Liputan6.com, Sydney - Seorang mantan pengawal Perdana Menteri Malaysia yang dihukum terkait pembunuhan seorang penerjemah Mongolia yang terlibat dalam pembelian kapal selam Scorpene dari Prancis mengatakan bahwa ia ingin menetap di Australia.
Sirul Azgar Umar, yang bekerja untuk Najib Razak, telah mendekam di tahanan imigrasi berkeamanan tinggi, Villawood, di Sydney Barat, sejak ia dijemput di bawah surat perintah Interpol tiga setengah tahun lalu. Pria itu diyakini memegang kunci atas kasus kejahatan yang diduga melibatkan mantan bosnya.
Kepada The Guardian, Sirul menegaskan bahwa ia adalah kambing hitam dalam kejahatan politik yang rumit. Menurut dia, jaksa di Malaysia memilih untuk tidak memanggil sejumlah saksi tertentu.
Advertisement
Sirul dan rekan sesama pengawalnya, Azila Hadri, dinyatakan bersalah atas pembunuhan Altantuya Shaariibuu, penerjemah sekaligus kekasih Razak Baginda, salah satu penasihat Najib Razak. Pembunuhan itu terjadi pada 2006.
Seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (31/5/2018), Altantuya yang tengah hamil diculik di depan rumah Baginda di Kuala Lumpur dan dibawa ke sebuah hutan di Subang di mana ia ditembak dua kali dengan senjata semi-otomatis. Jasadnya kemudian diledakkan dengan bahan peledak militer untuk membuang bukti DNA dari janin yang dikandungnya.
Altantuya diduga menuntut bayaran atas perannya dalam mengamankan kesepakatan kapal selam Prancis.
Baca Juga
Sirul menekankan bahwa ia tidak pernah mengaku telah membunuh model Mongolia tersebut. "Saya hanya membawanya separuh jalan, lalu menyerahkannya kepada Azila," ujarnya.
Ia menuduh Azila telah membuat alibi dan mengatakan kepada pengadilan bahwa Sirul adalah orang terakhir yang bersama Altantuya. "Saya bukan orang jahat, tetapi kasus ini membuat saya terlihat buruk."
Di bawah hukum Malaysia, duo Sirul dan Azila dijatuhi hukuman pada 2009. Sirul mengatakan keputusan untuk pergi ke Australia saat sedang naik banding bukan untuk melarikan diri.
Baik Sirul maupun Azila tidak mengenal Altantuya. Sementara, rumor telah lama beredar di Malaysia tentang siapa yang mendalangi kematian tragis Altantuya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Nama Najib Razak Ikut Terseret
Sejak ditahan di Villawood, Sirul telah dikunjungi oleh berbagai tokoh, termasuk mereka yang dekat dengan UMNO, partai yang menaungi Najib Razak, maupun pihak yang dekat dengan oposisi pimpinan Mahathir Mohamad.
Hubungan langsung antara Najib Razak dan pembunuhan Altantuya belum terungkap. Mantan PM Malaysia selalu menyangkal bahwa dirinya mengenal Altantuya atau terlibat dalam pembunuhannya.
Sejak pemilu Malaysia yang berlangsung pada 9 Mei lalu, lanskap politik di Malaysia telah bergeser. Najib Razak diselidiki atas tuduhan korupsi dan penyalahgunaan jabatan lainnya, ia juga sudah dicekal ke luar negeri.
Sirul, pekan lalu, dilaporkan mengatakan pada Malaysiakini bahwa ia bersedia membantu pemerintah PM Mahathir Mohamad untuk mengungkapkan apa yang terjadi dalam kasus Altantuya. Namun dengan catatan, ia diberi pengampunan penuh.
Namun, untuk saat ini, permintaan Sirul dinilai sulit terwujud. Seorang anggota parlemen Malaysia, Ramkarpal Singh mengatakan bahwa Sirul tidak pantas mendapat pengampunan, dan kesaksikannya meski bermanfaat, tidak penting.
Singh pun menyerukan agar penyelidikan baru atau Royal Commission.
Ditanya apakah ia bisa mengungkapkan siapa yang memberi perintah untuk membunuh Altantuya, Sirul mengatakan, "Saya tidak akan berkomentar tentang itu".
Ketika ditanya apakah ia memiliki informasi berharga untuk setiap penyelidikan baru, Sirul hanya menjawab, "tidak ada komentar".
Sirul gelisah ketika ditanya apakah ia akan kembali ke Malaysia jika hukumannya diringankan. "Singh ingin saya menjalani hukuman seumur hidup. Saya tidak ingin kembali. Orang-orang bilang: 'jangan beri pengampunan'. Saya akan dibunuh di penjara".
Untuk tetap berada di Australia, Sirul harus meyakinkan pihak berwenang setempat bahwa ia bukanlah seorang pembunuh.
Kasus Sirul diyakini menjadi subyek diskusi tingkat tinggi antara pemerintah Australia dan Malaysia.
Pekan lalu, Presiden Mongolia mendesak pemerintah Malaysia yang baru untuk membuka kembali kasus tersebut.
Advertisement