Yaman Darurat Kolera, Tiap Hari Ada 3.000 hingga 5.000 Kasus Baru

Bulan lalu ada 70 ribu kasus kolera yang telah dilaporkan, yang terjadi di 19 dari 22 wilayah di Yaman.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 05 Jun 2017, 06:27 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2017, 06:27 WIB
Wabah Kolera
Seorang anak yang diduga terinfeksi kolera dirawat di sebuah rumah sakit di Sanaa, Yaman (15/5). Kolera adalah infeksi bakteri pada usus halus yang bisa menyebabkan diare parah dan dehidrasi serta dapat menyebabkan kematian. (AFP Photo/Mohammed Huwais)

Liputan6.com, Sanaa - Badan PBB Urusan Anak-Anak UNICEF mengatakan dugaan wabah kolera menyebar dengan cepat di Yaman. Diperkirakan ada 3.000 hingga 5.000 kasus baru setiap hari.

Dalam wawancara dengan Associated Press, Direktur UNICEF Untuk Kawasan Timur Tengah Geert Cappelaere mengatakan bulan lalu ada 70 ribu kasus kolera yang telah dilaporkan, yang terjadi di 19 dari 22 wilayah di Yaman. Cappelaere khawatir kasus kolera ini akan bertambah menjadi dua kali lipat setiap dua minggu, dari 130 ribu menjadi 300 ribu kasus, kecuali jika ada lebih banyak bantuan yang dikirimkan.

Dikutip dari VOANews pada Senin (5/6/2017) Cappelaere mengatakan wabah itu mungkin "menyebar ke luar Yaman" dan bakal menimbulkan dampak pada negara-negara di sekitar Yaman, negara yang sudah dikoyak perang selama tiga tahun ini.

"Ini hari yang menyedihkan, tetapi kami berharap wabah kolera akan menjadi titik balik perhatian pada Yaman," ujar Cappelaere.

"Kolera tidak akan berhenti di perbatasan saja," lanjutnya.

Pertempuran di Yaman telah menewaskan lebih dari 10 ribu orang, membuat lebih dari tiga juta lainnya mengungsi, dan menghancurkan sektor kesehatan dan perekonomian negara itu.

Cappelaere mengatakan banyak warga tidak mampu untuk sekedar datang ke klinik-klinik gratis.

Cappelaere yang baru saja kembali dari ibukota Sana’a mengatakan wabah itu merupakan horor terbaru yang dihadapi anak-anak di Yaman, selain kelaparan, rekrutmen milisi anak-anak dan meningkatnya perkawinan anak. "Yaman adalah salah satu tempat terburuk di dunia bagi anak-anak," tandas Cappelaere

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya