-Nya, bukan semata-mata hasil usaha kita sendiri.
- Mengenali kekurangan diri: Berusahalah untuk selalu introspeksi diri dan mengenali kekurangan-kekurangan yang kita miliki. Hal ini akan membantu kita tetap rendah hati.
- Bergaul dengan orang-orang saleh: Lingkungan pergaulan sangat mempengaruhi kepribadian kita. Bergaullah dengan orang-orang yang saleh dan rendah hati agar kita dapat mencontoh sifat-sifat baik mereka.
- Belajar menghargai orang lain: Cobalah untuk selalu menghargai pendapat, kemampuan, dan prestasi orang lain. Hal ini akan membantu kita mengurangi rasa sombong dalam diri.
- Melakukan amal saleh: Perbanyaklah melakukan amal saleh dan membantu orang lain tanpa mengharapkan pujian atau imbalan. Ini akan membantu kita menjadi lebih rendah hati.
- Menghindari pamer: Hindari kebiasaan memamerkan kelebihan atau harta yang kita miliki, baik secara langsung maupun melalui media sosial.
- Belajar menerima kritik: Jadikan kritik dan saran dari orang lain sebagai bahan untuk introspeksi dan perbaikan diri, bukan sebagai ancaman terhadap harga diri.
- Membiasakan diri mengucapkan terima kasih: Ucapkan terima kasih atas setiap kebaikan atau bantuan yang kita terima, sekecil apapun itu.
- Merenungkan kematian: Ingatlah selalu bahwa kematian bisa datang kapan saja, dan di hadapan Allah SWT kita semua sama. Hal ini akan membantu kita tetap rendah hati.
Menghindari sifat takabur membutuhkan usaha dan kesabaran. Namun, dengan tekad yang kuat dan konsistensi dalam menerapkan cara-cara di atas, kita dapat secara bertahap mengurangi dan bahkan menghilangkan sifat takabur dalam diri kita.
Advertisement
Perbedaan Antara Takabur dan Percaya Diri
Seringkali orang bingung membedakan antara sikap takabur dan percaya diri. Padahal, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Memahami perbedaan ini penting agar kita tidak salah dalam bersikap. Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara takabur dan percaya diri:
-
Motivasi:
- Takabur: Motivasinya adalah untuk merasa lebih unggul dan merendahkan orang lain.
- Percaya diri: Motivasinya adalah untuk mengoptimalkan potensi diri tanpa harus membandingkan dengan orang lain.
-
Sikap terhadap kritik:
- Takabur: Sulit menerima kritik dan cenderung merasa tersinggung.
- Percaya diri: Terbuka terhadap kritik dan menjadikannya sebagai bahan perbaikan diri.
-
Pandangan terhadap orang lain:
- Takabur: Memandang rendah kemampuan orang lain.
- Percaya diri: Menghargai kemampuan orang lain dan tidak merasa terancam olehnya.
-
Cara mengekspresikan diri:
- Takabur: Cenderung pamer dan berlebihan dalam menunjukkan kelebihan diri.
- Percaya diri: Menunjukkan kemampuan secara wajar tanpa bermaksud merendahkan orang lain.
-
Sikap terhadap kegagalan:
- Takabur: Sulit menerima kegagalan dan cenderung menyalahkan orang lain.
- Percaya diri: Menerima kegagalan sebagai bagian dari proses belajar dan berusaha memperbaiki diri.
Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat lebih bijak dalam bersikap. Kita perlu mengembangkan rasa percaya diri yang sehat tanpa jatuh ke dalam sikap takabur yang merugikan.
Kisah-Kisah Teladan tentang Bahaya Takabur
Dalam sejarah Islam, terdapat banyak kisah yang menggambarkan bahaya sifat takabur. Kisah-kisah ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita. Berikut adalah beberapa contoh:
- Kisah Fir'aun: Fir'aun adalah contoh klasik kesombongan dalam Al-Qur'an. Ia mengaku dirinya sebagai tuhan dan menolak ajaran Nabi Musa AS. Akhirnya, Allah SWT menenggelamkannya di Laut Merah sebagai hukuman atas kesombongannya.
- Kisah Qarun: Qarun adalah orang kaya raya pada zaman Nabi Musa AS yang sombong dengan kekayaannya. Ia menolak untuk bersedekah dan mengklaim bahwa kekayaannya adalah hasil usahanya sendiri. Akhirnya, Allah SWT membenamkan Qarun beserta harta kekayaannya ke dalam bumi.
- Kisah Iblis: Iblis, yang awalnya adalah makhluk yang taat beribadah, menjadi terkutuk karena kesombongannya. Ia menolak untuk bersujud kepada Nabi Adam AS karena merasa dirinya lebih baik, yang terbuat dari api, daripada Adam yang terbuat dari tanah.
- Kisah Abu Lahab: Abu Lahab, paman Nabi Muhammad SAW, adalah contoh kesombongan yang menolak kebenaran. Ia menolak dakwah Nabi Muhammad SAW karena kesombongan dan kebenciannya, hingga akhirnya mendapat kutukan dari Allah SWT yang diabadikan dalam Al-Qur'an.
Kisah-kisah ini mengingatkan kita akan bahaya sifat takabur dan pentingnya menjaga kerendahan hati. Mereka juga menunjukkan bahwa tidak peduli seberapa tinggi kedudukan atau kekayaan seseorang, kesombongan akan membawa pada kehancuran.
Advertisement
Pertanyaan Umum Seputar Takabur
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering muncul seputar sifat takabur beserta jawabannya:
- Q: Apakah merasa bangga atas prestasi yang dicapai termasuk takabur?A: Tidak selalu. Merasa bangga atas prestasi adalah hal yang wajar, asalkan tidak berlebihan dan tidak digunakan untuk merendahkan orang lain. Yang penting adalah tetap bersyukur kepada Allah SWT dan menyadari bahwa prestasi tersebut adalah berkat pertolongan-Nya.
- Q: Bagaimana cara membedakan antara takabur dan percaya diri?A: Percaya diri adalah sikap positif terhadap kemampuan diri sendiri tanpa merendahkan orang lain, sementara takabur melibatkan perasaan lebih unggul dan kecenderungan untuk meremehkan orang lain.
- Q: Apakah takabur hanya terkait dengan harta dan kedudukan?A: Tidak. Takabur bisa muncul dalam berbagai aspek, termasuk ilmu pengetahuan, ibadah, keturunan, kecantikan/ketampanan, dan lain-lain.
- Q: Bagaimana jika kita dipuji orang lain? Apakah menerima pujian termasuk takabur?A: Menerima pujian tidak otomatis menjadi takabur. Yang penting adalah bagaimana sikap kita setelah menerima pujian tersebut. Sebaiknya kita tetap rendah hati dan mengembalikan segala pujian kepada Allah SWT.
- Q: Apakah ada perbedaan antara takabur dalam Islam dan konsep kesombongan dalam psikologi?A: Secara umum, keduanya memiliki kesamaan. Namun dalam Islam, takabur lebih ditekankan pada aspek spiritual dan hubungannya dengan Allah SWT, sementara dalam psikologi, kesombongan lebih dilihat dari sudut pandang perilaku dan dampaknya terhadap hubungan interpersonal.
Memahami jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu kita lebih memahami konsep takabur dan bagaimana menghindarinya dalam kehidupan sehari-hari.
Kesimpulan
Takabur adalah sifat tercela yang sangat dibenci oleh Allah SWT dan dapat membawa berbagai dampak negatif dalam kehidupan seseorang. Sifat ini bukan hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga dapat merusak hubungan dengan orang lain dan menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT.
Menghindari sifat takabur memang tidak mudah, tetapi dengan pemahaman yang benar, kesadaran diri, dan usaha yang konsisten, kita dapat secara bertahap mengurangi dan bahkan menghilangkan sifat ini dari diri kita. Kunci utamanya adalah selalu mengingat kebesaran Allah SWT, bersyukur atas segala nikmat-Nya, dan menyadari bahwa segala kelebihan yang kita miliki adalah anugerah dari-Nya.
Marilah kita bersama-sama berusaha untuk menjauhi sifat takabur dan menggantinya dengan sifat tawadhu (rendah hati). Dengan demikian, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih baik, harmonis dengan sesama, dan yang terpenting, mendapat ridha Allah SWT. Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu menjaga diri dari sifat takabur.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)