Simulasi Kawin dengan Pria China, Wanita Hong Kong Dijebak Teken Buku Nikah Asli

Kisah korban bermula saat ia mencari kerja di China, disuruh praktik kerja yakni simulasi pernikahan.

oleh Siti Khotimah diperbarui 26 Jul 2019, 12:46 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2019, 12:46 WIB
Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)
Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Hong Kong - Seorang wanita Hong Kong tak pernah berharap dinikahi dengan pria asing di China. Ia hanya ingin mendapat pekerjaan di industri kecantikan pada awalnya.

Kisah perempuan anonim berusia 21 tahun yang menjadi korban kawin pesanan China itu bermula saat ia harus menjalani tes kelayakan untuk bekerja, seperti diwartakan oleh South China Morning Post. Calon perekrut tenaga kerja menyuruhya berpartisipasi dalam simulasi pernikahan karena ia akan bekerja dalam perusahaan wedding organizer (perencana perkawinan).

Untuk diketahui, awalnya ia mendaftar untuk posisi perias artis (make-up artist) yang diiklankan melalui Facebook. Namun pihak "perekrut" yang ternyata oknum berniat jahat, membujuknya untuk melamar di wedding organizer. Konon, ia akan dibayar lebih tinggi dari gaji bulanan seorang perias.

Begitulah awal mula wanita ini terjebak dalam kasus kawin pesanan China.

Singkat cerita, ia setuju untuk pekerjaan wedding organizer dan segera mengikuti kursus pelatihan gratis pada Juni tahun ini, seperti diwartakan oleh Time dikutip Jumat (26/7/2019).

Untuk lulus ujian perekrutan, perempuan malang itu diharuskan pergi ke Fuzhou di Provinsi Fujian.

Dalam sebuah "kursus" yang digelar di Fuzhou, ia melakoni sebuah simulasi pernikahan. Namun, ternyata ia dijebak. Ia dan "suaminya" ternyata menandatangani dokumen pernikahan yang asli, lapor The Post.

 

Simak video pilihan berikut:

Dibohongi

Bendera Hong Kong dan China berkibar berdampingan (AFP)
Bendera Hong Kong dan China berkibar berdampingan (AFP)

Wanita Hong Kong itu merasa sangat ditipu. Pasalnya, ia merasa hanya melakukan sejenis praktik kerja.

"Mereka mengatakan akan membatalkan (catatan pernikahan) setelahnya," kata korban.

Baru saat wanita itu kembali ke Hong Kong, ia sadar bahwa sebenarnya ia telah menandatangani dokumen pernikahan asli dan statusnya "telah menikah". Ia segera mencari penasihat hukum.

Polisi Hong Kong dilaporkan tidak dapat membantu kasusnya, jadi ia mendekati Federasi Serikat Buruh Hong Kong (FTU).

"Ini adalah bentuk baru penipuan pernikahan," kata Tong Kamgyiu, direktur Komite Hak dan Manfaat FTU, kepada BBC. "Saya merasa kecewa sekaligus tidak percaya kasus itu terjadi di Hong Kong yang telah modern."

Polisi Hong Kong menangani rata-rata 1.000 kasus penipuan pernikahan Hong Kong-China setiap tahun, menurut laporan BBC.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya