Liputan6.com, New York City- Para pekerja di New York City menemukan sebuah dua kuburan di bawah taman Washington Square Park. Dalam makam itu, ditemukan setidaknya puluhan kerangka yang diperkirakan berusia 200 tahun.
Kontraktor dari departemen desain dan konstruks (DDC) menemukan kuburan pertama pada Selasa 4 November 2015 dalam rangka sedang melakukan peremajaan sebuah saluran air yang berusia satu abad di timur taman itu. Mereka segera menghubungi tim arkeolog yang dimiliki DDC yang kemudian malah menemukan ruangan kuburan yang hanya sedalam satu meter dari trotoar kota New York.
Baca Juga
Di dalamnya mereka menemukan tulang belulang berupa tengkorak, tulang kaki dan lainnya yang berserakan.
Advertisement
Dalam kuburan itu ditemukan setidaknya 25 kerangka namun, ternyata ini kerangka-kerangka itu pernah ditemukan pada 1965 oleh kontraktor lain. Sayang, mereka tidak punya catatan sejarah dan tidak merekam penemuan penting itu.
"Penemuan kamar kuburan yang kedua yang membuat kami kaget," kata Alyssa Loorya, seorang arkeolog yang dikontrak DCC seperti dilansir dari The Guardian, Sabtu 7 November 2015. Pada Kamis 5 November sore, dia dan rekannya menemukan sebuah ruangan lainnya.
Berbeda dengan penemuan pertama, kali ini kondisi makam tersebut ditemukan 20 peti mati. Setidaknya satu peti terukir nama dan tanggal kematian.
Namun, peti mati itu serupa dan diletakkan secara bersamaan. Kemungkinan, mereka dikubur dalam waktu bersamaan.Â
Komisioner DDC Feniosky Pena-Mora mengatakan para arkeolog akan meneliti penemuan itu dengan hati-hati.
"Kami tidak mau mengganggu dengan hal-hal yang tidak perlu," ujarnya. Ia juga tidak punya rencana masuk ke ruangan itu dan memindahkan tulang-belulang tersebut.
Kebijakan Kota New York atas sebuah penemuan arkeologis adalah tidak mengusiknya dan membiarkan temuan itu tetap di lokasinya sejauh bisa demi menghormati jenazah.
Kendati demikian, Pena-Mora tergoda untuk mencari pintu makam itu. Apakah ia menghadap barat di bawah taman, atau lebih jauh lagi.
Untuk sekarang, para peneliti akan terus bekerja dari jauh dengan kamera beresolusi tinggi, lensa untuk melihat berbagai sudut baru dari sisa kerangka dan peti mati itu.
"Dari gambar-gambar yang kami dapati, setidaknya mereka berasal dari awal abad 18," kata Loorya. "Belum ditemukan apakah mereka berasal dari abad yang lebih tua lagi," tambahnya.
Arkeolog perempuan itu mengatakan bahwa kamera canggihnya bisa mendapatkan informasi biologis juga.
"Kamera ini bisa mendapatkan lebih detail pola gigi, tulang, dan mengindikasikan usia serta jenis kelamin. Juga bisa mendapatkan tanda-tanda kematian atau penyakit," ujar Loorya lagi.
Sejauh ini mereka telah menghitung ada 12 tengkorak di antara tulang yang berserekan di kamar pertama.
New York City, Kota Penuh Kuburan di Bawah Tanah
Sekarang di tengah-tengah kawasan hijau Manhattan itu, dikelingi bangunan universitas, bar dan terkenal dengan air mancur gerbang besarnya. Tanah tempat Washington Square Park berdiri dahulu adalah lahan pekuburan di awal abad ke-19. Tidak lama setelah perang revolusi di mana banyak orang miskin dan kriminal New York, dimakamkan tanpa perayaan dan nisan.
Baca Juga
Loorya dan timnya mencatat bahwa kuburan itu merupakan makam awal abad ke-19. Tak jauh dari lokasi itu, sebuah kuburan massal yang lain berasal dari tahun 1826.
Pada awal 1800, para pejabat berwenang masa itu meminta korban epidemik demam kuning (yellow fever) yang tewas dikuburkan di lapangan luas di Grand Street. Pada masa itu, mereka memaksa gereja untuk tidak melakukan ritual keagaaman bagi korban.
Kerangka dan nisan secara periodikal 'muncul' di New York. Beberapa ahli memprediksi ada ribuan kerangka yang dikubur di dalam kota itu. Taman Bryant juga awalnya adalah kuburan massal pada abad ke-19, namun kerangka di dalamnya telah dipindahkan.
Sementara itu, gereja kuno yang berdiri hingga sekarang di wilayah Washington Square tidak punya catatan tentang kuburan tersebut. Loorya dan timnya, berharap catatan sejarah itu disimpan oleh pastor secara pribadi.
"Kami butuh catatan-catatan kematian atau kuburan dari gereja. Ini tanggung jawab kami untuk mengetahui di mana kuburan berada, agar kasus seperti ini tidak terjadi lagi," tambah Loorya.
Akibat penemuan ini, DCC menutup situs temuan dari kendaraan dan pejalan kaki dan mengubah desain proyek mereka untuk mengakomodasi penggalian. Demikian pernyataan juru bicara Shavone Williams.
Loorya mengatakan bahwa situs itu sangat penting, dan kerangka tersimpan dengan baik. Di selatan New York, lingkungan yang lebih tua dari Manhattan juga banyak ditemukan kerangka dalam kondisi baik.
South Street Seaport, contohnya, bertahun-tahun diperlakukan sebagai pusat arkeologis. Dan saat reruntuhan World Trade Center yang dibom oleh teroris pada 9 September lalu digali untuk membuat monumen kenangan, ditemukan sisa kapal dari abad ke-17.
"Kendati banyaknya jumlah bangunan bawah tanah seperti instalasi subway, Kota New York masih menyimpang banyak rahasia terpendam," tutup Loorya. (Rie/Yus)