Liputan6.com, Los Angeles - Prajurit atau tentara perang yang ditugaskan ke wilayah berbahaya seperti Irak dan Afghanistan mungkin paling takut ketika ajal dapat menjemputnya kapan saja. Namun ternyata, ada hal yang lebih menakutkan di antara tentara pria yaitu ketika sebuah ledakan membuat mereka harus kehilangan alat kelaminnya.
Dilansir dari Straits Times, Kaamis (7/11/2019) untuk seorang pejuang yang terluka, terobosan di bidang kesehatan menjadi kabar bahagia bagi mereka yaitu tindakan transplantasi penis, skrotum dan dinding perut bagian bawah.
Transplantasi, yang juga mencakup banyak saraf, otot, dan pembuluh darah yang mencakupp organ-organ itu, dijelaskan dalam New England Journal of Medicine edisi 7 November.
Advertisement
Salah satu pasiennya adalah seorang prajurit muda yang kehilangan penisnya, skrotum, kedua testis dan sebagian besar kedua kakinya ketika dia menginjak bom pinggir jalan di Afghanistan.
Sekarang, kira-kira 19 bulan setelah transplantasi penisnya, veteran itu dapat buang air kecil sambil berdiri di atas kaki palsu dan juga merasakan kembali anggota tubuhnya yang sempat hilang.
Ia juga memiliki sensasi normal pada batang dan ujung penisnya yang baru, ereksi yang hampir normal dan dapat mencapai orgasme.
Selama sisa hidupnya, pria itu hampir pasti akan minum obat anti-penolakan, membuatnya lebih rentan terhadap infeksi, masalah ginjal dan kanker tertentu.
Dia juga tidak bisa memiliki anak kandung secara biologis karena terhalang pertimbangan etis melarang pemindahan testis, yang akan menghasilkan semen yang mengandung DNA donornya yang sudah mati.
Namun, bagi seorang pria muda yang lukanya terlalu banyak untuk operasi rekonstruksi konvensional, memiliki pelengkap eksternal yang terasa dan bekerja seperti yang ia miliki saat ini adalah hal yang besar baginya, kata Dr Richard Redett, ahli bedah transplantasi.
Dalam laporan itu, Redett dan timnya menulis bahwa prajurit yang tidak disebutkan namanya melaporkan "merasa utuh" lagi. Dia terus hidup mandiri dan telah kembali ke sekolah penuh waktu.
Dia sangat puas dengan transplantasi dan implikasi yang dibawa untuk masa depannya," tim medis menyimpulkan.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Melalui Proses Panjang
Kasus ini adalah transplantasi penis yang sukses untuk keempat kalinya dari donor ke pasien yang kehilangannya karena penyakit atau cedera.
Namun sejauh ini ini merupakan transplantasi genitalia yang paling luas.
Operasi tersebut dilakukan di Baltimore pada Maret 2018 oleh tim yang telah mendorong batas-batas transplantasi jaringan lunak seperti tangan dan wajah.
"Ini adalah lompatan kuantum nyata," kata Dr Curtis Cetrulo, seorang ahli bedah transplantasi di Rumah Sakit Umum Massachusetts yang memimpin kelompok dalam melakukan transplantasi penis pertama di Amerika Serikat pada 2016.
Untuk mengembalikan alat kelamin luar veteran ini, Cetrulo mengatakan tim Hopkins membangun pengetahuan yang didapat tidak hanya dari tiga transplantasi penis pertama, tetapi dari sekitar 100 transplantasi tangan dan 140 transplantasi wajah.
kan untuk menangkal penolakan jaringan lunak, kata Cetrulo.
Redett mengatakan timnya menghabiskan waktu hampir lima tahun dalam mepersiapkan operasi tersebut.
Pada mayat manusia dan tikus, mereka mempraktikkan kerja rumit saraf, arteri, dan jaringan yang biasanya akan menyusut dari instrumen bedah baja dingin.
Mereka menyelidiki bagian kompleks anatomi mana yang paling rentan terhadap penolakan oleh sistem kekebalan (uretra) dan bagaimana hal itu dapat dideteksi dengan cepat dan dicegah.
"Kami belajar banyak" dari pekerjaan Cetrulo dan dari dua transplantasi penis yang dilakukan oleh sebuah tim di Afrika Selatan, kata Redett.
Dalam kasus tersebut, ahli bedah membuat "neophallus" dari lemak dan kulit yang diambil dari lengan bawah atau paha. Setelah memasukkan pompa untuk memudahkan ereksi, ahli bedah rekonstruktif menempelkan penis ke uretra, pembuluh darah, dan saraf yang ada.
Advertisement