Liputan6.com, Westminster - Seorang pria berusia 18 tahun disidang atas tuduhan terkait percobaan pembunuhan dalam serangan bom di stasiun bawah tanah Parsons Green, London, Inggris.
Seperti diberitakan BBC, Sabtu (23/9/2017), Ahmed Hassan dari Sunbury, Surrey, juga dituduh menyebabkan ledakan di London yang cenderung membahayakan nyawa atau menyebabkan luka serius pada 15 September waktu setempat.
Menurut sidang dengar di pengadilan, bom yang dibawa Hassan gagal meledak. Bom tersebut mengandung bilah pisau dan sekrup.
Advertisement
Menurut keterangan jaksa, Hassan bermaksud membunuh orang-orang yang tak bersalah karena tak sejalan dengan pandangan politiknya.
Setelah sidang tersebut, Hassan, yang mengonfirmasi nama, tanggal lahir, dan alamat tempat tinggalnya di Pengadilan Westminster Magistrates, kemudian ditahan kembali dan dijadwalkan menghadiri sidang di pengadilan Old Bailey pada 13 Oktober mendatang.
Polisi setempat pada Jumat, 22 September mengungkapkan, seorang pemuda berusia 17 tahun yang ditangkap oleh petugas kontraterorisme penyelidik serangan teror London tersebut telah dilepaskan. Dua pria lain juga dibebaskan tanpa tuduhan.
Sementara, dua pria berusia 25 dan 30 tahun yang identitasnya tak disebutkan, masih dalam tahanan.
Suleman Sarwar dari toko ayam Aladdins di Hounslow mengatakan pegawai takeaway-nya menerima pelecehan dan ancaman setelah ditangkap karena diduga terkait teror London tersebut.
Sarwar mengatakan pelecehan terjadi setelah penangkapan Yahyah Farroukh, yang tidak disebutkan namanya oleh polisi, tapi muncul di media. Tak lama kemudian, ia dibebaskan.
"Investigasi tersebut menjadikan Yahyah, teman, keluarga, tempat kerja, dan komunitas muslim yang lebih luas berada dalam pengawasan dan target penghinaan. Sekali lagi, masyarakat telah menerima reaksi keras dan permusuhan dari publik."
Serangan Teror
London kembali diserang, dengan sasaran kereta bawah tanah di Stasiun Parsons Green, London Barat.
Sebuah ledakan terjadi di dalam kereta. Sejumlah saksi mata melaporkan beberapa orang terluka bakar dan terinjak-injak.
Polisi London menyatakan insiden ini adalah serangan teroris.
Beberapa gambar yang dibagikan di media sosial memperlihatkan sebuah keranjang dengan dengan kabel terbakar dan berasap di dalam kereta antarkota.
Sebanyak 29 orang terluka dalam peristiwa yang terjadi pada 15 September 2017 tersebut. Stasiun yang sempat ditutup sementara itu, kembali dibuka pada Sabtu, 16 September.
Seorang sumber penegak hukum Amerika Serikat mengatakan, perangkat peledak yang digunakan dalam serangan Parsons Green, London, adalah ember plastik putih dengan kain hitam di atasnya dan kabel yang menjuntai. Alat peledak itu dibawa dalam tas belanja yang tertutup rapat.
Usai ledakan terjadi di Parsons Green, Perdana Menteri Inggris Theresa May, meningkatkan level ancaman di negaranya dari parah menjadi kritis.
Keputusan May untuk menaikkan tingkat ancaman membuat tentara Inggris akan mengambil alih tugas-tugas tertentu, yang biasanya dilakukan oleh polisi. Sebelumnya, Inggris berada di tingkat ancaman tersebut saat terjadi serangan di konser Ariana Grande di Manchester.
Sementara itu, ISIS mengklaim bertanggung jawab atas ledakan di Parsons Green. Dalam sebuah pernyataan di saluran resminya di aplikasi Telegram, kelompok tersebut mengatakan bahwa serangan itu dilakukan oleh detasemen ISIS.
Dalam pernyataan berikutnya, ISIS mengaku bawah penyerang berhasil menanam sejumlah alat peledak dan meledakkan salah satunya.
Saksikan video pilihan berikut:
Advertisement