Pengakuan Jurnalis Dimasukkan ke Grup Rahasia Rencana Serangan AS ke Houthi Yaman

Jurnalis Jeffrey Goldberg tak sengaja bergabung dalam grup obrolan rahasia pejabat AS dan membocorkan rencana serangan militer ke Houthi di Yaman. Begini cerita selengkapnya.

oleh Tanti Yulianingsih Diperbarui 25 Mar 2025, 16:04 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2025, 16:04 WIB
Jurnalis Jeffrey Goldberg, pemimpin redaksi The Atlantic, (kanan) yang dimasukkan ke grup diskusi serangan AS ke Houthi. (AFP)
Jurnalis Jeffrey Goldberg, pemimpin redaksi The Atlantic, (kanan) yang dimasukkan ke grup diskusi serangan AS ke Houthi. (AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Washington D.C - Tanggal 13 Maret 2025, sebuah kesalahan fatal terjadi dalam komunikasi internal pemerintahan AS. Jurnalis Jeffrey Goldberg, pemimpin redaksi The Atlantic, secara tak sengaja ditambahkan ke dalam grup obrolan terenkripsi Signal yang bernama 'Houthi PC small group' atau Kelompok kecil PC Houthi.

Grup ini berisi pejabat-pejabat senior, termasuk Wakil Presiden, Menteri Luar Negeri, Menteri Pertahanan, Utusan Khusus untuk Timur Tengah, dan Direktur CIA. Mereka membahas rencana serangan militer AS terhadap kelompok Houthi di Yaman. Kejadian ini terungkap beberapa minggu kemudian, setelah perencanaan serangan hampir rampung dan serangan itu sendiri telah dimulai.

Penambahan Jeffrey Goldberg ke grup tersebut dilakukan oleh Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz. Isi percakapan yang terungkap menunjukkan pembahasan detail rencana serangan, termasuk target, senjata yang akan digunakan, dan urutan serangan. Goldberg, yang baru menyadari hal ini beberapa minggu kemudian, menyebut tindakan tersebut sebagai 'sangat sembrono'.

Gedung Putih mengonfirmasi rencana perang AS terhadap Houthi yang dikirim ke jurnalis secara tidak sengaja.

Jeffrey Goldberg, pemimpin redaksi The Atlantic, kemudian menerbitkan sebuah artikel dengan tangkapan layar percakapan tersebut, yang berlangsung selama beberapa minggu.

Mengutip laporan Al Arabiya, Selasa (25/3/2025), Goldberg menjelaskan bahwa ia ditambahkan ke grup obrolan Signal pada tanggal 13 Maret oleh Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz. Grup tersebut, yang diberi nama 'Kelompok kecil PC Houthi', difokuskan pada koordinasi tindakan terkait Houthi.

Pesan pertama di grup dari Waltz, menurut jurnalis Goldberg, berbunyi: "Tim – membentuk kelompok prinsip untuk koordinasi terhadap Houthi, khususnya selama 72 jam ke depan. Wakil saya Alex Wong sedang menyusun tim tiger (harimau) di tingkat deputi/Kepala Staf lembaga sebagai tindak lanjut dari rapat di Ruang Duduk pagi ini untuk item tindakan dan akan mengirimkannya nanti malam."

 

 

 

Promosi 1

18 Pejabat AS dalam Grup

[Fimela] Chatting
Ilustrasi chat | unsplash.com/@priscilladupreez... Selengkapnya

Secara keseluruhan, 18 pejabat berada dalam obrolan grup tersebut, kata jurnalis Jeffrey Goldberg, termasuk Wakil Presiden JD Vance, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, Menteri Pertahanan Pete Hegseth, utusan khusus Trump untuk Timur Tengah Steve Witkoff, dan Direktur CIA John Ratcliffe.

Adapun salah satu topik utama yang dibahas dalam pesan tersebut adalah kampanye militer yang akan datang, dengan Hegseth mendesak kelompok tersebut untuk bergerak maju tanpa penundaan. Ia menekankan bahwa tujuannya adalah untuk memulihkan kebebasan navigasi dan membangun kembali pencegahan, “yang gagal oleh Biden.”

Serangan terhadap Houthi dimulai pada 15 Maret 2025. Beberapa jam sebelum serangan dimulai, Menteri Pertahanan Pete Hegseth membagikan detail operasional serangan secara lengkap di grup tersebut, termasuk informasi tentang target, senjata, dan urutan serangan. Informasi sensitif ini, yang seharusnya dirahasiakan, kini terungkap ke publik berkat kelalaian yang mengejutkan ini.

Militer AS telah melakukan serangan udara dan laut setiap hari sejak saat itu. Pentagon menyatakan bahwa operasi tersebut akan "tanpa henti" hingga Houthi berjanji untuk menghentikan serangan di Laut Merah.

Dalam pemberitaan Al Arabiya kemudian disebutkan bahwa Gedung Putih mengonfirmasi keaslian rangkaian pesan tersebut dan mengumumkan bahwa penyelidikan akan dilakukan untuk menentukan bagaimana jurnalis Jeffrey Goldberg ditambahkan ke dalam kelompok tersebut.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Brian Hughes menyatakan, "Rangkaian pesan tersebut merupakan demonstrasi koordinasi kebijakan yang mendalam dan bijaksana antara pejabat senior. Keberhasilan operasi Houthi yang berkelanjutan menunjukkan bahwa tidak ada ancaman terhadap anggota militer kami atau keamanan nasional kami."

Jurnalis Jeffrey Goldberg lalu mengatakan bahwa ia meninggalkan kelompok tersebut tak lama setelah serangan awal pada tanggal 15 Maret.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya