Liputan6.com, Washington, DC - Kebotakan adalah masalah umum yang banyak melanda baik kaum pria maupun wanita. Tak banyak yang tahu mungkin bahwa salah satu penyebab kerontokan rambut adalah penyakit alopecia areata.
Alopecia areata adalah penyakit autoimun yang menyerang kulit kepala dan menyebabkan kerontokan rambut. Kondisi inilah yang dialami Mike Thomas. Di usianya yang 40-an, kepala Thomas sudah botak.
Tak hanya kehilangan rambut, namun alis dan bulu matanya juga ikut rontok. Ia mendeskripsikan penampilan fisiknya 'aneh'. Sementara dia dapat merasakan pandangan-pandangan orang sekitar yang mungkin secara diam-diam bertanya apakah dia menderita kanker.
Advertisement
"Aku berkecimpung dalam bisnis real estate dan aktif di komunitas. Tapi aku mulai menghindari orang-orang," kata Thomas yang meminta nama aslinya disamarkan demi menjaga privasinya.
"Ini memengaruhi setiap bagian dalam hidupku. Aku sangat tertekan dan itu sangat mengerikan," ujarnya.
Namun seketika hidupnya berubah setelah ia mengonsumsi pil putih berukuran kecil. Sebenarnya ini merupakan obat bagi penyakit arthritis.
Siapa sangka, dalam waktu tujuh bulan rambut Thomas tumbuh kembali.
"Ini luar biasa. Aku senang dapat punya rambut lagi," kata pria itu.
Pil Putih itu Pemicunya?
Sebagai bagian dari studi yang dilakukan Stanford dan Yale University, Thomas dan 65 pasien alopecia areata diminta untuk mengonsumsi pil yang diberi nama Xeljanz--yang menjadi resep bagi penyakit autoimun lainnya, arthritis rheumatoid.
Lebih dari setengah subjek penelitian berhasil mengalami pertumbuhan rambut mereka kembali. Rambut pada sepertiga subjek berhasil tumbuh 50 persen lebih banyak dibanding kerontokan yang mereka alami.
Dalam studi terpisah, sembilan dari 12 penderita alopecia areata berhasil menumbuhkan kembali 50 persen rambut mereka dengan menggunakan obat, Jakafi. Ini obat yang diperuntukkan bagi pengobatan kanker.
Meski pun peneliti mengatakan ini merupakan kabar baik bagi penderita alopecia areata seperti Thomas, namun muncul pertanyaan. Apakah kerontokan rambut pada pria disebabkan karena jenis kelamin mereka atau karena usia mereka yang menua?
Kepala Thomas dinilai dapat menjawab pertanyaan tersebut. Ketika rambutnya tumbuh kembali, ia masih memiliki garis rambut surut. Hal itu karena pil Xeljanz yang dikonsumsinya memberikan dia kembali rambut yang tumbuh di usia 47 tahun bukan saat ia berusia 25 tahun.
Saat ini dokter kulit yang menangani Thomas, Breet King mencoba melakukan sesuatu yang lain. Ia mengoleskan salep yang mengandung Xeljanz di kepala penderita alopecia areata lainnya.
Pertanyaan tentang apakah rambut mereka akan tumbuh utuh atau akankah seperti Thomas di mana meski rambut tumbuh namun ada pola kebotakan ditanggapi beragam oleh dokter kulit. Mereka terbagi antara pandangan skeptisisme dan optimisme.
King menduga kuat bahwa salep yang dioleskan tidak akan menyingkirkan pola kebotakan pada laki-laki. Namun sebagian lainnya lebih optimis.
Angela Christiano, penulis pembantu dalam studi yang diterbitkan baru-baru ini mengklaim sukses dengan Xeljanz yang diuji cobanya pada kulit tikus. Kulit hewan itu direkayasa menjadi kulit kepala pria botak.
Salep digosok ke sisi kanan dan kiri tubuh tikus. Hasilnya pun terlihat, tumbuh bulu. Sementara bagian yang tidak diolesi bulu gundul.
Meskipun dia menganggap bahwa pria kemungkinan akan sukses dengan menggunakan salep yang sama, namun dia menyarankan percobaan lebih dalam.
Karena jika dibandingkan dengan kulit tikus yang tipis, kulit manusia lebih tebal dan berminyak dan lebih dalam serta memiliki lapisan lemak.
"Jadi ada banyak hal yang harus dipikirkan ketika membuat formula yang baik," ujar Christiano yang merupakan asisten profesor di molecular dermatology di Columbia University Medical Center.
Pola Kebotakan Pada Pria Sulit Dihentikan?
Obat modern dapat mengobati tumor kanker yang besar dan penyakit saraf yang rumit. Maka seharusnya dianggap mampu pula menumbuhkan rambut.
"Anda mungkin berpikir bisa menaburi sesuatu di kepala Anda seperti yang Anda gunakan untuk menumbuhkan rumput," kata George Cotsarelis, dokter kulit di University of Pennsylvania.
Tapi sayangnya, fisiologi pertumbuhan rambut jauh lebih rumit dari itu.
King yang merupakan asisten profesor kulit di Yale mengatakan bahwa penyakit autoimun seperti alopecia areata pada dasarnya mencoba mengelabui area di sekitar rambut.
Tapi pola kebotakan pria, sebenarnya persoalan dengan folikel rambut yang layu. Dan ternyata, uang yang dihabiskan untuk menyelesaikan masalah ini jauh lebih sedikit dibanding yang banyak orang pikirkan.
"Orang-orang berpikir bahwa perusahaan farmasi besar akan menghabiskan miliaran dolar dalam kasus ini karena untungnya akan sangat besar, namun bukan seperti itu," kata King.
Pertanyaan tentang akankah Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan meloloskan penggunaan obat-obatan ini pun menimbulkan kekhawatiran di antara perusahaan-perusahaan besar. Namun di sisi lain terdapat derita psikologis dari para pria yang mengalami kebotakan terutama pada usia muda.
Advertisement