Mahathir Mohamad: Proyek Kereta Cepat Malaysia Bukan Dihentikan, tapi...

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan proyek kereta cepat di Semenanjung Malaysia dibatalkan. Ini alasannya.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 13 Jun 2018, 07:21 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2018, 07:21 WIB
Resmi Dilantik, Mahathir Mohamad menjadi PM Tertua di dunia
Perdana Menteri Malaysia baru, Mahathir Mohamad memberi keterangan saat konferensi pers di Petaling Jaya, Malaysia (10/8). Di usia 92 tahun, pemimpin koalisi oposisi Pakatan Harapan itu menjadi pemimpin terpilih tertua di dunia. (AP Photo / Sadiq Asyraf)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad diduga telah mundur dari keputusan sebelumnya, yang menyinggung pembatalan proyek kereta cepat di Semenanjung Malaysia.

Berbicara kepada Nikkei Asian Review di sela-sela konferensi Future of Asia di Tokyo, Mahathir mengatakan Malaysia tidak dapat mengurusi proyek pada saat ini, tetapi mengisyaratkan bahwa pintu investasi masih terbuka.

"Kami tidak dapat mengatakan bahwa kami tidak akan pernah memiliki kereta kecepatan tinggi (HSR) di Malaysia. Apa yang dapat kami lakukan adalah kami menunda proyek karena terlalu mahal pada saat ini," katanya, sebagaimana dikutip dari Asia One, Selasa (12/6/2018).

Dr Mahathir mengatakan bahwa Malaysia akan membutuhkan HSR, tetapi itu adalah sesuatu yang hanya dipertimbangkan di masa depan.

Setelah dilantik sebagai perdana menteri, dia mengumumkan pada 28 Mei lalu, bahwa Malaysia akan mengerjakan proyek HSR dengan Singapura, tapi kemudian mengutipnya sebagai "proyek yang tidak perlu".

"Kereta berkecepatan tinggi paling efektif di mana jaraknya sangat panjang. Tapi di mana jaraknya pendek, tidak banyak berkontribusi. Jadi, kita perlu memikirkan kembali pembangunannya antara Kuala Lumpur dan Singapura," jelas PM Mahathir.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

Biaya Operasional Mahal

Bendera Malaysia (iStockphoto via Google Images)
Bendera Malaysia (iStockphoto via Google Images)

Bulan lalu, Menteri Keuangan Malaysia, Lim Guan Eng, juga mengatakan keputusan pemerintah untuk membatalkan proyek HSR bukan hanya karena harga yang mahal, tetapi juga beban biaya operasional yang "curam" (pendanaan berisiko) untuk mengelola jaringan rel sepanjang 350 kilometer.

"Keputusan ini juga merupakan bagian dari pemotongan biaya untuk memangkas utang pemerintah federal lebih dari 1 triliun ringgit," kata Lim.

Dia mengatakan, pemerintahan baru memperkirakan biaya awal proyek rel kecepatan tinggi, kemungkinan akan lebih dari 100 miliar ringgit, atau setara Rp 34,9 triliun.

Kementerian Transportasi Singapura mengatakan pihaknya belum menerima pemberitahuan resmi dari Malaysia, bahwa proyek itu telah dibatalkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya