Dalam 4 Bulan, Setengah Juta Warga Yaman Terjangkit Kolera

Setidaknya 1.965 orang meninggal akibat wabah kolera yang telah menginfeksi 500.000 orang di tengah berkecamuknya perang Yaman.

oleh Citra Dewi diperbarui 15 Agu 2017, 21:08 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2017, 21:08 WIB
Wabah Kolera
Seorang anak yang diduga terinfeksi kolera dirawat di sebuah rumah sakit di Sanaa, Yaman (15/5). Kolera adalah infeksi bakteri pada usus halus yang bisa menyebabkan diare parah dan dehidrasi serta dapat menyebabkan kematian. (AFP Photo/Mohammed Huwais)

Liputan6.com, Sana'a - Wabah kolera yang terjadi di Yaman diperkirakan telah menginfeksi 500 ribu orang. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setidaknya 1.965 orang meninggal setelah penyakit itu mulai menyebar dengan cepat pada akhir April 2017.

WHO mengatakan, jumlah kasus secara keseluruhan telah menurun sejak Juli. Namun, 5.000 orang per hari masih terinfeksi wabah tersebut.

Menurut badan koordinasi kemanusiaan PBB, OCHA, lebih dari seperempat yang meninggal dan 41 persen yang terinfeksi adalah anak-anak.

Kolera adalah infeksi diare akut akibat makanan atau air yang dikonsumsi terkontaminasi bakteri Vibrio cholera. Wabah itu dengan cepat menyebar dalam sistem sanitasi dan air yang buruk.

Dikutip dari BBC, Selasa (15/8/2017), lebih dari 14 juta orang terputus dari akses air bersih dan sanitasi akibat bergolaknya perang di Yaman. Tempat pembuangan akhir di kota-kota besar juga tak beroperasi.

Yaman juga harus berjuang dalam menghadapi wabah kolera dengan terbatasnya fasilitas kesehatan. Pasalnya, lebih dari setengah fasilitas tak dapat beroperasi karena hancur akibat konflik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun.

WHO mengatakan, Yaman juga harus menghadapi kurangnya pasokan alat kesehatan dan obat-obatan. Sebanyak 30.000 tenaga medis juga tak digaji selama hampir satu tahun.

"Tenaga kesehatan Yaman bekerja dalam kondisi tak memungkinkan," ujar Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.

"Ribuan orang sakit, tapi tak ada rumah sakit, obat-obatan, dan air yang cukup."

"Para dokter dan perawat ini adalah tulang punggung kesehatan -- tanpa mereka kita tak dapat melakukan apa pun di Yaman. Upah mereka harus dibayar sehingga mereka dapat melanjutkan hidupnya," kata Ghebreyesus.

Direktur Operasi Darurat WHO, Rick Brennan, meminta semua pihak yang terlibat dalam konflik Yaman agar segera menemukan solusi politik. Peperangan itu telah menewaskan lebih dari 8.160 orang dan melukai 46.330 lainnya sejak Maret 2015.

"Rakyat Yaman tidak tahan lagi, mereka membutuhkan perdamaian untuk membangun lagi kehidupan dan negaranya," imbuh dia.

 

Simak video berikut ini:

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya