Liputan6.com, Manila - Korban tewas akibat tanah longsor dan banjir dahsyat di Filipina tengah --yang dipicu oleh badai Usman-- naik menjadi 85 orang, kata para pejabat setempat pada Rabu 2 Januari 2018.
Bersamaan dengannya, petugas yang melakukan evakuasi mengatakan bahwa sebanyak 20 orang masih dinyatakan hilang, demikian sebagaimana dikutip dari Cbc.ca pada Kamis (3/1/2019).
Sebagian besar korban, termasuk anak-anak, tewas ketika rumah mereka ambruk akibat terjangan tanah longsor setelah berhari-hari hujan lebat di beberapa provinsi di Filipina tengah, kata Ricardo Jalad, direktur eksekutif badan bencana nasional setempat.
Advertisement
Baca Juga
"Jika kami tidak menemukan para korban hilang, atau faktanya mereka telah tewas, maka jumlah angka kematian dalam bencana ini bisa mencapai 105 orang. Kami berharap sebaliknya," kata Jalad.
Badai Usman sendiri merupakan sebuah depresi tropis, yang melemah menjadi sistem tekanan udara rendah sebelum meninggalkan Kepulauan Filipina pada akhir pekan lalu.
Hujan lebat yang disebabkanya memicu tanah longsor dan banjir di kota Bicol dan Visayas. Ratusan bangunan rumah dan gedung komersial rusak, menyebabkan sebagian korban tewas dan terluka akibat tertimpa reruntuhan.
Para pejabat pusat di Manila menetapkan status "kondisi musibah" pada tiga provinsi di Filipina tengah, gune memberi otoritas setempat akses ke dana darurat negara.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Kerugian Hingga Rp 252 Miliar
Kota Bicol, dengan populasi 5,8 juta jiwa, adalah lokasi yang paling terdampak oleh bencana banjir dan tanah longsor akibat Badai Usman.
Sebanyak 68 orang tewas tertimpa longsor dan reruntuhan bangunan, setelah hujan lebat turun hingga hari Senin kemarin.
Dampak kerusakan yang menimpa areal pertanian di Bicol, yang terkenal akan produksi beras dan jagung, diperkirakan merugi hingga 342 juta peso, atau sekitar Rp 252 miliar.
Tim penyelamat, termasuk polisi dan militer, menggunakan peralatan berat untuk membersihkan jalan yang mengarah ke lokasi tanah longsor, dan melakukan evakuasi terhadap komunitas yang terdampak banjir menggunakan perahu karet.
"Meski hari sudah cerah, namun beberapa kali turun hujan ringan. Kami berharap banjir segera surut," kata Ronna Monzon, anggota personel operasi penyelamatan di Bicol.
Sekitar 20 badai tropis menghantam Filipina setiap tahunnya, menyebabkan kerusakan serius pada lahan pertanian dan infrastruktu, yang seringkali memakan korban jiwa.
Kondisi di atas disebut membebani Filipina, yang tengah dinilai sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia.
Advertisement