Liputan6.com, Jakarta - Di balik kebajikan para penguasa dunia, tersimpan sejumlah kisah kekejian mereka dalam sejarah. Di mana jutaan orang menderita akibat perangai buruk tersebut.
Tak sedikit kisah kekejian yang tercatat dalam sejarah kerajaan-kerajaan Eropa pada abad pertengahan. Masa yang dikenang sebagai era sarat dengan aktivitas penghukuman.
Kekejian itu bahkan konon terjadi sejak masa kekaisaran Romawi Kuno. Salah satunya adalah Kaisar Nero yang membunuh ibunya sendiri.
Advertisement
Lalu Raja Rudolf II yang pernah menjadi Kaisar Tahta Suci Roma pada 1576, yang dikenal sebagai biang keladi Perang 30 Tahun antara pihak Katolik dan Protestan di Eropa Tengah. Perang tersebut menewaskan 30 persen penduduk Jerman pada masa itu.
Baca Juga
Pangeran Vlad Dracula dari Romania yang berperang gigih melawan Ottoman Turki antara 1448 dan 1477 juga termasuk dalam daftar tersebut. Selain menghukum mati para kriminal, ia dilaporkan pernah membunuh 500 kaum ningrat yang dituduhnya membangkang.
Cara penghukuman yang paling disukainya adalah dengan menusuk tombak atau batang kayu runcing pada terhukum, mulai dari dubur hingga ke atas sehingga mati perlahan-lahan dalam penderitaan.
Tindakan sadis juga ternyata berlangsung di kerajaan ataupun lembaga kekuasaan di bagian lain dunia, bukan hanya di Eropa.
Berikut ini sejumlah aksi sadis di luar Eropa yang disarikan dari therichest.com pada Sabtu (29/7/2017):
Saksikan juga video menarik berikut ini:
1. Era Ranavalona I, Membunuh 75 Persen Populasi
Ranavalona I seringkali dijuluki sebagai Mad Monarch of Madagascar atau Monarki Gila Madagaskar. Penjelajah dari Austria, Ida Pfeiffer menyebut ratu itu sebagai wanita yang "sombong" dan "bengis."
Ranavalona I berkuasa di negara pulau di Afrika tersebut selama 30 tahun.
Berbeda dari pemimpin monarki lain yang lahir dalam lingkungan yang serba mewah, ia dilahirkan dalam lingkungan yang sangat sederhana. Putri dari keluarga biasa ini masuk dalam lingkar kerajaan Madagaskar karena ayah Ranavalona memberitahu ada rencana pembunuhan Raja Andrianampoinimerina.
Sebagai ganjaran atas kebaikan dan kesetiaannya, sang raja pun mengangkat Ranavalona sebagai anaknya sendiri. Ikatan semakin kuat ketika Ranavalona menikahi Pangeran Radama.
Sebagai ratu, Ranavalona I membidik komunitas Kristen Madagaskar sehingga banyak warga Kristen -- pribumi maupun asing -- yang melarikan diri dari pulau itu.
Pada 1845, ia meminta seluruh 50 ribu kerabat kerajaan untuk berburu kerbau. Dalam 4 bulan, sekitar 10 ribu orang meninggal dalam perburuan. Beberapa sumber menyebutkan bahwa Ratu Ranavalona I pun membunuh sekitar 75 persen populasi Madagaskar.
Advertisement
2. Wu Zetian, Membunuh Rival
Kaisar Wu Zetian mendapat pembaruan citra sebagai seorang pahlawan wanita, walaupun diketahui pada masanya ia menewaskan banyak orang.
Semasa Dinasti Tang di China, Wu memulai karir politik sebagai gundik di kalangan istana. Wanita itu cerdas memanfaatkan posisinya untuk menjadi dekat dengan Kaisar Taizong dan putranya, Pangeran Gaozong.
Setelah kematian kaisar, Wu menikahi sang pangeran agar menjadi Istri Kaisar China. Bahkan sebelum kematian Gaozong pada 683 Masehi, Wu sudah menjadi penguasa sesungguhnya di negeri tersebut.
Ia menjadikan putra-putranya sebagai penerus tahta Gaozong, walaupun pada usia 81 dirinya kemudian mendobrak kebiasaan dan menyatakan dirinya sebagai penguasa tunggal China.
Ketika sedang naik ke puncak kekuasaan, Wu memperlihatkan keinginannya membunuh semua yang mungkin menjadi rival. Termasuk memerintahkan pembunuhan Lady Wang dan Lady Xiao.
Bukan hanya itu, ia juga membunuh anak perempuannya sendiri dan menyalahkan Lady Wang sebagai tersangkanya.
Karena kejahatan-kejahatan dan kekuasaannya di belakang layar, para cendekiawan Konfusius menyebut Wu sebagai seorang wanita tamak yang mengganggu keselarasan alamiah antar jenis kelamin.
3. Sultan Murad IV, Membunuhi Pembangkang
Murad IV menjadi penguasa Kesultanan Ottoman saat ia masih berusia 11 tahun. Karena masih anak-anak, ibu dan orang kepercayaannya yang mengambil keputusan sehari-hari.
Ketika ia meraih sepenuhnya takhta kesultanan, Ottoman sedang dalam kondisi kacau. Pemberontakan di banyak wilayah dan para anggota Janissary mewarnai politik Ottoman pada Abad ke-17. Murad IV pun menghadapi semuanya dengan 'tangan besi'.
Mula-mula ia membasmi kecurangan dengan cara penutupan semua kedai kopi dan toko-toko penjual wine. Lalu, ia melarang penggunaan tembakau. Jika aturan dilanggar atau ada orang yang dicurigai tidak setia, Murad IV akan menghukum mati.
Di luar negerinya, Murad IV merebut kembali Baghdad pada 1638 setelah pengepungan yang lama. Di ujung pertempuran, Murad IV membunuh semua yang masih hidup di dalam kota.
Murad IV juga membuat murka kaum konservatif di kesultanan karena menghukum mati seorang ulama tertinggi di negeri itu.
Menurut suatu laporan, Murad IV kerap menyamar menjadi rakyat jelata dan mencari-cari siapapun yang melanggar aturannya. Mereka yang melanggar segera dijatuhi hukuman mati.
Advertisement
4. Timur – Kampanye Militer Berdarah
Timur yang dikenal juga sebagai Tamerlan adalah seorang penakluk keturunan Turko-Mongol pendiri dinasti militer. Ia adalah sosok yang ditakuti di wilayah yang sekarang termasuk dalam Uzbekistan.
Para leluhurnya ikut serta dalam penaklukan-penaklukan yang dilakukan oleh Genghis Khan, sehingga mereka mendapat jarahan lahan yang luas di Asia Tengah.
Akhirnya, setelah mengabdi pada seorang khan yang lain, Timur menduduki suatu kota penting bernama Balkh dan membunuh Khan Husayn.
Ia kemudian bergerak ke ibukota kerajaan, Samarkand, dan menyatakan diri sebagai penguasa Kekaisaran Mongol yang bangkit kembali.
Timur dan para pengikutnya menguasai suatu kerajaan yang amat beradab, terdiri dari gabungan Sunni Islam dengan budaya-budaya Persia, Turki, dan Mongol. Kendati demikian sosonya lebih dikenal karena serbuan-serbuan militer yang amat berdarah.
Pada 1389, Timur memimpin pasukan besar menuju India dengan tujuan mengalahkan dan mendepak para penguasa Hindu di sana. Pasukannya berhasil memusnahkan desa-desa dan kota, termasuk melumat kota Delhi.
Timur berdalih bahwa tindakan-tindakan itu dibenarkan demi menyebarkan Islam kepada kaum kafir.
Timur kemudian menduduki Azerbaijan dan Suriah. Ia menghancurkan Baghdad pada 1401 dan menghabisi 20 ribu warganya dengan pedang. Namun ia wafat sebelum menjalankan rencana melakukan invasi ke China.
5. Genghis Khan, Kematian 40 Juta Orang
Genghis Khan adalah seorang militer penakluk terhebat yang pernah disaksikan dunia. Dari sekelompok kecil orang di negara terpencil Mongolia, ia mengalahkan pasukan-pasukan yang lebih maju dari China, India, Rusia, dan Eropa Timur.
Ketika meninggal pada 1227, ia mewarisi kekaisaran utuh terluas dalam catatan sejarah. Tapi keruntuhan segera kekaisaran itu membuktikan bahwa kehebatan Mongol amat bergantung kepada kepemimpinan Genghis semata.
Ia memang seorang ahli taktik yang jitu dan menjadi seorang yang menebarkan pengaruh Mongol ke dalam budaya-budaya Mughal India, Kekaisaran Timurid dan Dinasti Yuan di China, tapi ia dipandang sebagai penjagal paling haus darah dalam sejarah.
Menurut sejarah, pendudukan Genghis diduga telah menewaskan sebanyak 40 juta orang. China saja kehilangan puluhan juta orang akibat kekejian pasukan yang dipimpinnya.
Pada 1258, suatu pasukan Mongol bekerja sama dengan sekutu-sekutu dari China mengepung Baghdad. Pasukan itu bukan hanya membunuh 50 ribu pasukan Kalifah Abbas, tapi juga 2 juta warga sipil -- walaupun sumber-sumber di Barat menyebut jumlah korban sipil pada angka 800 ribu.
Selain memusnahkan peradaban dan pendudukan, Genghis Khan juga dikenal sebagai penyebar wabah bubonic plague sampai ke seluruh Asia dan Eropa sehingga menewaskan 75 hingga 200 juta orang lagi.
Bubonic plague yang dikenal sebagai pes atau sampar adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri bernama Yersinia pestis. Dikenal juga dengan istilah wabah hitam (black death). Bakteri ini dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.
Advertisement