Waspada, Makan Cabai Terpedas di Dunia Ternyata Bisa Melukai Otak Manusia

Menurut sebuah penelitian medis terbaru, konsumsi cabai terpedas di dunia dapat memicu kerusakan sementara di otak manusia.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 10 Apr 2018, 18:10 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2018, 18:10 WIB
Carolina Reaper, cabai terpedas di dunia, yang berisiko memicu kerusakan pada otak manusia (Sandra Allison/AP Photos)
Carolina Reaper, cabai terpedas di dunia, yang berisiko memicu kerusakan pada otak manusia (Sandra Allison/AP Photos)

Liputan6.com, Washington DC - Para dokter di Amerika Serikat (AS) mengeluarkan peringatan keras terhadap batasan konsumsi cabai terpedas di dunia, Carolina Reaper.

Peringatan itu dikeluarkan lantaran muncul kasus sakit kepala luar biasa -- kerap disebut "thunderclap" -- yang diderita seorang pria usai mengonsumsi Carolina Reaper.

Dikutip dari South China Morning Post, Selasa (10/4/2018), dokter menemukan gejala yang mengerikan pada korban pria berusia 34 itu, yakni nyeri yang terasa kuat di bagian leher dan kepala setelah mengikuti kontes menyantap Carolina Reaper.

Setelah itu, pria tersebut diketahui terus mengalami hal serupa selama beberapa detik -- dalam waktu yang tidak bisa ditebak -- sepanjang setahun terakhir.

Dalam kejadian yang terjadi pada 2016 itu, korban disebut hanya menyantap satu buah cabai Carolina Reaper. Ia langsung mendadak tumbang beberapa saat setelahnya.

Menurut laporan yang dimuat di jurnal medis BMJ Case Reports, setelah mendapat perawatan darurat, korban terpaksa menjalani berbagai tes neurologis, yang semuanya menunjukkan hasil negatif.

Pada akhirnya, dokter mendiagnosis pria itu dengan kondisi kerusakan otak sementara, yang disebut reversible cerebral vasoconstriction syndrome (RCVS).

Gejala ini ditandai dengan penyempitan pembuluh darah ke otak untuk sementara waktu.

Menurut laporan medis, ini merupakan kasus pertama yang dilaporkan seorang pasien, dengan diagnosis RCVS setelah makan cabai.

Sering disertai dengan sakit kepala "thunderclap", kondisi ini biasanya terjadi sebagai reaksi terhadap obat resep tertentu, atau setelah mengonsumsi obat-obatan terlarang.

"Ini adalah kejutan besar bagi semua orang," kata dokter Kulothungan Gunasekaran dari Henry Ford Hospital di Detroit, salah satu penulis artikel yang turut memperingatkan bahaya menyantap cabai api, sebutan lain Carolina Reaper.

Korban pria disebut berangsur-angsur sembuh setelah melakukan tindakan CAT, selama lima minggu berturut-turut, sebelum kemudian ruang arterinya telah kembali ke ukuran normal.

 

 

Simak video pilihan berikut: 

Cabai Persilangan dengan Pedas yang 'Mematikan'

Salah satu cabai terpedas di dunia, carolina reaper. (iStockphoto)
Salah satu cabai terpedas di dunia, carolina reaper. (iStockphoto)

Sementara itu, menurut penelitian yang sama, menyantap cabai "ekstra pedas", seperti cabai rawit, sebelumnya kerap dikaitkan dengan risiko serangan jantung.

"Kami mengimbau masyarakat umum berhati-hati ketika makan cabai, dan segera lapor ke petugas medis terdekat jika mengalami gejala-gejala seperti di atas," kata Gunasekaran mengingatkan.

Menurut Guinness World Records, Carolina Reaper memiliki cita rasa fruity yang cenderung manis, dengan sedikit perpaduan aroma kayu manis dan cokelat.

Efek pedas pada jenis cabai ini baru terasa beberapa saat setelah selesai menyantapnya, dan sulit dihentikan dengan hanya meminum air putih dan susu.

Pengukuhan Carolina Reaper sebagai cabai terpedas di dunia, dilakukan pada 2017, setahun setelah jenis cabai ini berhasil ditemukan.

Caroline Reaper merupakan cabai hasil persilangan antara Sweet Hanabero yang berkarakter tubuh "gemuk" dan Naga Viper yang memiliki sengatan pedas tinggi. Varian ini pertama kali ditanam oleh petani di negara bagian South Carolina.

Pada satuan Scoville Heat Units (SHU), skala tingkat kepedasan, Carolina Reaper berada di titik rata-rata 1.641.183.

Nilai SHU yang ditemukan oleh peneliti di Winthrop University pada 2017 itu, berada jauh berpuluh kali lipat dari cabai-cabai terpedas yang berasal dari kawasan Pasifik Selatan.

Sebagai perbandingan, jalapeño hanya mampu mencetak rekor terpedas antara 2.500 hingga 8.000 SHU.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya