Kesal Anak Alami Kekerasan Seksual, Pria Ini Tembak Mati Pelaku

Saat dimintai keterangan, istri dari pelaku menjelaskan motif utama sang suami nekat menembak mati Pramuan.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 04 Sep 2017, 21:03 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2017, 21:03 WIB
Penembakan Senjata Api
Ilustrasi Foto Penembakan dengan Senjata Api (iStockphoto)

Liputan6.com, Bangkok - Seorang pria berusia 29 tahun secara suka rela menyerahkan diri kepada kepolisian Thailand. Hal itu ia lakukan setelah kedapatan menembak mati seorang pria lain, yang diduga melakukan penyerangan seksual terhadap anak perempuannya yang masih berusia enam tahun.

Dikutip dari laman Asia One, Senin (4/9/2017), peristiwa penembakan yang terjadi di distrik Bang Saphan Noi Prachuap Khiri Khan tersebut menewaskan seorang predator seksual bernama Pramuan Chuacha-aim.

Menurut laporan kepolisian setempat, korban ditemukan dengan empat luka tembak dibagian kepala dan badan.

Saat dimintai keterangan, istri dari pelaku menjelaskan motif utama sang suami nekat menembak mati Pramuan. Menurutnya, sang suami kesal setelah sang anak mengaku telah dilecehkan oleh Pramuan pada tanggal 15 Agustus lalu.

Istri dari pelaku penembakan juga mengatakan, suaminya hanya berpesan untuk menjaga anak perempuannya karena ia telah menyerahkan diri kepada polisi.

Kejadian bermula ketika korban kekerasan seksual mengaku nyeri pada bagian kemaluan kepada gurunya. Saat diperiksa, pihak sekolah menduga gadis berusia enam tahun itu mengalami kekerasan seksual.

Nama Pramuan diduga kuat sebagai pelaku karena sering menjemput korban sepulang sekolah. Untuk itu, pihak keluarga segera melaporkan dugaan kekerasan seksual tersebut kepada polisi setempat.

Namun sebelum tertangkap, Pramuan malah ditemukan tewas setelah ditembak mati oleh ayah korban.

Darurat Kekerasan Seksual di India

Darurat kekerasan seksual ternyata benar-bener telah melanda dunia. Di India misalnya, ratusan perempuan berkumpul di lebih dari 30 kota di seluruh India untuk menuntut keamanan di tempat publik setelah adanya laporan pelecehan seksual massal di Malam Tahun Baru di Bangalore.

Aksi yang disebut dengan "menduduki jalanan di malam hari" itu dilakukan pada 21 Januari 2017 waktu setempat. Para aktivis, pelajar, dan para profesional berkumpul di jalanan. Di sana mereka berunjuk rasa dengan bermain drama, menyanyikan lagu, dan membaca puisi soal kesetaraan perempuan.

Dikutip dari Asia One, pengunjuk rasa yang juga diikuti banyak pria itu, meneriakkan sejumlah yel-yel seperti "Kebebasan, Kebebasan, Kebebasan!" dan memegang spanduk bertuliskan "Ambil kembali malam. Pecahkan keheningan. Akhiri kekerasan".

"Sejak berusia 12 tahun, aku tak pernah merasa nyaman atau aman di jalan -- siang maupun malam, namun pertama kali aku menghadiri unjuk rasa seperti ini," ujar Anuradha Sinha (37 tahun), seorang programme manager di sebuah perusahaan e-commerce.

Aksi tersebut dilakukan setelah adanya laporan pelecehan seksual massal pada 31 Desember 2016 di Bangalore. Saat itu sejumlah perempuan diraba-raba sekelompok pria.

Kejahatan seksual bukan merupakan hal yang mengejutkan di India. Menurut laporan National Crime Record Bureau, lebih dari 34.000 pemerkosaan telah terjadi pada 2015.

Pemerkosaan berujung kematian seorang perempuan yang sempat menggegerkan dunia pada Desember 2012, memicu kemarahan global dan seruan dilakukannya perlindungan yang lebih besar bagi perempuan di seluruh India.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya