Pengungsi Suriah Lemparkan Diri ke Rel: Biarkan Kami Pergi...

"Izinkan kami pergi ke Jerman," kata salah seorang pengungsi yang telah tertahan di stasiun kereta api Kaleti, Budapest.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 04 Sep 2015, 11:34 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2015, 11:34 WIB
PM Hongaria Kepada Pengungsi: Tolong Jangan Datang ke Eropa
PM Hongaria Kepada Pengungsi: Tolong Jangan Datang ke Eropa (Reuters)

Liputan6.com, Budapest - Di tengah dramatisnya jumlah pengungsi dari Suriah yang membanjiri Eropa, pemimpin sayap kayan Hungaria, mengatakan pencari suaka untuk menjauh dari Eropa dan bersumpah untuk menindak ribuan migran yang menyeberang ke negaranya setiap hari.

Perdana Menteri Viktor Orban mencerca Pemimpin Uni Eropa dan Jerman pada Kamis 3 September kemarin dalam menangani krisis migran di Eropa. PM Orban bersikap paling keras terhadap pengungsi. Ia membangun kawat berduri tajam sepanjang 17 kilometer di sepanjang perbatasan Hungaria dan Serbia.

Bahkan PM Orban berjanji tidak akan membiarkan para imigran tersebut masuk terlalu dalam ke Eropa.

"Tolong jangan datang ke Eropa. Sangat berisiko. Kami tidak menjamin kalian akan diterima di sini. Semua orang di Hungaria, di Eropa ini takut sama kalian, karena lihatlah, semua pemimpin Eropa tidak bisa mengatasi masalah ini," kata Orban seperti dikutip dari Toronto News, Kamis 3 September 2015.

 

Seorang anak menangis saat dipaksa masuk ke jendela kereta. Berjam-jam mereka menunggu kapan kereta berangkat. Tapi Hungaria bersikukuh tidak akan mengirim mereka lagi untuk lebih jauh ke Eropa (Reuters)

Ia juga  menyalahkan Jerman yang bersedia menampung 800 ribu pengungsi, sehingga jumlahnya membludak seperti sekarang.

"Ini masalah Jerman. Tidak ada yang ingin tinggal di Hungaria. Semua dari mereka ingin pergi ke Jerman," kata Orban.

PM Orban juga akan menambah 3.500 pasukan untuk menjaga perbatasan Serbia-Hungaria.

Menurut data dari pemerintahan Hungaria, 160 ribu pencari suaka telah mencapai negeri itu selama satu tahun terakhir. Dan semenjak 6 Juli lalu, sekitar 90 ribu pengungsi yang mayoritas dari Suriah, tiba di negeri itu.

Biarkan Kami Pergi...

Papan pengumuman di stasiun Kaleti, Budapest tertera informasi bahwa tidak ada kereta ke Austria atau Jerman dalam bahasa Inggris dan Jerman. Para pengungsi yang tidak begitu mengerti bahasa Inggris dan Jerman bingung dengan apa yang harus mereka lakukan. Kenapa kereta tak berangkat juga.

Kebingungan berubah kemarahan saat aparat polisi mengeluarkan mereka dari dalam stasiun. Sebagian berusaha masuk ke dalam kereta yang telah berhenti berjam-jam dan telah penuh dengan pengungsi.

"Tidak ada kamp! Tidak ada kamp!" kata salah seorang pengungsi pria dalam bahasa arab. Ia tampak putus asa dan menangis. Di tengah kebingungan dan kemarahannya, pria yang tidak diketahui namanya, melemparkan dirinya beserta istri dan bayi mereka ke atas rel. Polisi segera menarik pria putus asa itu.

Seorang pria melemparkan anak dan bayinya ke rel di stasiun Kaleti, Budapest.

Ketika polisi mengatakan kepada media untuk menjauh, suami mulai berteriak, "Kami tidak akan bergerak dari sini!"

Polisi dengan pelindung tubuh mengelilingi keluarga itu. Mereka mengangkat sang suami dan memborgol tangannya. Sang ibu dan bayinya dipapah untuk menjauh dari rel tapi mereka tidak ditahan.

 

Polisi menarik dan memborgol pria yang tampak putus asa itu. (Reuters)

Situasi yang memanas ditambah sinar matahari yang begitu terik, ditambah dengan kemarahan para imigran belum membuat aparat keamanan bertindak lebih lanjut.

Mereka juga dengan sabar memberi makanan dan minuman kepada para pencari suaka itu. Namun, saking kecewa dan putus asanya, para pengungsi melempar kembali minuman itu ke arah polisi. Sebagian pencari suaka berpikiran buruk bahwa air itu telah diberi obat bius.

"Kami tidak butuh makanan dan air. Izinkan kami pergi ke Jerman," kata salah satu pengungsi dari balik jendela kereta yang tak kunjung berangkat. (Rie/Ein)

 

 Baca juga: 'Maafkan Kami, Aylan...'

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya