Liputan6.com, Baghdad - Lima orang tewas dalam bentrokan baru antara pengunjuk rasa dengan pasukan keamanan di Irak ketika protes anti-pemerintah secara nasional memasuki hari kedua sepanjang akhir pekan ini.
Tiga orang tewas dilaporkan terkena tabung gas air mata yang ditembakkan oleh pasukan keamanan di ibukota Irak, Baghdad.
Dua lainnya tewas ketika pengunjuk rasa berusaha menyerbu rumah seorang pejabat di kota Nasiriya, menurut laporan media lokal, dikutip dari BBC, Minggu (27/10/2019).
Advertisement
Kerusuhan itu terjadi setelah satu hari protes yang menewaskan puluhan orang pada Jumat 25 Oktober 2019.
Para pengunjuk rasa menuntut lebih banyak pekerjaan, layanan publik yang lebih baik dan mengakhiri korupsi.
Protes serupa awal bulan ini secara brutal diredam oleh pasukan keamanan, menyebabkan hampir 150 orang tewas.
Sebuah laporan pemerintah telah mengakui bahwa pihak berwenang menggunakan kekuatan berlebihan dalam mengatasi kerusuhan itu.
Kekerasan berkobar lagi pada Sabtu 26 Oktober 2019, meskipun ada permintaan dari para pemimpin protes untuk menghentikan demonstrasi untuk memberikan waktu kepada pemerintah untuk menanggapi tuntutan mereka.
Ratusan orang turun ke jalan-jalan di Baghdad dan provinsi selatan Irak, dengan pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan menentang pemerintah, menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Irak, Adel Abdul Mahdi.
PM Mahdi telah berjanji perombakan kabinet dan paket reformasi untuk menangani tuntutan para pemrotes, tetapi banyak yang tetap tidak yakin.
"Tuntutan kami sangat sederhana tetapi mereka bahkan tidak bisa memberikannya kepada kami. Ini adalah negara kami," kata seorang pemrotes kepada kantor berita Reuters, Sabtu.
Simak video pilihan berikut:
Sekilas Demo di Irak
Protes dimulai di Baghdad pada 1 Oktober. Sebagian besar dari mereka yang ambil bagian adalah kelompok pemuda dan pengangguran.
Setelah pasukan keamanan menggunakan amunisi langsung terhadap demonstran, kerusuhan meningkat dan menyebar ke kota-kota lain.
Sebuah komite pemerintah yang bertugas menyelidiki kekerasan mengatakan 149 warga sipil dan delapan personil keamanan telah tewas dalam protes antara 1 dan 6 Oktober.
Komite menyimpulkan bahwa "para perwira dan komandan kehilangan kendali atas pasukan mereka selama protes".
Penanganan pemerintah terhadap protes-protes itu pada awal Oktober memicu ketidakpuasan dengan pemerintah Irak yang dipimpin Syiah, yang dituduh melakukan korupsi dan memicu perpecahan sektarian.
Tahap kedua protes meletus pada hari Jumat, yang mengarah ke pengenaan jam malam oleh pemerintah.
Advertisement