Liputan6.com, Hollywood - Aktris Hollywood Scarlett Johansson dikabarkan menolak pendanaan dari Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, untuk film berikutnya.
Sang aktris ditunjuk memerankan pewarta foto pemenang penghargaan Pulitzer, Lynsey Addario, dalam sebuah film biografi yang disutradarai oleh Ridley Scott. Tetapi, ketika ada MBS --sapaan akrab Mohammed bin Salman-- dalam daftar pendanaan filmnya itu, seketika sang aktris mengancam untuk membatalkan keterlibatannya.
"Scarlett Johansson mengatakan tidak (berpartisipasi) sepenuhnya," kata Addario dalam wawancara dengan Nicholas Kristof dari New York Times. "Dia berkata: 'Orang ini sedang melanggengkan perang di Yaman. Dia mengirim banyak wanita ke penjara'."
Advertisement
Dikutip dari The Guardian pada Kamis (25/10/2018), Addario juga menambahkan: "Ini (terjadi) sebelum pembunuhan Khashoggi, ketika dia menjadi salah satu pihak utama yang ingin mendanai film tersebut."
Baca Juga
Pada akhirnya, film tersebut tidak jadi didanai oleh Mohammed bin Salman, dan beralih ke sumber pembiayaan dari jaringan usaha Tencent, raksasa teknologi asal China.
Mohamed bin Salman baru-baru ini dituding terlibat dalam pembunuhan jurnalis Washington Post, Jamal Khashoggi, di konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober, karena sering menulis secara kritis tentang pemerintahan sang putra mahkota.
"Saya tidak bertemu dengannya (Scarlett) secara pribadi," kata Addario.
"Tapi, saya mendengar kabar dia sempat berpikir bahwa filmnya akan dikaitkan dengan kampanye tebar pesona (yang dilakukan MBS). Scarlet berkata pada saya: apakah saya ingin pangeran terkait dengan film ini? Tentu saja tidak', seperti itu," lanjutnya.
Addario sendiri dikenal sebagai fotografer wanita yang fokus memotret beragam konflik global, khususnya yang berdampak terhadap nasib wanita dan anak. Selama kariernya, ia pernah diculik dua kali dan dilecehkan secara seksual saat ditahan di Libya.
Film tersebut, yang awalnya akan disutradarai oleh Steven Spielberg dan turut dibintangi oleh Jennifer Lawrence, didasarkan pada memoar Addario berjudul It’s What I Do.
Simak video pilihan berikut:
Janji MBS
Sementara itu, setelah bungkam sekian lama, MBS menyebut pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi di dalam konsulat kerajaan di Istanbul, sebagai "kejahatan keji yang tidak bisa dibenarkan".
Dalam komentar publik pertamanya setelah berminggu-minggu sejak pembunuhan Khashoggi, mengatakan pada Rabu 24 Oktober, bahwa para pelaku akan dibawa ke pengadilan dengan bantuan Turki.
Berbicara di tengah penyelenggaraan Inisiatif Investasi Masa Depan di Riyadh, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada hari Kamis, MBS mengatakan bahwa "beberapa orang mencoba untuk merebut momen menyakitkan ini untuk merusakan hubungan antara Arab Saudi dan Turki".
Dia melanjutkan: "Saya ingin mengirim pesan kepada mereka: Anda tidak akan dapat melakukan hal itu selama kita memiliki seorang raja bernama Salman bin Abdulaziz, dan seorang putra mahkota bernama Mohammed bin Salman, dan seorang presiden Turki bernama Erdogan.
"Keretakan hubungan kami tidak akan pernah terjadi. Kami akan membuktikan kepada seluruh dunia bahwa kedua negara bekerja sama untuk menghukum semua pelaku, dan keadilan akan berada di atas segalanya."
Advertisement