10-5-2018: Mahathir Mohamad Kembali Jadi PM Malaysia di Usia 92 Tahun

Kemunculan kembali Mahathir Mohamad di dunia politik berakhir mengejutkan. Ia jadi PM Malaysia di usia 92 tahun.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 10 Mei 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2019, 06:00 WIB
Mahathir Mohamad
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. (AFP)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Mahathir Mohamad membuat kejutan di usia pensiun. Ia mencetak kemenangan bersejarah di Pemilu Malaysia 2018. Koalisi Pakatan Harapan yang dipimpinnya memenangkan 115 kursi parlemen, melebihi ambang batas 112 kursi yang diperlukan untuk membentuk pemerintahan.

Kemenangan Mahathir Mohamad mengakhiri dominasi Barisan Nasional, yang telah memerintah Negeri Jiran selama lebih dari 60 tahun. Itu berarti, mantan anak didiknya, Najib Razak juga harus lengser dari jabatan perdana menteri.

Pada 10 Mei 2018, pria berjuluk 'Little Sukarno' itu dilantik sebagai Perdana Menteri Malaysia. Untuk kali keduanya, di usia 92 tahun. Ia adalah pemimpin tertua di dunia yang terpilih secara demokratis. Mahathir sebelumnya pernah memimpin Malaysia selama 22 tahun.

"Kami tak akan balas dendam. Yang kami inginkan adalah memulihkan supremasi hukum," kata Mahathir, usai dinyatakan menang, seperti dikutip dari BBC News, Kamis (10/5/2018).

Mahathir Mohamad sebelumnya mengaku, ada dorongan kuat yang membuatnya kembali terjun ke dunia politik. Yakni, ia merasa, Najib Razak sudah kelewatan.

Terutama terkait skandal 1MDB. Uang sebesar US$ 3,5 miliar dolar dicuri dari dana milik negara, dipakai untuk membeli perhiasan mewah, karya seni berharga, pembuatan film Hollywood, juga sejumlah properti mewah dengan harga selangit.

Tak hanya itu, duit rakyat sebesar US$ 731 juta diduga mengalir ke rekening Najib Razak.

Skandal yang dikuak Departemen Kehakiman Amerika Serikat tersebut bikin rakyat Negeri Jiran meradang. Emosi Mahathir pun memuncak hingga ubun-ubun. Ia merasa harus bertindak.

"Hari ini orang-orang menertawakan Malaysia," kata Mahathir dalam sebuah wawancara dengan Koresponden BBC, Karishma Vaswani.

Politikus yang lahir pada 10 Juli 1925 itu merasa, memilih Najib Nazak sebagai anak didik dan membukakannya jalan ke pucuk kepemimpinan Malaysia adalah kesalahan terbesarnya.

Ia merasa harus mengakhirinya.

Setelah dinyatakan sebagai pemenang, pada Kamis 10 Mei 2018, Mahathir mengatakan, pihaknya akan mengatasi semua kekacauan yang terjadi. "Aturan hukum akan sepenuhnya ditegakkan," kata dia. "Dan jika secara hukum dinyatakan bahwa Najib telah melakukan kesalahan, maka dia harus menghadapi konsekuensinya."

Meski kembali berkuasa, Mahathir menyatakan, tak akan lama jadi perdana menteri.

"Saya tak bisa menjabat dalam waktu lama. Paling saya hanya bisa bertahan selama dua tahun," kata Mahathir Mohamad dalam wawancara dengan media Jepang, Mainichi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Mahathir, Setahun Kemudian...

Resmi Dilantik, Mahathir Mohamad menjadi PM Tertua di dunia
Perdana Menteri Malaysia baru, Mahathir Mohamad memberi keterangan saat konferensi pers di Petaling Jaya, Malaysia (10/8). Di usia 92 tahun, pemimpin koalisi oposisi Pakatan Harapan itu menjadi pemimpin terpilih tertua di dunia. (AP Photo / Sadiq Asyraf)

Setahun sudah pemerintahan Pakatan Harapan yang dipimpin PM Mahathir Mohamad berkuasa.

Mahathir dan timnya menghabiskan mayoritas tahun pertamanya untuk membersihkan keuangan pemerintah di tengah skandal  1MDB.

Mereka dibebani fiscal hole yang lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya. Entitas negara juga membutuhkan lebih dari US$ 5 miliar dana penyelamatan.

Seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (9/5/2019), lonjakan sentimen setelah kemenangan Mahathir lambat laun berkurang. Pemerintah dianggap lambat menciptakan kemajuan untuk meningkatkan pendapatan dan mengidentifikasi pendorong pertumbuhan ekonomi yang terjebak dalam perangkap pendapatan menengah.

Perangkap pendapatan menengah (middle income trap) adalah suatu keadaan ketika suatu negara berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah, tetapi tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju.

"Sentimen investor telah berubah dari euforia menjadi frustrasi sejak pemerintah mengambil alih kekuasaan Mei lalu, kata Hak Bin Chua, seorang ekonom di Maybank Kim Eng Research Pte di Singapura.

Agar adil dalam menilai, Hak Bin Chia mengatakan, "Mahathir mewarisi neraca fiskal yang rapuh dan beban utang yang membengkak yang lebih buruk dari yang  diperkirakan."

Pemilih juga kecewa. Untuk kali pertama sejak pemerintahan Mahathir berkuasa Mei lalu, mayoritas pemilih melihat negara itu menuju ke arah yang salah, demikian kesimpulan menurut jajak pendapat yang digelar Merdeka Center, lembaga riset yang berbasis di Selangor, Malaysia, pada 5 hingga 11 Maret 2019.

Responden dalam jajak pendapat itu terdiri atas 1.204 pemilih, berusia 21 tahun ke atas, di semua negara bagian di Malaysia. 

"Kami saat ini sedang merumuskan bagaimana agar kami dapat menepati janji," kata Mahathir kepada wartawan di Putrajaya. "Tetapi pada saat ini, belum ada keputusan akhir yang dibuat." 

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya