5 Tahun Tak Menampakkan Diri, Pemimpin ISIS Akhirnya Muncul dalam Video?

Video pertama yang dirilis ke publik setelah lima tahun memperlihatkan pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi.

oleh Afra Augesti diperbarui 30 Apr 2019, 07:46 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2019, 07:46 WIB
Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi
Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi dikabarkan menderita luka serius setelah serangan militer Rusia 28 Mei 2017. Padahal sebelumnya, ia telah dinyatakan tewas oleh Kementerian Pertahanan Rusia. (AP)

Liputan6.com, Bagdad - Jaringan media milik ISIS, Al Furqan, merilis sebuah video ancaman yang diklaim menampilkan pemimpinnya, Abu Bakr al-Baghdadi, pada Senin 29 April 2019.

Dalam rekaman berdurasi 18 menit itu, seorang pria berjenggot lebat dan panjang mengatakan bahwa pemboman di Sri Lanka adalah respons ISIS terhadap kerugian yang melanda markas terakhir komplotan ini di teritorial Baghouz, Suriah.

Ia menambahkan, ISIS akan membalas dendam untuk anggota yang dipenjara dan dibunuh, menyerukan gerilyawan yang beroperasi di Afrika barat untuk melipatgandakan serangan terhadap "Tentara Salib Prancis dan sekutunya".

Meski demikian, keaslian dan tanggal dari pembuatan video tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.  Begitu pula lokasinya yang tidak diketahui ada di mana. Demikian seperti dilansir dari BBC, Senin (30/4/2019).

Bila memang diproduksi baru-baru ini, maka cuplikan itu akan menjadi penampakan diri pertama dari al-Baghdadi sejak ia difilmkan di Mosul, Irak, pada tahun 2014.

Sebab kebanyakan setelahnya, ISIS hanya mempublikasikan rekaman audio dari suara al-Baghdadi saja. Sedangkan rekaman audio terakhir al-Baghdadi dirilis pada Agustus 2018.

Lelaki yang disebut sebagai Abu Bakr al-Baghdadi itu terlihat duduk bersila di lantai berkarpet, mengenakan jubah hitam dan rompi krem, dengan jenggot gondrong yang mulai beruban namun dicat berwarna oranye kemerahan di bagian bawah.

Ia menyampaikan rencana yang akan ia jalankan kepada tiga anak buahnya yang wajahnya dikaburkan (blur). Sebuah senapan api bersandar di sebelah kanannya.

Laki-laki tua itu tampak dalam keadaan sehat dan sedikit lebih tua dari al-Baghdadi pada tahun 2014. Ia berbicara kepada para pengikutnya tentang kekhalifahan yang sekarang sudah tidak berfungsi lagi sejak lima tahun lalu, yang membentang di Irak dan Suriah.

"Pertempuran kita hari ini adalah pertempuran gesekan dengan musuh ... Jihad berlanjut sampai hari penghakiman, dan Tuhan memerintahkan kita untuk berjihad, tetapi tidak untuk kemenangan," katanya.

Dia pun mengucapkan selamat kepada militan yang beroperasi di Libya atas serangan maut pada awal bulan ini di kota gurun selatan Fuqaha, tempat ISIS kemudian mundur. Juga mengapresiasi pasukan di Burkina Faso dan Mali, karena berjanji setia kepada Negara Islam.

Pria paruh baya tersebut turut mendoakan Abu Waleed al-Sahrawi, pemimpin ISIS di Greater Sahara, agar selalu selamat.

Dalam video itu, al-Baghdadi memberikan penghormatan kepada pasukan yang tewas di daerah Baghouz, termasuk warga negara dari Irak, Arab Saudi, Belgia, Prancis, Australia, Chechnya dan Mesir.

"Taklukan musuh dan buat mereka kehilangan seluruh kemampuan manusia, militer, ekonomi dan logistiknya," ujar laki-laki yang mirip al-Baghdadi tersebut.

Di akhir video, salah satu ajudan memberikan sejumlah file ke al-Baghdadi yang dilabeli dengan beberapa nama negara atau wilayah di mana ISIS telah aktif, termasuk Somalia, Semenanjung Sinai di Mesir, Afrika barat, Yaman, dan Libya.

 

Siapa Abu Bakr al-Baghdadi?

Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi. (Associated Press)
Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi. (Associated Press)

Abu Bakr al-Baghdadi lahir pada tahun 1971 di Samarra, Irak. Saat kecil, ia dikatakan memiliki minat tinggi untuk mempelajari Alquran dan hukum agama Islam.

Saat sudah berkeluarga, ia tak segan untuk menghukum anggota familinya sendiri yang tidak menjalankan ajaran Islam.

Saat sekolah pascasarjana, ketika ia menyelesaikan gelar Master dan PhD jurusan Studi Quran di Saddam University for Islamic Studies (Irak), ia mulai terlibat dengan kelompok-kelompok Islam radikal.

Pada akhir tahun 2000, al-Baghdadi menyatakan diri telah memeluk paham Salafi dan akan terus terlibat dengan al-Qaeda --akar lahirnya ISIS.

Sejak kemunculannya di depan umum pada tahun 2014, ia kemudian tak pernah lagi terlihat dalam video-video yang ditayangkan oleh ISIS. Sedangkan sejumlah laporan media mainstream beberapa kali mewartakan tentang kematiannya.

Buronan Internasional

Ilustrasi ISIS
Ilustrasi ISIS (Liputan6.com/Abdillah)

Pada puncak kekuasaannya, ISIS menguasai wilayah yang membentang dari Suriah utara melalui kota-kota dan desa-desa di sepanjang lembah Tigris dan Efrat ke pinggiran Baghdad, Irak.

Tetapi kekalahan Mosul dan Raqqa pada tahun 2017, membuat Abu Bakr al-Baghdadi menjadi buronan internasional. Ia beberapa kali dikabarkan masih 'bergerak' di sepanjang perbatasan gurun antara Irak dan Suriah.

Sementara itu, CIA belum melontarkan komentar apa pun terkait video tersebut.

"Kami mengetahui sebuah rekaman yang di-posting hari ini yang konon memperlihatkan Abu Bakr al-Baghdadi," kata juru bicara Pentagon, Komandan Angkatan Laut Sean Robertson pada Senin kemarin. "Kami terus bekerja sama dengan pasukan mitra untuk menjalankan misi mengalahkan ISIS selamanya."

Serangan udara militer Amerika Serikat menewaskan sebagian besar letnan tinggi bawahan al-Baghdadi, termasuk "menteri perang" Abu Omar al-Shishani, "gubernur wilayah Irak" Abu Muslim al-Turkmani, juru bicara ISIS Abu Mohammed al-Adnani dan "gubernur untuk Suriah" Abu Ali al-Anbari.

Meskipun kehilangan kawasan jajahan terakhirnya pada bulan lalu, desa Baghouz di Suriah, namun ISIS masih memiliki tempat persembunyian di seluruh dunia dan beberapa militan tetap beroperasi secara diam-diam di gurun Suriah dan kota-kota Irak.

Di Sahel, Afrika Barat, para ekstremis Islam telah mengeksploitasi konflik lokal untuk memperluas jangkauan mereka, dengan sebagian besar serangan berafiliasi dengan Al Qaeda. Di Nigeria, sebuah faksi yang memisahkan diri dari Boko Haram telah bersumpah mengabdi kepada ISIS.

Kelompok itu telah melakukan 92 operasi di delapan negara sebagai pembalasan atas kekalahan mereka, tanpa memberikan kerangka waktu untuk setiap serangan. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya