Liputan6.com, Miami - Kecelakaan pesawat yang terjadi pada Rabu 5 Desember 1945 menjadi salah satu misteri terbesar dalam dunia penerbangan. Insiden itu melibatkan mitos Segitiga Bermuda yang terkenal horor.
Segitiga Bermuda bukan nama resmi. Julukan itu merujuk pada wilayah di dalam garis imajiner yang menghubungkan Kepulauan Bermuda, Puerto Rico, dan Fort Lauderdale. Di sana lah sejumlah kapal dan pesawat hilang secara misterius.
Advertisement
Baca Juga
Pada hari kejadian, skuadron yang terdiri atas lima pesawat pembom torpedo Angkatan Laut, beserta 14 awaknya, hilang tanpa jejak. Tak hanya jasad para penerbang, serpihan pesawat tak pernah ditemukan.
Awalnya, saat jarum jam menunjuk pukul 14.10 waktu setempat, di bawah komando Letnan Charles Taylor, lima jet pengebom torpedo TBM Avenger bermesin tunggal keluar dari pangkalan udara Fort Lauderdale.
Para penerbang ditugaskan melaksanakan misi rutin, termasuk berlatih menjatuhkan bom dan latihan navigasi.
Meski Perang Dunia II sudah berhenti tiga bulan sebelumnya, militer berketetapan untuk terus waspada dan berlatih.
Sekitar 90 menit setelah lepas landas, Letnan Taylor lewat radio melaporkan, tim tersesat dan kompas tidak berfungsi. "Kami tak tahu, ini di mana," kata dia, seperti dikutip dari Sun Sentinel.
Selama dua jam kemudian, Letnan Taylor mengarahkan pesawat, yang ia kira menuju Miami, namun nyatanya justru mengarah ke Samudera Atlantik.
Pangkalan angkatan laut di Miami sempat mendapatkan sinyal samar-samar dari skuadron tersebut di sekitar 150 mil dari lepas pantai New Smyrna Beach.
Panggilan terakhir yang dilakukan skuadron terjadi pada pukul 19.27. Setelah itu lenyap.
Setelah armada dinyatakan hilang, tim penyelamat pun diberangkatkan. Pesawat amfibi berbadan besar dengan mesin ganda dikirim dari pangkalan Banana River di Central Florida. Namun, pesawat itu justru jatuh ke laut ganas. Sebanyak 13 orang penumpangnya tewas seketika.
Hari berikutnya, salah satu pencarian kecelakaan terbesar dalam sejarah dilakukan. Tim SAR menyisir area seluas 200.000 mil persegi. Letnan David White, salah dalam tim pencari menceritakan, pesawat dan kapal pencari mencari apapun yang mungkin tersisa, jaket pelampung atau serpihan pesawat.
Namun, "Tak ada tanda-tanda serpihan," kata White. "Ini luar biasa."
Saat mencari keesokan paginya, diduga puing-puing mungkin sampai di lepas pantai Georgia. Pesawat TBM Avengers, menurut White, kemungkinan pecah pada saat berusaha mendarat di laut .
Sejumlah sejarawan dan investigator kelautan menduga skuadron nahas itu mengalami disorientasi di tengah cuaca buruk dan kegelapan malam. Mereka diyakini kehabisan bahan-bahan dan mengalami kecelakaan di lautan timur Daytona Beach.
Tak hanya kecelakaan yang melibatkan Segitiga Bermuda yang terjadi apda tanggal 5 Desember. Sejumlah peristiwa bersejarah terjadi pada hari ini.
Pada 5 Desember 1957, Presiden Sukarno memerintahkan warga negara Belanda angkat kaki dari tanah air.
Pada tanggal yang sama tahun 2013, Nelson Mandela meninggal dunia. Ia menjadi pria berkulit hitam pertama yang menjadi presiden Afrika Selatan. Napas penghabisan ia embuskan pada usia 95 tahun, akibat infeksi paru-paru.
Lahirnya Mitos Segitiga Bermuda
Desas-desus keangkeran Segitiga Bermuda sudah lama beredar. Christopher Columbus, di masa awal penjelajahannya ke Dunia Baru pada 1492, adalah yang pertama mencatat soal anomali di sekitar segitiga imajiner itu.
Saat kapal-kapal armadanya, "Nina", "Pinta", dan "Santa Maria" melintas Laut Sargasso, penjelajah Italia itu mengaku kompasnya menjadi tak menentu. Ia juga melihat cahaya aneh di cakrawala pada 11 Oktober 1492, yang hingga kini belum bisa dijelaskan.
Namun, asal-usul legenda Segitiga Bermuda bisa dilacak sejak 16 September 1950, saat wartawan kantor berita Associated Press, E. V. W. Jones mencatat apa yang ia deskripsikan sebagai serangkaian kejadian "misterius" hilangnya sejumlah kapal dan pesawat antara perairan Florida dan Bermuda di akhir tahun 1940-an.
Ia menyebut sejumlah kejadian, dari hilangnya Penerbangan 19 Angkatan Laut AS, misi latihan 5 bomber torpedo TBM Avenger yang terbang dari Florida pada 5 Desember 1945, juga hilangnya pesawat komersial "Star Tiger" pada 30 Januari 1948 dalam penerbangan dari Azores ke Bermuda. Tak ketinggalan "Star Ariel"yang raib 17 Januari 1949 dalam penerbangan dari Bermuda ke Kingston, Jamaica.
"'Laut iblis' telah menjebak nasib 135 orang yang terbang atau berlayar di Atlantik dalam beberapa tahun belakangan," tulis Jones seperti dimuat Bernews.com. "Manusia modern dengan keajaiban teknologi tak menemukan kata kunci untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada mereka yang lenyap, tanpa jejak bersama kapal atau pesawatnya."
Dua tahun kemudian giliran artikel di majalah Fate muncul. Penulisnya, George X Sand menceritakan sejumlah insiden misterius hilangnya sejumlah kapal di wilayah tersebut. Penulis, M. K. Jessup juga menyajikan kisah serupa dalam artikel "The Case for The UFO", dirilis tahun 1955 -- yang mengarahkan keterlibatan alien.
Kisah serupa kembali diulang Donald E. Keyhoe dalam "The Flying Saucer Conspiracy" [1955), juga Frank Edwards dalam tulisannya, "Stranger Than Science" [1959].
Hingga akhirnya muncullah Vincent H. Gaddis yang memperkenalkan istilah "Segitiga Bermuda" dalam artikel yang terbit Februari 1964 di Majalah "Argosy", yang berjudul "The Deadly Bermuda Triangle" -- Segitiga Bermuda yang mematikan.
"Selama dua dekade terakhir, laut misterius di halaman belakang kita telah merenggut hampir 1.000 nyawa," tulis Gaddis. "Angkatan Laut AS, Angkatan Udara dan penyelidik Penjaga mengakui bahwa mereka bingung. Beberapa petunjuk yang ada hanya menambah kemisteriusannya."
Disusul tulisan Ivan T. Sanderson, "Invisible Residents" [1970] yang menyebut spekulasi bahwa Segitiga Bermuda adalah bukti adanya peradaban bawah laut yang cerdas dan berteknologi tinggi yang bertanggung jawab atas berbagai fenomena misterius. Makin banyak buku soal itu yang ditulis, dipakai inspirasi sejumlah film. Spekulasi pun makin liar.
Tulisan yang relatif masuk akal baru terbut pada 1975 oleh Larry Kusche, pustakawan Arizona State University. Ia membongkar mitos yang ia sebut sebagai "misteri yang diproduksi" dalam buku "The Bermuda Triangle Mystery-Solved".
Ia menggali bukti arsip seperti rekaman data cuaca, laporan resmi penyelidik, laporan media masa, dan dokumen lain -- fakta yang kerap diabaikan oleh para penulis sebelumnya.
Advertisement
Fakta Ilmiah
'Misteri' Segitiga Bermuda' sekian lama menyandera imaji manusia, bahkan hingga saat ini. Sejumlah orang mencari dan mempertanyakannya ke sumber yang tepat dan terpercaya. Salah satunya, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Seperti dimuat dalam situsnya, NASA membantah spekulasi ada kaitan Segitiga Bermuda dan lubang hitam 'black holes'.
"Tidak ada lubang hitam di Segitiga Bermuda. Pada kenyataannya, bahkan tak ada yang namanya Segitiga Bermuda. Banyaknya kasus kehilangan di wilayah itu konsisten dengan yang terjadi wilayah lainnya," demikian jelas Ilmuwan NASA, Dr Eric Christian
Astrobiologis dan ilmuwan senior NASA, David Morrison juga meminta orang-orang penasaran untuk menkaji secara nyata dan fakta. "Bukan fantasi."
Lembaga pemerintah Amerika Serikat, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang mengurus persoalan lingkungan, di antaranya badai dan tsunami, juga pernah menjelaskan tentang Segitiga Bermuda.
Sekaligus membantah sejumlah spekulasi yang berseliweran. "Seperti mahluk ekstraterresterial yang menculik manusia untuk dijadikan kelinci percobaan, pengaruh Atlantis Yang Hilang, pusaran yang menyedot benda ke dimensi lain, dan ide-ide lain yang tak kalah anehnya." Termasuk, soal rumah iblis atau keberadaan piramida di sana.
NOAA menyebut, beberapa dugaan didasarkan pada sains, meski tanpa didasari bukti. Namun yang jelas, "Angkatan Laut AS (US Navy) dan penjaga pantai (US Coast Guard) berpendapat bahwa tidak ada penjelasan supranatural untuk berbagai bencana di laut. Pengalaman mereka menunjukkan, kombinasi dari alam dan kesalahan manusia, mengalahkan penjelasan fiksi ilmiah paling terpercaya sekali pun."
Lembaga itu menambahkan, laut sejatinya selalu menjadi tempat misterius untuk manusia. Saat cuaca buruk terjadi dan adanya kesalahan manusia, ia bisa menjadi tempat yang sangat mematikan. Ini adalah kenyataan yang terjadi di seluruh dunia.
"Tak ada bukti bahwa kehilangan misterius terjadi dengan frekuensi lebih besar di Segitiga Bermuda dibanding lokasi lain di lautan dunia," NOAA menyimpulkan