Liputan6.com, New York- Seorang agen atau mata-mata yang bekerja untuk badan intelijen negara tertentu umumnya tidak akan mengumbar identitas ataupun profesinya kepada siapapun. Bahkan terhadap keluarganya sendiri.
Namun tak demikian bagi seorang pria asal Kosovo ini. Ia mengaku bekerja sebagai mata-mata untuk pemerintah Amerika Serikat, Blerim Skoro, menguak identitasnya adalah satu-satunya jalan yang ia bisa ambil agar tidak dideportasi kembali ke negara asalnya.
Advertisement
Baca Juga
Melansir dari New York Times, Sabtu (9/7/2016), pria usia 45 tahun berdarah keturunan Yugoslavia itu pertama kali menginjakkan kakinya di Amerika Serikat pada tahun 1994 silam.
6 tahun kemudian, namanya tercantum dalam kasus peredaran narkoba jenis heroine dan kokain sekaligus pencucian uang sebesar AS$ 670 ribu, atau sekitar Rp 8,8 miliar.
Alhasil, Skoro dijatuhi hukuman 7 tahun penjara. Namun dalam kurun waktu 7 tahun itu, ia mengaku dirinya dianggap berguna oleh pihak intelijen AS, khususnya Federal Bureau of Investigation (FBI).
Pasca tragedi 9/11 pada 2001 lalu, Skoro bercerita bahwa pihak FBI telah menjadikannya seorang tahanan sekaligus informan untuk mencari tahu siapa saja di dalam penjara yang terhubung atau mempunyai asosiasi khusus dengan kelompok teroris.
Skoro pun menyatakan bahwa dirinya semakin berguna, lantaran membantu proses investigasi yang pada saat itu tengah dilancarkan oleh pihak FBI.
Terlebih lagi, ia juga bersikap kooperatif dengan pihak berwajib lantaran bersedia untuk menyajikan informasi-informasi penting terkait peredaran narkoba di Albania.
Ia akhirnya dibebaskan dari penjara pada tahun 2007. Tidak lama kemudian dirinya dideportasi kembali ke negaranya, namun dirinya mengaku telah mengiyakan tawaran bekerja untuk pemerintahan atau institusi asing.
Informan CIA
Selain pernah menjadi seorang informan untuk FBI, Skoro juga menyatakan bahwa ia pernah membantu institusi seperti Central Intelligence Agency (CIA) dengan memberikan sejumlah informasi penting terkait jaringan teroris Al Qaeda di wilayah Balkan atau Eropa bagian Tenggara.
Skoro pada saat itu menerima pelatihan di Macedonia, lalu menjalankan tugasnya sebagai informan CIA di sejumlah lokasi seperti Pakistan, Balkan, Suriah dan beberapa tempat lainnya. Ia berkata bahwa dirinya menyamar menjadi anggota grup radikal di wilayah-wilayah tersebut.
"Tidak ada yang pernah mencurigai saya sama sekali," jelasnya.
Ia diketahui telah berhasil menyampaikan informasi penting secara diam-diam kepada pihak CIA, seputar plot atau rencana jaringan grup teroris. Beserta nama-nama para pelaku yang diinstruksikan untuk melancarkannya.
Saat ditugaskan di Mesir, Skoro bercerita bahwa dirinya telah menjalin hubungan pertemanan dengan seorang pria bernama Betim Kaziu.
Pria tersebut mengatakan kepada Skoro, rencananya untuk menyerang tentara AS di Kosovo. Ia juga memperlihatkan video ancaman yang dibuatnya untuk serangan tersebut kepada Skoro.
Skoro tentunya melaporkan hal tersebut kepada CIA. Kaziu kemudian ditangkap dan dijatuhi 27 tahun hukuman penjara.
Setelah CIA memberhentikan kontraknya pada tahun 2010, Skoro memutuskan untuk kembali ke AS. Ia pun akhirnya masuk secara ilegal melalui jalur darat dari Kanada.
Advertisement
Pencarian Status
Skoro kembali dengan harapan mendapatkan peluang untuk kembali berkontribusi kepada FBI dan Departemen Kepolisian New York. Caranya: dengan memberikan bantuan menjadi seorang informan untuk memerangi ISIS.
Namun, tawarannya ditolak dan ia pun dihantui kegelisahan akan fakta deportasi.
"Saya sudah pernah berhadapan dengan teroris yang paling sadis di wilayah Balkan dan Timur Tengah. Saya juga seorang Muslim, dan hal tersebut sangat penting dalam proses investigasi institusi intelijen, apabila mereka butuh orang untuk menyamar, mereka tidak perlu repot-repot,” pungkas Skoro.
Deportasi berarti dirinya akan terpisah dari istri dan ketiga anaknya yang merupakan warga negara Amerika dan kini tinggal di kota New York.
Kisah Blerim Skoro memang sudah cukup meyakinkan untuk dipercaya oleh masyarakat luas.
Namun, Juru Bicara FBI, CIA, Departemen Kepolisian, beserta kantor jaksa AS menolak untuk berikan komentar terkait kebenaran kisah Skoro.
Mereka tidak mengonfirmasi, namun juga tidak menolak kisah yang dilontarkan oleh Skoro. Jack Cloonan, mantan agen FBI yang dulu ditugaskan sepenuhnya dalam kasus Al Qaeda mengatakan bahwa dirinya tidak pernah mendengar nama Blerim Skoro.
Namun, dia mengatakan kasus ini menggarisbawahi betapa pentingnya bagi pemerintah untuk memiliki seseorang yang merupakan pemeluk agama Islam untuk menjalankan operasi atau misi badan intelijen.