Bangunan Kuno Ini Tetap Kokoh hingga 2.000 Tahun, Rahasianya?

Bangunan kuno dapat kokoh berdiri hingga berabad-abad. Hal itu kontras dengan bangunan sekarang yang mudah hancur dalam hitungan dekade.

oleh Citra Dewi diperbarui 06 Jul 2017, 12:36 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2017, 12:36 WIB
Rahasia di balik kekuatan bangunan kuno
Ilmuwan mengungkap rahasia di balik kekuatan bangunan kuno yang sanggup berdiri hingga ratusan tahun. (JP Oleson)

Liputan6.com, Salt Lake City - Meski telah 2.000 tahun berdiri, pelabuhan Romawi Kuno yang terbuat dari beton masih berdiri di sepanjang Eropa. Hal tersebut kontras dengan konstruksi modern yang mudah hancur hanya dalam hitungan dekade.

Baru-baru ini para ilmuwan berhasil memecahkan teka-teki yang membuat bahan bangunan kuno begitu kuat. Dari penemuan itu, mereka berencana untuk membuat bangunan modern yang lebih ramah lingkungan.

Setelah dilakukan studi, beton yang digunakan untuk membangun dinding pelabuhan Romawi Kuno berasal dari campuran kapur, air laut, abu vulkanik, dan batu. Kombinasi tersebut menghasilkan reaksi possolanic.

Para peneliti menemukan bahwa unsur-unsur dalam abu vulkanik yang bereaksi dengan air laut dapat memperkuat bahan bangunan tersebut. Sebaliknya, air laut justru mengikis beton modern.

"Bertentangan dengan prinsip-prinsip beton modern berbasis semen, orang Romawi menciptakan beton mirip batu yang makin kuat dalam reaksi kimia terbuka dengan air laut," ujar ahli geologi Universitas Utah, Marie Jackson, seperti dikutip dari Independent, Rabu (5/7/2017).

Periset menemukan bahwa beton Romawi yang mengandung aluminum tobermorite, mineral langka yang menambah kekuatan ekstra. Ketika beton Romawi terkena air laut, tobermorite akan mengkristal dan menyebar.

Para periset mengatakan bahwa paparan air laut dalam jangka panjang membantu kristal untuk terus tumbuh. Hal itu memperkuat beton dan mencegah retakan agar tidak berkembang.

Jika saat ini kita beralih ke jenis beton serupa, diyakini dalam proses pembuatannya dapat mengurangi dampak negatif bagi lingkungan. Selama ini, produksi semen modern yang menggunakan tempat pembakaran bersuhu tinggi yang memberikan kontribusi signifikan terhadap emisi karbon dioksida.

Jackson mengatakan, materi tersebut harus dipertimbangkan untuk bangunan yang terpapar dengan air laut. Salah satunya adalah laguna pasang surut yang rencananya akan dibangun di Swansea, Inggris.

Menurut Jackson, Laguna perlu beroperasi selama 120 tahun untuk menutup biaya konstruksi. "Bisa dibayangkan, dengan cara kita membangun saat ini, bangunan itu akan tumpukan baja berkarat saat itu," ujar Jackson.

Namun, sebuah bangunan yang dibangun dari beton Romawi, menurutnya, bisa tetap utuh selama berabad-abad.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya