Kisah 3 Penyelamatan Heroik TKI yang Terjebak di Suriah

Sejak pemerintah mengumumkan moratorium pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Suriah, KBRI Damaskus telah melakukan 281 repatriasi.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 03 Des 2016, 12:36 WIB
Diterbitkan 03 Des 2016, 12:36 WIB
Perang Suriah, Dubes RI Kembali Lakukan Pemulangan TKW Massal
Dubes RI untuk Suriah, Djoko Harjanto berpesan kepada para TKW agar tidak lagi berangkat bekerja ke Timur Tengah.

Liputan6.com, Damaskus - Sejak pemerintah memoratorium pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke beberapa negara Timur Tengah termasuk Suriah, KBRI Damaskus telah melakukan 281 repatriasi.

Berbagai cerita menarik dan menyedihkan menyeliputi upaya penyelamatan TKI/TKW dari Suriah yang masih "panas" karena perang sipil.

Mulai dari yang sempat tersandera di kota yang telah dikuasai ISIS sampai penyelamatan dua bocah Indonesia di Suriah, merupakan sedikit cerita upaya repatriasi tanpa lelah yang dilakukan para diplomat Indonesia.

Dirangkum dari berbagai sumber serta keterangan pers KBRI Damaskus, berikut 3 penyelamatan TKI paling heroik yang pernah dilakukan.

Sri Rahayu Diselamatkan dari ISIS

Selama tinggal dan bekerja di Kota Raqqa, Suriah, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Sri Rahayu yang datang dari Sumbawa Nusa Tenggara Barat, menyaksikan secara langsung tatkala ISIS memasuki kota tersebut.

Ia mengaku mendengar orang-orang berlarian sambil berteriak ketakutan saat kelompok militan itu memasuki Kota Raqqa dan merebut gudang senjata milik Batalion 17 tentara Suriah.

Saat ISIS menguasai kota, bendera hitam menjadi pemandangan lazim di Raqqa.

Sejak menerima informasi tentang keberadaan Sri Rahayu pada Juni 2015, KBRI Damaskus mencari cara agar bisa mengevakuasi perempuan itu dari Raqqa. Kendalanya, pemerintah Suriah tak lagi mengendalikan Kota Raqqa, sedangkan akses dari dan ke kota itu diperketat ISIS.

Setelah menyusun rencana bersama, dipilihlah seorang pegawai agen tenaga kerja yang mengenal wilayah medan pegunungan Aleppo -- Raqqa untuk menjemput Sri Rahayu. Pada waktu yang dianggap tepat, Sri dievakuasi melalui perjalanan darat dari gunung ke gunung secara diam-diam selama enam hari.

Dua Bocah Diselamatkan Dari Suriah

Pada repatriasi jilid ke 281, terdapat dua bocah yang merupakan anak dari dua perempuan yang berbeda asal Indonesia.

Kedua anak ini bernama Mohammad Hilman (3 tahun) dan Muhanad Touja (4 tahun). Menurut Pejabat Pensosbud KBRI Damaskus, AM Sidqi, Hilman merupakan anak dari Nani Nuraeni binti Sail.

Nani datang ke Suriah pada Juni 2009. Ia masuk ke negara tersebut untuk bekerja sebagai TKI.

"Setelah kabur dari majikan aslinya pada Juni 2009, Nani ditampung oleh WN Suriah bernama Samer al-Bawab yang menjanjikan Nani untuk diantarkan ke Kedutaan. Bulan berganti bulan, Nani malah bekerja di kantor agen TKW ilegal Samer al-Bawab," sebut Sidqi dalam keterangan pers kepada Liputan6.com.

Pada 1 Mei 2013, Nani melahirkan Hilman. Anak ini merupakan buah cinta dari hubungan Nani dengan anak lelaki tertua Samer, Adnan al-Bawab.

Kelahiran Hilman dimanfaatkan Samer. Ia menjadikan anak tak berdosa ini sandera agar Nani mau dipekerjakan ke rumah-rumah orang secara bulanan di bawah pengawasan Samer.

"Samer mengancam jika Nani tidak menurut padanya, maka bayinya tidak akan selamat. Samer malah mempekerjakan Nani ke banyak majikan dengan sistem bulanan dan memotong setiap gaji Nani," ucap Sidqi.

Mengetahui kejadian ini, KBRI Damaskus segera bertindak. Bekerjasama dengan Kepolisian Trafficking Suriah, mereka berhasil memenjarakan Samer dan komplotan penyelundup tenaga kerja wanita ilegal.

Namun sempat terjadi sedikit masalah. Nani dan anaknya juga ikut ditangkap karena tidak memiliki paspor dan izin tinggal.

"Pada Juli 2016, KBRI berhasil menarik Nani beserta anaknya dari Pusat Penahanan Imigrasi ke shelter KBRI Damaskus," ujar Siddqi.

Kejadian serupa pun menimpa, Sri Budi Setyowati Sudardi asal Makasar. Ia berangkat ke Aleppo Suriah sebagai TKW pada April 2003.

Menurut keterangannmya, ia berangkat dengan paspor palsu keluaran Kantor Imigrasi Jakarta Barat. Nama asli Sri Budi adalah Suwi Daeng Bau asal Makassar, tetapi dibuatkan paspor di Jakarta Barat dengan nama Sri Budi Setyowati Sudardi asal Surabaya.

Siddqi menerangkan, setelah bekerja selama lebih dari 7 tahun di Aleppo, pada 2010, Sri Budi alias Suwi berkenalan dan menikah dengan supir taksi bernama Muhammad Khoyawi.

"Sejak saat itu, Sri Budi alias Suwi tinggal bersama Muhammad Khoyawi dan dikaruniai anak bernama Touja yang lahir di Aleppo, 18 Oktober 2012. Di tengah kecamuk konflik yang melanda Aleppo, KBRI Damaskus menyelamatkan Sri Budi alias Suwi pada Juli 2016 ke shelter KBRI cabang Kota Aleppo," tambahnya.

Hilang Belasan Tahun, TKI Asal Serang Ditemukan di Suriah

Kabar mengejutkan disampaikan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), Damaskus, Suriah. Seorang perempuan yang bekerja sebagai TKI di negara tersebut akhirnya ditemukan setelah hilang bertahun-tahun.

"KBRI di Damaskus Suriah berhasil menemukan Kujemah binti Sayib, TKW asal Serang Banten, setelah hilang kontak dengan keluarganya lebih dari 10 tahun," sebut Pejabat Penerangan, Sosial, Budaya KBRI Damaskus, AM Siddqi, Jumat (2/12/2016).

Siddqi menjelaskan, pencarian terhadap Kujemah dimulai pada Oktober 2016. Ketika itu, pihak KBRI menerima aduan dari keluarga yang bersangkutan bahwa mereka kehilangan jejak Kujemah.

"Setelah menempuh proses panjang pencarian, KBRI Damaskus menemukan Kujemah binti Sayib di Kota Lattakia, Suriah. Ia bekerja dengan majikan Jozet Maya," tambahnya.

Kujemah sekarang hanya bisa berbicara bahasa Arab. Ia pun mengaku, pertama kali menuju Suriah saat saat usianya masih sangat muda.

"Ia dikirim ke Suriah setelah lulus SD atau saat berusia 15 tahun," papar Siddqi.

"Namun di paspor dipalsukan menjadi berusia 27 tahun alias kelahiran 1978," ucapnya.

Siddqi menambahkan, Kujemah merupakan satu dari puluhan ribu kasus TKI yang ditangani oleh KBRI Damaskus.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya