Liputan6.com, Seoul - Seorang tentara Korea Utara dilaporkan membelot ke Korea Selatan. Militer Seoul mengatakan ia melintasi Zona Demiliterisasi (DMZ) yang membagi semenanjung itu, pada Kamis 1 Agustus 2019, dalam pembelotan langsung yang jarang terjadi di perbatasan yang dijaga sangat ketat.
Pembelotan dari Korea Utara ke Korea Selatan itu diumumkan pada hari Kamis, yang terjadi di bagian tengah semenanjung. Ini merupakan yang ketiga kalinya.
"Pria itu terlihat pada Rabu 31 Juli malam di DMZ, ia bergerak ke arah selatan setelah melewati Garis Demarkasi Militer yang membentuk perbatasan," kata Kepala Staf Gabungan Seoul dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (1/8/2019).
Advertisement
Baca Juga
Kini pria itu tengah ditahan sesuai dengan prosedur dan sedang diinterogasi, mereka menambahkan.
Sejauh ini tak ada publikasi tentang identitas pria itu, pun demikian dengan motif pembelotannya.
"Tidak ada pergerakan militer Korea Utara yang terlihat di seberang perbatasan," kata Kepala Gabungan itu.
Menurut data pemerintah Seoul, lebih dari 30.000 warga Korea Utara telah membelot ke Korea Selatan sejak keduanya dipisahkan oleh perang lebih dari 65 tahun yang lalu. Banyak dari mereka didorong oleh kesulitan ekonomi yang berkepanjangan.
Tetapi sebagian besar pergi dulu ke tetangga di Utara dan sekutu China sebelum membuat akhirnya memutuskan membelot ke Selatan, biasanya melalui negara ketiga.
Hanya sedikit yang berani menyeberangi DMZ, yang penuh dengan ranjau darat dan banyak dijaga militer di kedua sisi.
Pada November 2017, seorang tentara Korea Utara menjadi berita utama global ketika ia berlari melewati desa perbatasan Panmunjom dengan hujan tembakan dari arahnya. Anggota militer yang saat itu berusia 24 tahun tertembak beberapa kali tetapi selamat.
DMZ Sang Pemisah Dua Korea
DMZ adalah perbatasan terakhir dari era Perang Dingin, memisahkan wilayah Utara yang bersenjata nuklir dari Selatan yang demokratis dan maju secara ekonomi.
Pada 2012, seorang tentara Korea Utara berjalan tanpa pengawasan melalui deretan pagar dan kamera pengintai elektrik. Hal itu mengakibatkan Seoul memecat tiga komandan lapangan akibat kelalaian penjagaan keamanan.
Tetapi sangat jarang bagi pasukan Korut membelot di Panmunjom, objek wisata utama dan satu-satunya tempat di perbatasan tempat pasukan dari kedua belah pihak berhadapan muka.
Kontak antara Korea Utara dan Selatan sangat minim sejak Februari, ketika pertemuan puncak kedua antara AS dan Pyongyang berakhir tanpa kesepakatan mengenai kemungkinan denuklirisasi dan pemberian bantuan sanksi.
Advertisement
Korut Tengah Disanksi
Pyongyang berada di bawah sanksi ekonomi berat atas program senjata nuklir dan rudal balistiknya, dan melakukan peluncuran terbarunya awal pekan ini.
Pyongyang mencela pembelot - yang merupakan sumber penting untuk menjelaskan perlakuan rezim terhadap warganya - sebagai "sampah manusia".
Beijing melihat warga Korea Utara yang tidak sah di wilayahnya sebagai migran ilegal dan mengirim mereka yang ditahan kembali ke negara otoriter, di mana menurut kelompok hak asasi manusia internasional mereka menghadapi penyiksaan dan pemenjaraan.
Sementara pembelotan ke arah lain sangat jarang terjadi, seorang pria Korea Selatan berusia 72 tahun membelot ke Pyongyang bulan lalu, mengikuti jejak orang tuanya yang melakukan pergantian alegasi pada tahun 1980-an.
Di masa lalu, sejumlah kecil warga Korea Selatan dalam kesulitan ekonomi membelot ke Utara, tetapi Pyongyang telah memulangkan banyak dari mereka karena mereka memiliki nilai propaganda yang kecil.