Pedasnya Cabai Bisa Memicu 'Tuli', Ini Penjelasan Ilmiahnya

Bakmi yang disantapnya di Indonesia diracik dengan beberapa cabai Thailand yang 45 kali lebih pedas daripada cabai jalapeño.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 20 Agu 2017, 09:12 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2017, 09:12 WIB
Cabai Kering
Ilustrasi Foto Cabai Kering (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Bagi beberapa orang, tantangan menyantap makanan pedas jadi seperti tantangan olah raga ekstrem. Tapi seorang blogger video mendapatkan tantangan yang menyebabkannya tuli selama 2 menit.

Dikutip dari Livescience.com pada Sabtu (19/8/2017), blogger bernama Ben Sumadiwiria mengunggah video dirinya menyantap "bakmi maut" di Indonesia pada akhir tahun 2016.

Sumadiwiria bukan penakut terhadap makanan pedas. Kepada LiveScience ia mengaku meracik sambal sendiri dan menyantap acar cabai sebagai camilan.

"Wah, saya tidak bisa mendengar apa-apa," katanya dalam video sesaat sebelum mengguyur kepala dengan air.

Menurut pemuda itu, "Perihnya naik hingga ke telinga saya, bahkan telinga saya sampai tersumbat."

Bakmi yang disantapnya di Indonesia diracik dengan beberapa cabai Thailand. Cabai jenis itu sangat pedas dengan angka 100 hingga 225 ribu satuan panas menurut skala Scoville.

Skala Scoville digunakan untuk mengukur tingkat kepedasan. Tingkat kepedasan di angka 100 hingga 225 ribu membuktikan bahwa cabai itu 45 kali lebih pedas daripada cabai jalapeño.

Zat Kimia Penghalau Jamur

Zat penyebab pedas dalam cabai dikenal sebagai capsaicin dan dikembangkan oleh tumbuhan sebagai penangkal jamur.

Capsaicin meninmbulkan iritasi pada sel-sel manusia, terutama selaput lendir pelapis mulut, tenggorokan, perut, dan mata.

Hanya jumlah yang sedikit pun bisa menyebabkan sensasi terbakar karena reseptor nyeri pada selaput bereaksi terhadap penyebab iritasi itu.

Tubuh manusia berupaya melindungi diri dengan beberapa cara, misalnya menghasilkan ingus dan air mata untuk membentuk lapisan antara tubuh dengan capsaicin.

Tubuh juga menyebar hormon endorfin untuk menahan penyebaran rasa sakit sehingga mulut terkadang mati rasa.

Dampak mati rasa itulah yang menyebabkan capcaisin terkadang dipakai sebagai pereda nyeri kronis, demikian menurut Dr. Michael Goldrich dari Robert Wood Johnson University Hospital di New Jersey.

Krim capcaisin pertama-tama meningkatkan rasa nyeri dan terbakar, tapi kemudian segera menghambat syaraf-syaraf penghambat nyeri.

Kenapa Tuli Sementara?

Sistem vestibular di bagian dalam telinga manusia dan penting untuk kesetimbangan. (Sumber Wikimedia Commons)

Ada beberapa alasan mengapa orang bisa mengalami sensasi kehilangan pendengaran setelah menyantap makanan pedas.

Tenggorokan dan hidung terhubung dengan saluran Eustachius yang membantu menyamakan tekanan dalam telinga bagian dalam.

Ketika hidung mengeluarkan banyak ingus, cairan itu bisa menutup saluran Eustachius, demikian menurut Goldrich kepada Live Science.

"Sebagai tanggapannya, orang merasa bahwa pendengarannya berkurang."

Fenomena itu sama dengan teredamnya pendengaran ketika kita menderita flu berat.

Kemungkinan lain penyebab hilangnya pendengaran adalah dampak stimulasi berlebih pada syaraf-syaraf trigeminal, demikian menurut Dr. Sam Marzo.

Dr. Marzo adalah kepala Department of Otolaryngology di Loyola Medicine dan juga seorang pakar hilangnya pendengaran.

Syaraf trigeminal memberikan sensasi dan kendali motor pada mulut dan wajah. Syaraf itu juga menghubungkan syaraf koklea yang bertanggungjawab mengirimkan infomasi suara, demikian menurut Marzo kepada Live Science.

Rangsangan berlebih pada syaraf itu mengubah aliran darah pada syarag koklea sehingga mengakibatkan tuli sementara, kata Marzo lagi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya