Doa Bersama Digelar di Bali untuk Mayang Prasetyo

Demi mengenang transgender Mayang Prasetyo, teman-temannya di Bali pun berkumpul bersama untuk mendoakannya.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 08 Okt 2014, 12:33 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2014, 12:33 WIB
Doa Bersama Digelar untuk Mayang Prasetyo di Bali
Ibunda Mayang Prasetyo, Nining Sukarni. (Liputan6.com)

Liputan6.com, Canberra - Kematian Mayang Prasetyo yang dimutilasi dan dimasak oleh pasangan hidupnya Marcus Volke di Australia, membuat para kerabat dan sahabatnya kehilangan. Demi mengenang transgender berusia 27 tahun itu, teman-temannya di Bali pun berkumpul bersama untuk mendoakannya.

Diberitakan Sky News, yang dikutip Rabu (8/10/2014), sebuah layanan doa diadakan pada Selasa 7 Oktober malam di Bali. Acara itu digelar di kediaman Mayang belum lama ini tinggal.

Tetangga dan anggota komunitas Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) pun turut hadir dalam acara tersebut.

"Kami tidak pernah berharap dia akan berakhir seperti ini, dan bahwa pacarnya akan tega melakukan itu," kata salah satu teman Mayang, Albert.

Ibu Mayang, Nining Sukarni, mengatakan dia terakhir berbicara dengan anak sulungnya yang disebutnya bernama Febri Andriansyah pada Kamis 3 Oktober lalu.

Ketika itu, Nining menceritakan sang anak tak betah tinggal di Brisbane. Ia pun menasehatinya agar akur dengan suaminya, Marcus Volke, seorang koki yang bertemu dengannya di kapal pesiar.

Nining mengatakan, Mayang sempat meminta restu sebelum mereka menikah di luar negeri pada tahun 2013. Ia dan Marcus mengunjunginya di Bandar Lampung, Sumatera, tahun lalu.

Menurut Nining, anaknya terlahir dan tumbuh besar hingga remaja sebagai seorang laki- laki normal. Febri mulai merantau ke Bali sejak tamat SMA pada 2005. Sejak merantau, Febri kerap ke luar negeri dan kerap mengirim uang. Nining hanya bisa pasrah dan berharap jenazah anaknya bisa dibawa pulang.

Febri merupakan putra sulung dari 3 bersaudara. Di mata adik-adiknya, Febri memang sudah memiliki sifat seperti wanita sejak kecil. Selain gemar memasak dan mengurusi rumah, Febri sehari-hari justru kerap terlihat bermain dengan teman- teman wanita, bukan teman laki- laki, seusianya.

Mayang juga dikenang sebagai tulang punggung keluarga. Sebab ia membiayai kedua adiknya yang berusia 18 dan 15 tahun bersekolah.

"Dia orang yang baik, ceria, ramah kepada orang-orang. Selalu bersemangat," kenang Nining yang berharap jasad anaknya, Mayang Prasetyo, bisa cepat dipulangkan ke Indonesia. (Yus)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya