Bukan di Mesir, Ini Tempat Mumi Tertua di Dunia Ditemukan

Selama ini masyarakat dunia tahu bahwa mumi adalah artefak tertua dari peninggalan Mesir. Namun, mumi tertua di dunia bukan berasal dari Mesir.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Jul 2019, 13:07 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2019, 13:07 WIB
Mumi Wanita Berusia 3.000 Tahun
Arkeolog berdiri dekat mumi wanita bernama Thuya dalam sarkofagus di Luxor, Meisr, Sabtu (24/11). Sarkopafus itu adalah salah satu dari dua sarkofagus yang ditemukan awal bulan ini, dalam sebuah misi pencarian oleh peneliti Prancis. (Khaled DESOUKI/AFP)

Liputan6.com, Chili - Di sejumlah film dan pelajaran sekolah, mumi disebutkan berasal dari Mesir. Namun ternyata, peradaban manusia pertama diketahui berada di sebuah tempat terkering di Bumi.

Terletak di Chincorro, dekat dengan teluk pantai Gurun Atacama terdapat mumi-mumi yang diyakini tertua di dunia. Masyarakat Chincorro yang menetap di teluk pantai Gurun Atacama -sekarang bernama Chile, pada sekitar 5.000 tahun sebelum masehi, mereka mengembangkan teknik mumifikasi.

Kira-kira sekitar 2.000 tahun sebelum Mesir Kuno. Orang Mesir dikatakan peradaban kompleks yang memumikan firaun elite, sedangkan Chinchorro adalah pemburu dan pengumpul pra-keramik dengan pendekatan yang lebih egaliter untuk menghormati orang mati.

Bahkan di Chili pun sedikit yang mengetahui hal tersebut. Karena pada kenyataannya, keberadaan mumi-mumi belum terlihat oleh UNESCO.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

'Koleksi Suci'

Puluhan Mumi Keluarga Elite Ditemukan di Mesir
Mumi terbungkus kain linen ditemukan di ruang pemakaman di Provinsi Minya, Mesir, Sabtu (2/2). Menurut Kementerian Barang Antik Mesir, kompleks pemakaman tersebut kemungkinan adalah milik sebuah keluarga elite. (AP Photo/Roger Anis)

Untuk mengetahui kisah mustahil mengenai mumi -dan mengapa banyak yang ingin mengetahui tentang mereka Bernardo Arriaza, seorang antropolog fisik yakni ilmuwan yang peduli dengan evolusi dan keanekaragaman hayati manusia mencoba untuk datang dari Santiago menuju Chili.

Dari sana, ia menaiki colectivo (taksi bersama) untuk menempuh perjalanan sejauh 15 mil (15 km) ke Lembah Azapa untuk mengunjungi Museum Arkeologi bernama San Miguel de Azapa, yang terletak di desa kecil San Miguel de Azapa.

Saat tiba disana, terdapat sebuah lembah yang memegang sisa-sisa mumi orang Chinchorro sekitar 300 orang. Hanya 10% saja koleksi mumi yang dapat ditampilkan di publik, lantaran kondisi keuangan dan ruang yang tidak ada untuk memamerkan mumi dengan cara yang tidak akan merusak mereka.

"Ini adalah koleksi suci karena mayoritas dari mumi ini berhubungan dengan upacara kematian," jelas kurator Mariela Santos, sambil menunjukkan mumi seorang wanita muda yang wajahnya tersembunyi di balik topi tanah liat.

Mumi Hitam dan Mumi Merah

Tahapan mumifikasi dimulai dari bayi-bayi dan janin sebelum berkembang menjadi orang dewasa. Ada lima gaya berbeda dalam rentang sekitar 4.000 tahun, meskipun Santos mengatakan yang paling umum adalah mumi hitam dan merah.

Membuat mumi hitam melibatkan pengambilan tubuh orang mati sepenuhnya, mengobatinya dan kemudian menyusunnya kembali, kulit dan semuanya. Sedangkan mumi merah dibuat dengan membuat sayatan kecil untuk menghilangkan organ internal dan kemudian mengeringkan rongga tubuh.

Keduanya biasanya diisi dengan tongkat dan alang-alang (untuk mengisi formulir), dihiasi dengan wig, dan ditutupi dengan tanah liat di wajah -yang pertama dicat mangan dan yang terakhir dengan pewarna dinding.

Hal yang membuat pertanyaan adalah, bukankah mumi Chinchorro membawa cache yang sama dengan saudara-saudara mereka di Mesir? Santos berpendapat itu mungkin karena Chili sendiri belum memberi banyak nilai pada harta di sepanjang perbatasan utara mereka.

Mengetahui di Dekat Pantai

Melihat dari Dekat Mumi Firaun Tutankhamun
Kaki Mumi Raja Tutankhamun terlihat di makam bawah tanahnya (KV62) di Lembah Para Raja, Luxor, Mesir (31/1). Makam terkenal tersebut menjalani konservasi sembilan tahun oleh tim spesialis internasional. (AFP Photo/Mohamed El-Shahed)

Max Uhle, seorang arkeolog Jerman yang pertama kali menemukan mumi satu abad lalu di dekat pantai di Arica dan memberi nama: Chinchorro.

Setelah mengobrol dengan Arriaza, Max ke Playa Chinchorro, hamparan luas pasir cokelat yang membentang dari pusat kota Arica ke muara Sungai Lluta sepanjang dua mil.

Max berjalan di jalan setapak untuk kembali ke jantung kota. Disana ditemukan sebuah Katedral Eiffel yang dipagari pohon palem. Bangunan itu dirancang oleh Gustave Eiffel sebelum ia menjadi terkenal dengan menara Parisnya yang ikonik.

Menjulang di atas Katedral Eiffel terlihat El Morro, sebuah bukit dengan ketinggian rata-rata 455 kaki (139 meter). Di tempat itulah Mumi Chinchorro yang paling kompleks ditemukan di lerengnya. Tiga puluh dua dari mereka telah disimpan di situ (penuh dengan bundel penguburan, kulit dan artefak lainnya).

Kota modern Arica terletak di atas pemakaman luas orang-orang Chinchorro. Namun, bentuk mumifikasi Chinchorro tertua ditemukan 70 mil di selatan di Caleta Camarones, pantai yang hampir tidak berubah dalam 7.000 tahun sejak nelayan kuno ini mulai mempersiapkan kematian mereka.

Karena sebagian besar hubungan kawasan ini dengan budaya Chinchorro terkubur di bawah gurun, patung-patung pinggir jalan disana menawarkan pengingat nyata dari masa lalu dan sekilas tentang apa yang akan terjadi di masa depan jika pariwisata Chinchorro menjadi kenyataan.

Belum Dipandang UNESCO

Melihat dari Dekat Mumi Firaun Tutankhamun
Kepala Mumi yang terbungkus linen dari dinasti ke-18 Firaun Tutankhamun (1332–1323 SM) terlihat dalam kotak kaca di makam bawah tanah (KV62) di Lembah Para Raja di tepi barat sungai Nil di seberang kota Luxor di Mesir (31/1). (AFP Photo/Mohamed El-Shahed)

Proposal Chili dalam Status Warisan Dunia untuk situs Chinchorro diperkirakan akan berada di tangan UNESCO pada awal tahun 2020.

Sambil menunggu datangnya tanggal itu, pemerintah lokal telah meningkatkan upaya untuk mempromosikan wisata arkeologi dan memberdayakan komunitas nelayan setempat untuk situs pemakaman Chinchorro yang berada di tengah-tengah mereka.

Faktanya, mumi suku Chinchorro masih belum mendapatkan tempat di museum besar Chile karena belum menyandang status UNESCO. Seorang ilmuwan antropologi, Bernadi Arriaza, melakukan studi terhadap mumi di Chincorro selama 3 dekade.

"Apa yang kami coba tunjukan bukan hanya mumi tertua, tetapi itu dilakukan oleh orang-orang pemburu dan pengumpul pra-keramik di lingkungan yang masih asli sampai sekarang," katanya ketika kami bertemu di kantornya di Universidad de Tarapaca Arica.

Semoga saja, mumi tertua ini mendapatkan perhatian di dunia.

 

 

Reporter: Aqilah Ananda Purwanti

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya