Kisah Petinju Muhammad Ali Dipenjara karena Menentang Perang

Muhammad Ali bahkan menjadi topik berita di luar kemampuan di atas ring tinju. Kala itu, 8 Mei 1967, juri federal mendakwanya di pengadilan.

oleh Elin Yunita KristantiTanti Yulianingsih diperbarui 04 Jun 2016, 12:47 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2016, 12:47 WIB
Petinju legendaris, Muhammad Ali yang meninggal dunia pada 3 Juni 2016 waktu Phoenix, AS.
Petinju legendaris, Muhammad Ali yang meninggal dunia pada 3 Juni 2016 waktu Phoenix, AS.

Liputan6.com, Jakarta - Dunia lebih mengenal Muhammad Ali--nama yang dipilihnya setelah memeluk agama Islam, daripada Cassius Marcellus Clay, Jr. Namun, pria kelahiran Louisville, Kentucky, yang meninggal pada 3 Juni ini adalah salah satu petinju kelas berat terhebat sepanjang sejarah. Ia seorang legenda.

Tak hanya mahir di atas ring yang kerap menjadi sorotan, petinju Muhammad Ali bahkan menjadi topik berita di luar kemampuannya itu. 8 Mei 1967, juri federal mendakwanya di pengadilan.

Langkah itu dilakukan gara-gara Ali menolak program wajib militer pemerintah Amerika Serikat dalam Perang Vietnam.

"Aku tak punya masalah dengan orang-orang Vietkong. Dan tak ada satupun orang Vietkong yang memanggilku dengan sebutan Nigger!" kata dia lantang menolak wajib militer, seperti dikutip dari situs People's World yang Liputan6.com muat pada Sabtu (4/6/2016). 

Kalimat pertamanya dalam Bahasa Inggris, "I ain't got no quarrel with them Viet Cong", dipakai para generasi muda AS kala itu sebagai simbol penolakan terhadap perang.

Gara-gara sikapnya itu, Ali diskors oleh Komisi Tinju. Bahkan gelar tinju kelas berat miliknya dibatalkan.

Pada sidang 20 Juni 1967, setelah juri berunding setelah 21 menit, Ali dinyatakan bersalah. Ia divonis 5 tahun bui dan denda US$ 10.000, serta dikenakan larangan bertinju selama 3 tahun.

Putusan tersebut diperkuat di pengadilan banding. Namun, akhirnya dibatalkan oleh Mahkamah Agung dengan suara bulat.

Keteguhan dan kenekatan Ali menginspirasi Martin Luther King Jr yang harus meyakinkan sejumlah pihak dalam gerakan hak-hak sipil yang khawatir penentangan terhadap Perang Vietnam akan memojokkan Presiden Lyndon Baines Johnson, sosok pendukung UU Hak-hak Sipil.

Pelatih Ali, Angelo Dundee, mengatakan pemidanaan terhadap Ali sangat merugikan kariernya. "Satu hal yang harus diperhitungkan saat bicara soal Ali. Tahun-tahun terbaik, masa kejayaannya, telah dirampas dari tangannya."

Apapun, Ali kemudian membuktikan ia adalah petarung pertama dan sejauh ini satu-satunya yang menjadi juara tinju kelas berat tiga kali. Kariernya benar-benar berakhir pada 1981. Tiga tahun kemudian terkuak, ia menderita penyakit parkinson.

Petinju legendaris Muhammad Ali meninggal pada Jumat, 3 Juni 2016 malam waktu setempat atau Sabtu, 4 Juni 2016 pagi Waktu Indonesia Barat (WIB).  

Ia mengembuskan napas terakhir pada usia 74 tahun, setelah mendapat perawatan sejak Kamis, 2 Juni lalu.

Dilansir dari Guardian, Ali dirawat intensif karena mengalami gangguan pada pernapasan. Segala upaya telah dilakukan tim medis, tapi nyawa Ali tidak tertolong.

Sejak pensiun tahun 1981, Ali memang kerap keluar masuk rumah sakit. Terakhir, ia mendapat perawatan pada awal tahun 2015 karena didiagnosis pneumonia.

Selain itu sang petinju legendaris itu juga sudah lama mengidap parkinson. Namun, hal itu tidak mengganggunya untuk terus berkegiatan amal di seluruh dunia.

Rencananya, jenazah Muhammad Ali akan dimakamkan di kampung halamannya di Louisville. Namun pihak keluarga belum menyebutkan kapan pemakaman itu akan dilakukan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya