Suhu Lautan pada 2019 Capai Titik Terpanas dalam Sejarah

Penelitian terbaru menyebutkan suhu laut mencapai titik tertingginya di tahun 2019 dan pemanasan suhu laut meningkat lebih cepat. Para peneliti menyebut data terbaru ini sebagai bukti lanjutan dari pemanasan global.

diperbarui 16 Jan 2020, 09:01 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2020, 09:01 WIB
Ilustrasi dasar laut
Ilustrasi dasar laut (iStock)

Jakarta - Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Chinese Journal Advances in Atmospheric Sciences mengungkapkan bahwa suhu laut pada 2019 menjadi yang terpanas dalam sejarah.

Dikutip dari DW Indonesia, Rabu (15/1/2020), laporan yang menyertakan bukti lebih lanjut tentang pemanasan global itu juga menyebut pemanasan suhu laut berlangsung lebih cepat.

Penelitian itu menggambarkan pengaruh manusia terhadap pemanasan suhu laut dan menunjukkan bahwa kenaikan permukaan laut, pengasaman air laut dan cuaca ekstrem bisa menjadi lebih buruk bila lautan terus menyerap panas berlebih.

"Laju pemanasan telah meningkat 500 persen sejak akhir 1980-an," ujar John Abraham, salah satu peneliti studi yang terlibat dalam studi itu, kepada NBC News.

Abraham yang merupakan profesor di bidang thermal science di Universitas St. Thomas di St. Paul, Minnesota mengaku tidak terkejut dengan hasil penelitian tersebut.

"Temuan itu, sejujurnya, sudah diduga. Pemanasan terus berlanjut, semakin cepat, dan tidak kunjung reda. Kecuali kita melakukan sesuatu yang signifikan dan cepat, ini benar-benar berita yang mengerikan."

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tingkat Mengkhawatirkan

Ilustrasi gelombang laut
Ilustrasi gelombang laut (Sumber: Pixabay)

Menurut laporan penelitian itu, tingkat pemanasan suhu laut telah mencapai titik yang mengkhawatirkan. Penelitian itu menunjukkan bahwa laju pemanasan telah meningkat cepat hampir 4,5 kali dalam rentang waktu terakhir, yakni pada periode tahun 1987 hingga 2019, bila dibandingkan dengan periode tahun 1955 hingga 1986.

Abraham dan rekan-rekannya mengatakan bahwa suhu rata-rata laut pada tahun 2019 mencapai 0,075 derajat Celsius di atas rata-rata tahun 1981 hingga 2019.

Meskipun tampaknya tidak terlalu tinggi, angka itu mewakili sejumlah besar suhu panas yang menyebar di lautan.

Penulis utama studi, Lijing Cheng, seorang profesor di Institut Fisika Atmosfer di Beijing, menyamakan peningkatan panas laut selama 25 tahun terakhir dengan panas dari ledakan 3,6 miliar bom atom Hiroshima.

Peningkatan suhu lautan mempunyai dampak yang luas, baik untuk kehidupan di laut maupun darat. Bahkan, para ahli menyebut kebakaran hutan baru-baru ini di Australia sebagai efek nyata akibat naiknya suhu di lautan yang berdampak ke daratan. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya