Berlin - Janda teroris ISIS diberitakan kini hidup dan bekerja di Jerman.
Wanita muda Jerman Omaima A. pergi ke Suriah, bergabung dengan ISIS dan menikah dengan teroris Denis Cuspert. Wanita itu kembali ke Jerman dan sekarang berkarir sebagai konsultan. Kisahnya diungkap reporter Lebanon.
Baca Juga
Menurut pemberitaan DW Indonesia yang dikutip Sabtu (27/4/2019), ketika Jenan Moussa, seorang reporter perang ternama dari stasiun TV Arab Al Aan, menerima isi smartphone dari "sumber terpercaya," dia tahu bahwa dia telah diberi "harta karun".
Advertisement
Telepon itu, katanya, adalah milik Omaima A. - seorang warga negara Jerman keturunan Tunisia. Isi teleponnya - ribuan pesan obrolan dan foto-foto, serta rincian penerbangan dan screenshot dari surat-surat resmi - mendokumentasikan perjalanan Omaima A. dari Jerman ke ISIS pada awal 2015.
Pandangan 'Tanpa Sensor' tentang Kehidupan di Bawah ISIS
"Saat saya melihat kontennya, saya menyadari ini adalah pandangan tanpa sensor pada kehidupan seorang wanita ISIS," kata Moussa kepada DW.
Dia menghabiskan berbulan-bulan meneliti data-data itu dan minggu ini menerbitkan beberapa foto dan dokumen, bersama dengan laporan TV yang lebih panjang. Sementara DW tidak dapat memverifikasi foto-foto secara independen, gambar-gambar tersebut memang memberikan perspektif yang menarik tentang wanita muda dan kehidupan di dalam dan di antara ISIS.
Omaima A. lahir 1984 di Hamburg, Jerman. Ia jatuh cinta dan menikah dengan seorang pria bernama Nader Hadra. Suaminya bergerak dalam lingkaran Salafi dan berkenalan dengan beberapa ekstremis Islam paling terkemuka di Jerman. Omaima A. dan ketiga anaknya, kata Moussa, kemudian mengikuti Hadra ke Suriah.
Foto-foto dari awal 2015 menggambarkan kesan pertama kehidupan di wilayah ISIS: bendera hitamnya yang menjuntai dari tiang lampu dan foto poster propaganda. Foto-foto lain menunjukkan anak-anak muda - yang diidentifikasi Moussa sebagai anak-anak Omaima A. sendiri - mengenakan topi dan bendera ISIS dan bermain dengan senjata.
Dalam satu gambar, seorang wanita berkerudung, diidentifikasi Moussa sebagai Omaima A., memegang senjata.
Bahkan ketika ISIS menyerbu Suriah dan Irak, membunuh, menyiksa, dan memperbudak banyak orang, data yang diperoleh dari smartphone mendokumentasikan sisi kehidupan yang berbeda di bawah kekhalifahan: jalan-jalan keluarga ke toko jus dan sungai - dan banyak selfie ceria.
Moussa juga menemukan propaganda ISIS dalam ponsel itu: Satu gambar memperlihatkan sebuah meme dari dua anggota ISIS bertopeng di depan Reichstag, gedung parlemen Jerman. Tulisan dalam bahasa Jerman berbunyi: "Pembalasan akan ada di depan pintu Anda."
Hanya Ibu Rumah Tangga Biasa?
Setelah suaminya, Nader Hadra, terbunuh dalam pertempuran di Kobane, Omaima A. menerima "kompensasi kemartiran" dan menikah lagi. Foto-foto itu dengan kuat menunjukkan bahwa ia menikah dengan salah seorang Islamis radikal paling terkenal di Jerman, Denis Cuspert, seorang rapper yang menjadi anggota ISIS dengan menggunakan nama Deso Dogg.
Awal tahun 2015, Cuspert masuk ke dalam daftar teror Amerika Serikat. Dia diyakini telah meninggal pada awal 2018 di Suriah.
Seorang Islamis, yang pernah bergerak dalam lingkaran Salafi radikal yang sama di Jerman dengan kedua pria yang diduga adalah suami Omaima A., mengatakan kepada DW bahwa sosok Omaima dikenal kalangan itu. Walau belum pernah bertemu dengannya, dia tahu bahwa Omaima aktif di media sosial di Jerman "dan di sana (Suriah- Red)."
"Itu nama yang sering kudengar," katanya.
Moussa juga memperlihatkan bukti yang menunjukkan bahwa Omaima A. mengelola akun media sosial untuk ISIS saat berada di Suriah.
Ponsel Hilang atau Tertinggal
Tidak jelas apakah Omaima A. kehilangan ponselnya di Suriah pada akhir 2015, atau apakah dia sengaja meninggalkannya ketika dia memutuskan untuk kembali ke Jerman.
Kapan tepatnya dia bersama anak-anaknya tiba kembali di kota asalnya, Hamburg, juga tidak jelas. Moussa percaya itu mungkin terjadi pada akhir 2016.
Moussa menyatakan keterkejutannya bahwa Omaima A., sejauh ini lolos dari proses pidana. Namun, banyak dari mereka yang kembali ke Jerman dari Suriah dan Irak, termasuk perempuan yang kembali dari IS, ditempatkan di bawah pengawasan.
Moussa secara pribadi pergi ke Hamburg untuk bertemu Omaima A. Namun, dia mengatakan hanya bisa berbicara dengan putrinya yang masih di bawah umur, yang menyangkal bahwa keluarganya pernah mengunjungi Suriah. Ketika Moussa kemudian menghubungi Omaima A. lewat telpon, dua kali teleponnya ditutup.
Upaya DW untuk menghubungi Omaima A. juga tidak berhasil.
Akun LinkedIn yang telah dihapus, yang menurut Moussa adalah milik Omaima A., menunjukkan seorang wanita modern, rambutnya diikat ekor kuda, dan mendeskripsikan dirinya sebagai penerjemah dan event organizer.
"Dia hanya meneruskan [hidupnya], hidup normal dan tidak pernah didakwa atau ditangkap oleh pihak berwenang," kata Moussa.
Tetapi kemungkinan pihak berwenang tahu pada 2015 bahwa Omaima A. berangkat ke Suriah: Salinan dokumen resmi yang tidak dapat diverifikasi DW, menginformasikan kepada Omaima A. bahwa tunjangan sosialnya telah dicabut dengan alasan "kepergian ke luar negeri (Suriah)".
Advertisement
Pembenaran untuk Proses Pidana
Jadi jika Omaima A. dikenal pihak berwenang di Jerman, mengapa dia tidak pernah ditangkap?
Menurut hukum Jerman, surat perintah penangkapan hanya dapat dikeluarkan jika ada kecurigaan mendesak bahwa orang tersebut memang melakukan kejahatan.
Sampai baru-baru ini, pengadilan Jerman umumnya mengambil sikap bahwa hanya tinggal di wilayah yang dikuasai ISIS tidak cukup untuk membenarkan proses pidana. Sebaliknya, penuntutan harus membuktikan bahwa seorang wanita seperti Omaima A. aktif mendukung kelompok teror.
Mengingat bahwa banyak wanita yang bergabung dengan ISIS mengambil peran publik yang lebih sedikit daripada suami mereka, yang sering memuliakan tindakan mereka di media sosial, keterlibatan aktif jauh lebih sulit untuk dibuktikan.
Denis Cuspert, pria yang diduga adalah suami Omaima A., berpose di beberapa video propaganda IS. Dalam satu video, ia memegang kepala yang terpenggal.
Sekembalinya mereka ke Jerman, banyak wanita mengklaim bahwa mereka dipaksa atau ditipu oleh suami mereka dan tidak pernah mendukung ideologi teroris.
Pada tahun 2018, ada 865 proses hukum dimulai di Jerman dengan alasan terorisme Islam oleh Kantor Kejaksaan Federal. Kasus yang melibatkan perempuan hanya sedikit: Lima surat perintah penangkapan dikeluarkan terhadap perempuan yang kembali dari ISIS. Hanya dalam dua kasus, proses pidana diluncurkan.
'Bukan Sosok Asing'
Salah satunya adalah kasus penting yang saat ini sedang diproses di pengadilan München terhadap Jennifer W. Wanita kelahiran Jerman itu dituduh membiarkan "budak anak" Yazidi yang berusia 5 tahun meninggal karena kehausan saat dia tinggal di Irak. Jaksa penuntut menuduh Jennifer W. melakukan kejahatan perang, pembunuhan, dan keanggotaan dalam organisasi teroris asing.
Jika dokumen yang diperoleh Moussa melalui smartphone yang ditemukan di Suriah memang asli, kemungkinan Kantor Kejaksaan Federal akan melihat lebih dekat kasus Omaima A.. Foto-foto di telepon menggambarkan seorang wanita yang tampaknya tanpa paksaan merangkul ideologi kekhalifahan ISIS, sementara dokumen yang terkandung di dalamnya juga menunjukkan bahwa Omaima A. mungkin telah menggalang dana untuk kalangan Islam radikal.
Berbagai pejabat yang dihubungi DW tidak bersedia berkomentar secara terbuka tentang materi yang diperoleh Moussa. Tetapi jika ada bukti baru dalam kasus ini, jaksa akan mampu meluncurkan investigasi baru. Seperti yang dikatakan salah satu sumber kepada DW, Omaima A. "bukan sosok asing."