Liputan6.com, Baghdad: Penyusunan rancangan konstitusi Irak masih menimbulkan perdebatan. Ketua Komite Perancang Konstitusi Irak, baru-baru ini, berbeda pendapat dengan Perdana Menteri Ibrahim al-Jafaari. Menurut Ketua Komite Perancang Konstitusi Irak, tenggat waktu tiga hari tak cukup untuk meraih dukungan kelompok Sunni. Padahal rancangan konstitusi harus mendapat dukungan mayoritas anggota parlemen sebelum pemerintah menggelar referendum, 15 Oktober 2005.
Kelompok Sunni memang tegas menyatakan penolakan terhadap proposal undang-undang dasar Irak. Alasannya pemerintah dan komite perancang telah melanggar konsensus. Kelompok ini juga menolak bentuk negara federal yang berpotensi memecah belah Irak. Kelompok Sunni menentang keras RUU Irak [baca: Warga Merayakan Konstitusi Baru Irak].
Kisruh di Irak membuat Presiden Amerika Serikat George Walker Bush angkat bicara. Menurut Bush, persetujuan atas sebuah konstitusi bukan hal mudah. Bush meminta kelompok Sunni membuat pilihan: ingin hidup damai atau hidup di tengah kekerasan dan ketidakpastian.
Di tengah polemik itu, Irak ternyata sudah mulai mengekspor lagi minyak mentahnya, kendati hanya setengah dari jumlah normal ekspor mereka selama ini. Di terminal ekspor di Kota Basra, produksi minyak tercatat rata-rata sebesar 32 ribu barel per jam. Sehari sebelumnya, pejabat perminyakan setempat mengatakan, ekspor akan tetap dilakukan walau di bawah jumlah normal dengan bantuan generator.
Ekspor minyak Irak, dua hari silam, sempat terhenti menyusul sabotase pada jaringan listrik yang membuat Kota Baghdad dan Basra gelap total. Insiden juga mengganggu produksi minyak di beberapa tempat. Namun para analis pasar melihat insiden itu tidak akan mengganggu harga minyak dunia.
Di lain tempat, kekerasan masih terus berlangsung. Sebuah bom mobil, kemarin, meledak di Kota Ramadi. Bom ini ditargetkan pada iring-iringan kendaraan militer AS di Distrik Maridh. Saksi mata mengatakan, kendaraan militer AS terlihat terbakar, namun hingga kini belum ada laporan korban jiwa atas insiden tersebut. Sedangkan di Baqouba, satu polisi tewas sementara 10 lainnya luka-luka, setelah sebuah bom mortar mendarat di sebuah pos polisi.(ADO/Ijx)
Kelompok Sunni memang tegas menyatakan penolakan terhadap proposal undang-undang dasar Irak. Alasannya pemerintah dan komite perancang telah melanggar konsensus. Kelompok ini juga menolak bentuk negara federal yang berpotensi memecah belah Irak. Kelompok Sunni menentang keras RUU Irak [baca: Warga Merayakan Konstitusi Baru Irak].
Kisruh di Irak membuat Presiden Amerika Serikat George Walker Bush angkat bicara. Menurut Bush, persetujuan atas sebuah konstitusi bukan hal mudah. Bush meminta kelompok Sunni membuat pilihan: ingin hidup damai atau hidup di tengah kekerasan dan ketidakpastian.
Di tengah polemik itu, Irak ternyata sudah mulai mengekspor lagi minyak mentahnya, kendati hanya setengah dari jumlah normal ekspor mereka selama ini. Di terminal ekspor di Kota Basra, produksi minyak tercatat rata-rata sebesar 32 ribu barel per jam. Sehari sebelumnya, pejabat perminyakan setempat mengatakan, ekspor akan tetap dilakukan walau di bawah jumlah normal dengan bantuan generator.
Ekspor minyak Irak, dua hari silam, sempat terhenti menyusul sabotase pada jaringan listrik yang membuat Kota Baghdad dan Basra gelap total. Insiden juga mengganggu produksi minyak di beberapa tempat. Namun para analis pasar melihat insiden itu tidak akan mengganggu harga minyak dunia.
Di lain tempat, kekerasan masih terus berlangsung. Sebuah bom mobil, kemarin, meledak di Kota Ramadi. Bom ini ditargetkan pada iring-iringan kendaraan militer AS di Distrik Maridh. Saksi mata mengatakan, kendaraan militer AS terlihat terbakar, namun hingga kini belum ada laporan korban jiwa atas insiden tersebut. Sedangkan di Baqouba, satu polisi tewas sementara 10 lainnya luka-luka, setelah sebuah bom mortar mendarat di sebuah pos polisi.(ADO/Ijx)