Liputan6.com, Kuala Lumpur - Malaysia memecat 15 petugas imigrasinya atas tuduhan menyabotase sistem paspor yang memungkinkan sejumlah orang masuk dan keluar tanpa terdeteksi.
Kecurigaan memuncak setelah sistem komputer di Bandara Malaysia rusak. Itu tak hanya terjadi sekali, namun beberapa kali dalam sehari.
Para tersangka diduga kuat dengan sengaja membuat jaringan komputer mati, yang memungkinkan sejumlah orang melenggang tanpa harus melewati pemeriksaan latar belakang kriminal.
Baca Juga
Tak hanya itu, 65 petugas lainnya dipindahkan ke divisi lain, sementara orang-orang baru kini bertanggung jawab di pos pengawasan imigrasi.
Seperti dikutip dari BBC, Rabu (1/5/2016), penyidik menduga, sekitar 100 petugas imigrasi mungkin terlibat dalam skandal tersebut.
Keanehan dalam sistem paspor di Malaysia telah berlangsung selama 2 tahun, demikian ujar aparat Negeri Jiran. Hal tersebut diduga menguntungkan para penyelundup manusia maupun jaringan militan.
Selama itu, Pemerintah Inggris dan Australia telah menaikkan peringatan teror mereka untuk Malaysia, khususnya terkait kemungkinan serangan di dan sekitar ibukota Kuala Lumpur.
Hingga berita ini diturunkan belum jelas bagaimana para tersangka menyabotase sistem tersebut.
"Semua pejabat dan staf yang terlibat dalam aksi indisipliner tersebut berasal dari berbagai tingkat dalam skema layanan imigrasi, yang ditempatkan di gerbang utama pintu masuk ke Malaysia," kata Direktur Jenderal Imigrasi, Datuk Seri Sakib Kusmisaid seperti dimuat New Straits Times.
Dugaan sementara, para tersangka memiliki motif keuntungan finansial.