Liputan6.com, Birmingham - Gerhana Bulan sebagian atau parsial telah berlangsung pada Selasa malam, 16 Juli 2019 hingga Rabu dini hari (17/7/2019). Bagi para astronom dan banyak orang, peristiwa semacam ini hanya merupakan fenomena kosmik yang terjadi di langit.
Akan tetapi, ada beberapa orang yang sering mengklaim bahwa gerhana (baik itu gerhana matahari atau bulan) adalah pertanda akhir dunia alias kiamat, mengutip bagian-bagian dari Book of Revelation (Kitab Wahyu) dalam Injil dan juga Book of Joel (Kitab Yoel) dalam Kitab Suci Ibrani.
Sebuah ayat dalam Kitab Yoel mengatakan: "Dan Aku akan menunjukkan keajaiban di langit dan di Bumi: darah dan api, serta kepulan-kepulan asap. Matahari akan berubah menjadi kegelapan, dan Bulan menjadi seperti darah, sebelum kedatangan hari Tuhan yang agung dan luar biasa."
Advertisement
Sementara itu, untuk beberapa penganut agama lain, gerhana Bulan dan matahari memiliki makna tersendiri. Salah satunya bagi pemeluk agama Islam.
Umat Muslim secara tradisional mengucapkan doa khusus selama gerhana matahari atau Bulan. Mereka pun melaksanakan salat gerhana atau khusuf .
Di masa lalu, ada banyak ketakutan dan takhayul seputar peristiwa-peristiwa seperti itu, dengan banyak yang percaya bahwa gerhana adalah peringatan akan terjadinya bencana.
Gerhana matahari muncul ketika putra Nabi Muhammad, Ibrahim, wafat. Beberapa orang pada kala itu mengira matahari menjadi gelap karena adanya tragedi ini dan alam bersedih atas meninggalnya anak laki-laki Rasul.
Ketika ilmu astronomi berkembang dan mampu untuk memprediksi gerhana, para ilmuwan pun bisa menjabarkannya dengan logis dan berdasarkan sains.
Menurut mereka, gerhana datang bukan karena reaksi tak terduga terhadap peristiwa manusia saat ini, tetapi bagian dari proses di dalam kosmos dan ini adalah hal yang normal -- siklus bintang, planet, dan Bulan terhadap matahari sebagai pusat tata surya.
Rasul bersabda: "Matahari dan Bulan adalah dua dari tanda-tanda (kekuasaan) Allah. Mereka tidak (menjadi) gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang (di Bumi). Jadi ketika kamu melihat keduanya (peristiwa gerhana matahari dan gerhana Bulan), sebut nama Allah dan berdoa, serta beramal-lah."
Namun ada pula yang menyebut bahwa kehadiran gerhana matahari dan gerhana Bulan dikatakan sebagai pengingat tentang apa yang akan terjadi pada Hari Penghakiman atau Hari Kebangkitan setelah akhir dunia.
Tetapi, menurut ThoughtCo yang dilansir BirminghamLive.com pada Rabu (17/7/2019) menyebut, di zaman modern, takhayul dan ketakutan seputar gerhana matahari dan Bulan telah berkurang.
"Namun, umat Islam melanjutkan tradisi salat selama gerhana, sebagai pengingat bahwa hanya Allah yang memiliki kuasa atas semua hal di surga dan di Bumi," tulis situs tersebut.
Apa pun kepercayaan pribadi yang dipegang pada masa kini, sudah lazim umat Islam untuk melakukan salat selama gerhana.
Saksikan video pilihan di bawah ini:Â
Masjid Jakarta Islamic Center Gelar Salat Gerhana Bulan Jelang Subuh
Masjid Jakarta Islamic Center (JIC) menggelar salat Gerhana Bulan menjelang subuh, Rabu (17/7) bersamaan akan terjadi gerhana bulan sebgaian dalam durasi 2 jam 58 menit.
BMKG menyebutkan gerhana bulan sebagian akan dimulai pada pukul 03.01 WIB, puncaknya pukul 04.30 WIB, dan berakhir pada 06.00 WIB.
"Umat Islam dianjurkan, disunahkan untuk melaksanakan salat sunah Gerhana Bulan (khusuf) dan mendengarkan khutbah gerhana, walau gerhananya hanya terjadi sebagian saja," kata Kepala Divisi Pengkajian dan Pendidikan Jakarta Islamic Centre (JIC), Rakhmad Zailani Kiki melalui siaran pers di Jakarta, Selasa (16/7/2019).
Di JIC, seperti dikutip dari Antara, salat gerhana bulan dilakukan sebelum salat subuh dengan imam Ustaz Madinah S.Ag dan khatib KH Ma'arif Fuadi, MA.
Selain di masjid JIC, Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng, Jakarta Pusat, juga akan menggelar kegiatan yang sama. Salat gerhana rencananya digelar pada pukul 03.00 WIB. Salat akan dipimpin oleh H Deden M Ramadhan, sedangkan khotib akan disampaikan oleh H Syahabuddin, MA.
Secara umum, pelaksanaan shalat gerhana bulan diawali dengan salat sunah dua rakaat dan setelah itu disusul dengan dua khutbah seperti salat Idul Fitri atau salat Idul Adha di masjid jami.
Hanya saja bedanya, setiap rakaat salat gerhana bulan dilakukan dua kali rukuk. Sedangkan dua khutbah setelah salat gerhana bulan tidak dianjurkan takbir sebagaimana khutbah dua shalat Id.
Kepala Sekretariat JIC, Ahmad Juhandi mengatakan umat Isslam di sekitar Jakarta dipersilahkan untuk melaksanakan salat gerhana bulan di Masjid Raya Jakarta Islamic Centre.
"Imamnya seorang hafizd dan khotibnya da'i tetap di Masjid JIC. Selain itu tempat perkir yang luas, aman, dan nyaman," kata dia.
Untuk Asia Tenggara, termasuk Indonesia, durasi penampakan gerhana bulan sebagian ini berbeda dan tampak tidak sempurna. Hal ini lantaran, saat peristiwa bulan sudah akan tenggelam dan matahari mulai terbit.
Gerhana bulan sebagian merupakan peristiwa terhalanginya penampakan bulan oleh bayangan Bumi sehingga cahaya Matahari tidak sampai ke Bulan.
Peristiwa ini bisa terjadi hanya jika Bumi berada di antara Matahari dan Bulan pada satu garis lurus. Bagi umat Islam, gerhana bulan, baik seluruhnya maupun sebagian, bukan saja merupakan peristiwa astronomis, tetapi juga peristiwa ibadah.
Advertisement
Ragam Mitos Gerhana Bulan di Indonesia dan Mancanegara
1. Bulan Dimakan Batara Kala
Kepercayaan ini masih dipegang di beberapa daerah di Jawa hingga kini. Warga setempat percaya gerhana bulan merupakan pertanda datangnya Batara Kala.
Bulan yang perlahan menghilang adalah isyarat raksasa Batara Kala sedang memakan bulan.
Untuk mengusir sang raksasa, warga akan menabuh lumpang atau tempat penumbuk dari besi dengan harapan suara dari lumpang akan menakuti Batara Kala.
Tak hanya itu, para wanita hamil juga turut mengolesi perut mereka dengan abu sisa pembakaran dengan harapan anak yang dikandung tidak dimakan sang raksasa.
2. Penampakan Ibu Bulan
Lain lagi dengan kepercayaan orang-orang asli Amerika. Mereka mengatakan, gerhana bulan merupakan pertanda Ibu Bulan tengah menampakkan diri.
Kehadiran Ibu Bulan dipercaya sebagai pembawa penerangan dan membersihkan jiwa, energi, emosional, dan spiritual manusia. Khususnya bagi para wanita yang ada di Bumi.
3. Racun yang Tersebar ke Bumi
Di Jepang, mereka percaya bahwa sewaktu gerhana bulan terjadi, ada racun yang disebarkan ke Bumi.
Untuk menghindari air di bumi terkontaminasi racun tersebut, masyarakat Jepang pun menutupi sumur-sumur sumber air mereka.