Liputan6.com, Kuala Lumpur - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad berjanji membuka kembali penyelidikan kasus pembunuhan model perempuan asal Mongolia, Altantuya Shaariibuu.
Janji itu diutarakan Tun Mahathir dalam pertemuannya dengan ayah korban, Shaariibuu Setev serta pengacara Ramkarpal Singh di Perdana Putra, Petaling Jaya, pada Rabu 20 Juni 2018.
"Dia (Mahathir) setuju bahwa kasus tersebut membutuhkan penyelidikan lebih lanjut," kata Ramkarpal, seperti dikutip dari The Star Malaysia (21/6/2018).
Advertisement
"Sang PM menekankan bahwa proses penyelidikan tetap harus selaras dengan hukum," tambahnya.
Baca Juga
Ramkarpal Singh mengatakan telah memulai prosedur hukum sejak 19 Juni 2018, di mana kala itu, ia bertemu dengan Jaksa Agung Malaysia untuk membahas hal serupa.
Mengomentari lebih lanjut mengenai tatap muka antara PM Mahathir dengan Shaariibuu Setev, sang pengacara mengatakan, "Itu pertemuan yang memuaskan. Sang PM berbicara detail kepada Pak Shaariibuu."
Turut hadir dalam pertemuan itu adalah delegasi dan penerjemah dari Kedutaan Besar Mongolia di Kuala Lumpur.
Presiden Mongolia Khaltmaagiin Battulga juga telah berbicara melalui sambungan telepon kepada Tun Mahathir Mohamad, menyampaikan terima kasih karena berkomitmen untuk kembali membuka penyelidikan atas kasus pembunuhan Altantuya Shaariibuu.
Sebelumnya, Shaariibuu Setev telah mengajukan permohonan kepada Kepoliian Diraja Malaysia agar membuka kembali penyelidikan terhadap kasus pembunuhan putrinya --sebuah langkah yang turut dipromosikan oleh pemerintah Mongolia.
Setelah koalisi partai oposisi Pakatan Harapan menorehkan kemenangan bersejarah pada Pemilu Malaysia 2018 dan mengambil alih Putrajaya, Presiden Mongolia telah bersurat kepada PM Mahathir Mohamad untuk membahas dibukanya kembali penyelidikan atas kasus tersebut.
"Sebagai Presiden Mongolia, saya menaruh perhatian khusus pada kejahatan besar yang dilakukan di Malaysia pada 18 Oktober 2006, yang berupa pembunuhan terhadap Shariibuu Altantuya, seorang warga negara Mongolia dan ibu dari dua anak," kata Presiden Khaltmaagiin dalam suratnya.
Dia mendesak perdana menteri yang baru saja disumpah untuk membantu membawa keadilan ke keluarga Altantuya "untuk memperkuat atmosfer dalam hubungan bilateral antara kedua negara".
Simak video pilihan berikut:
Najib Razak Lenger, Kasus Altantuya Kembali Mengemuka
Sungguh malang nasib Altantuya Shaariibuu. Model cantik asal Mongolia itu tewas mengenaskan di negeri orang, Malaysia.
Awalnya, Altantuya dinyatakan hilang pada 19 Oktober 2006. Sepupunya, melapor ke polisi dan meminta bantuan pihak Kedubes Mongolia di Bangkok.
Namun kemudian, fragmen tulang yang ditemukan di hutan dekat Bendungan Subang di Puncak Alam, Shah Alam menguak misteri keberadaan perempuan yang juga berprofesi sebagai penerjemah itu.
Penyelidikan mengungkap, Altantuya ditembak dua kali sebelum jasadnya diledakkan dengan C-4, bahan peledak yang biasa digunakan militer.
Pada Selasa 13 Januari 2015, pengadilan federal Malaysia telah menjatuhkan vonis mati pada dua oknum polisi, Azilah Hadri dan Sirul Azhar Umar -- yang belakangan berakhir kabur ke Australia.
Seiring kejatuhan Najib Razak dari kursi Perdana Menteri Malaysia, desakan untuk mengungkap kasus pembunuhan Altantuya Shaariibuu kembali mengemuka.
Sebab, siapa dalang di balik pembunuhan Altantuya masih misterius. Diduga kuat kasus pembunuhan tersebut sarat motif politik.
Seperti dikutip dari New Straits Times, Sabtu (19/5/2018), Sirul Azhar Umar, eks polisi Negeri Jiran yang kini berada di tahanan Australia mengaku, ia diperintahkan oleh 'orang-orang penting' untuk membunuh Altantuya Shaariibuu pada 2006.
Altantuya diketahui sebagai kekasih gelap Abdul Razak Baginda, mantan orang dekat Najib Razak.
Sementara, Abdul Razak Baginda dituduh sebagai pihak yang mengatur suap terkait pembelian kapal selam Prancis Scorpene pada 2002. Altantuya diduga dihabisi karena menuntut bayaran atas pekerjaannya sebagai penerjemah dalam negosiasi tersebut.
Para penentang Najib Razak sudah lama menduga, Azilah Hadri dan Sirul Azhar Umar sengaja dijadikan kambing hitam untuk meloloskan bos mereka yang diduga ada di level puncak dalam pemerintahan.
Anwar Ibrahim, tokoh oposisi yang baru saja dibebaskan dari bui berpendapat, Sirul harus dibawa pulang ke Malaysia untuk kembali disidang.
Kepada media Australia, The Australian, Anwar menduga, putusan hakim dalam kasus Altantuya, patut dipertanyakan. Sebab, majelis bersikap enggan memanggil saksi yang dianggap relevan dalam kasus tersebut.
"Cara terbaik adalah dengan mengajukan dakwaan baru dan melaksanakan persidangan ulang dalam kasus ini secara utuh," kata Anwar Ibrahim, yang diyakini akan segera menggantikan posisi Mahathir Mohamad sebagai perdana menteri Malaysia.
Sebelumnya, The Guardian mengungkap dugaan bahwa pihak Canberra yang menahan Sirul Azhar Umar mengizinkan perwakilan pemerintah Malaysia dan sayap pemuda UMNO bertemu terpidana. Mereka menyampaikan pesan yang bunyinya, "jangan berkata apapun".
Skandal pembunuhan Altantuya Shaariibuu adalah salah satu topik paling sensitif di Malaysia. Selama bertahun-tahun, kecurigaan bahwa perempuan tersebut dihabisi untuk membungkamnya terkait dugaan kecurangan dalam pengadaan kapal selam.
Advertisement
Najib Razak Membantah Terlibat
Di sisi lain, Najib Razak terus menyangkal terkait tuduhan yang menyebut, pembuat kapal selam Prancis, DCNS, membayar 'komisi' lebih dari 114 juta euro dalam pembelian dua kapal selam Scorpene.
Namun, seperti dikutip dari The Nation, desas-desus berembus bahwa Najib Razak dan istrinya, Rosmah Mansor terkait dengan pembunuhan tersebut.
Tuduhan itu dibantah keras oleh Najib, yang secara terbuka pernah menyangkal telah berselingkuh dengan Altantuya.
Dalam sebuah acara pada 2016, Najib menuduh, isu yang mengaitkan dirinya dengan Altantuya adalah rekayasa oposisi untuk menghasut rakyat.
"Orang yang saya tak kenal pun, Altantuya pun saya (dituduh) terlibat," kata dia.
"Tak perlu polisi, kalau saya terlibat Altantuya, istri saya pasti sudah berbuat sesuatu (kepada saya)," tambah dia.
Kasus tersebut sempat senyap setelah pengadilan Malaysia pada 2008 membersihkan nama Abdul Razak Baginda dari keterlibatan dalam kasus pembunuhan Altantuya Shaariibuu.
Putusan tersebut memicu dugaan konspirasi untuk mempetieskan kasus ini, untuk melindungi Najib Razak, yang kala itu dipromosikan sebagai Deputi Perdana Menteri Malaysia.