Penasihat Trump Tuduh China Sembunyikan Data Corona COVID-19 Demi Uang

Hingga saat ini, Amerika Serikat merupakan negara yang paling parah terdampak pandemi Corona COVID-19.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 21 Apr 2020, 11:21 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2020, 09:03 WIB
Petugas Medis Tangani Pasien Virus Corona di Ruang ICU RS Wuhan
Petugas medis dari Provinsi Jiangsu bekerja di sebuah bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Para tenaga medis dari seluruh China telah mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit tersebut. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Liputan6.com, Jakarta - Penasihat Gedung Putih Peter Navarro menuduh China menyembunyikan data tentang penyebaran pasien Corona COVID-19 lantaran ingin memperoleh keuntungan secara finansial serta dalam rangka berlomba menemukan vaksin virus tersebut.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (21/4/2020) Amerika Serikat merupakan negara yang paling parah terdampak pandemi Corona COVID-19.

Menurut statistik resmi, pihaknya telah berulang kali meminta Beijing untuk berbagi data awal mengenai wabah tersebut, yang dimulai di China.

"Salah satu alasan mengapa mereka mungkin tidak membiarkan kami masuk dan memberi kami data tentang virus ini lebih awal, adalah mereka berlomba untuk mendapatkan vaksin dan mereka berpikir ini hanya perlombaan bisnis yang kompetitif," ujar Navarro.

"Itu adalah rencana bisnis sehingga mereka dapat menjual vaksin ke dunia," kata Navarro.

"Tapi kita akan mengalahkan mereka. Kita akan mengalahkan mereka karena kepemimpinan Presiden Trump."

"Kita akan mengalahkan mereka karena HHS telah mendapatkan petunjuk dari lima perusahaan merujuk pada Departemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan."

Presiden Donald Trump telah menunjuk Navarro, seorang kritikus blak-blakan terhadap China, untuk menangani masalah yang berkaitan dengan pandemi Corona COVID-19.

Saat ini belum ada vaksin yang disetujui untuk COVID-19, masalah pernapasan yang disebabkan oleh Virus Corona baru yang telah membunuh lebih dari 165.854 orang di seluruh dunia, dengan lebih dari 2,41 juta orang terinfeksi, menurut penghitungan Reuters pada 14.00 GMT Senin, 20 April 2020.

Amerika Serikat memiliki lebih dari 760.000 kasus infeksi Virus Corona yang dikonfirmasi dan lebih dari 41.100 kematian, hampir setengah dari mereka di negara bagian New York.

Simak video pilihan berikut:

Donald Trump Selidiki Kemungkinan Virus Corona COVID-19 dari Lab China, Bukan Pasar

Presiden ke-45 Amerika Serikat, Donald Trump
Donald Trump saat mengumumkan hengkangnya AS dari Kesepakatan Paris di Gedung Putih (1/6/2017) (AP Photo/Andrew Harnik)

Para pejabat intelijen dan keamanan nasional AS mengatakan pemerintah Amerika Serikat sedang menyelidiki kemungkinan-kemungkinan Virus Corona COVID-19 berasal dari laboratorium di Tiongkok. Bukan dari pasar seperti disebutkan berbagai sumber, yang juga masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan asal Virus SARS-CoV-2.

Laporan CNN, menyebut, teori tersebut menjadi buruan para peneliti yang tengah berusaha menentukan asal-usul Virus Corona COVID-19, yang kini jadi pandemi dan membunuh ratusan ribu orang.

Pihak AS sejauh ini tidak percaya Virus Corona jenis baru itu dikaitkan dengan penelitian bioweapon, dan para pejabat mencatat bahwa komunitas intelijen juga mengeksplorasi berbagai teori lain mengenai asal mula virus itu. Seperti yang biasa terjadi pada insiden penting lain, menurut sebuah sumber intelijen.

Teori bahwa Virus Corona COVID-19 berasal dari laboratorium China didorong oleh para pendukung Presiden AS Donald Trump, termasuk beberapa anggota kongres Partai Republik yang ingin menangkis kritik terhadap penanganan Trump menangangi pandemi SARS-CoV-2.

Seorang pejabat intelijen yang akrab dengan analisis pemerintah mengatakan, teori yang diselidiki pejabat intelijen AS bahwa virus itu berasal dari sebuah laboratorium di Wuhan, China dan secara tidak sengaja dirilis ke publik.

Sumber-sumber lain mengatakan kepada CNN bahwa intelijen AS belum dapat membenarkan teori tersebut, tetapi sedang mencoba untuk melihat apakah seseorang terinfeksi di laboratorium melalui kecelakaan atau penanganan material yang buruk dan mungkin kemudian telah menginfeksi orang lain.

Menurut sumber intelijen, pihak intelijen AS saat ini sedang meninjau pengumpulan data sensitif intel yang ditujukan pada pemerintah China. Tetapi beberapa pejabat intelijen mengatakan kemungkinan penyebab sebenarnya bisa saja tidak pernah diketahui.

Joint Chief of Staff Chairman Militer AS, Mark Milley mengakui minggu ini bahwa intelijen AS "melihat dengan saksama" pada pertanyaan apakah Virus Corona COVID-19 itu berasal dari laboratorium.

"Saya hanya akan mengatakan, pada titik ini, itu tidak meyakinkan meskipun bobot bukti tampaknya menunjukkan natural. Tapi kami tidak tahu pasti," kata Milley kepada wartawan, Selasa 14 April.

Ditanya tentang intelijen, yang pertama kali dilaporkan oleh Yahoo dan Fox News, Donald Trump mengatakan pada hari Rabu bahwa AS "melakukan pemeriksaan yang sangat teliti terhadap situasi mengerikan yang terjadi ini" tetapi menolak untuk membahas apa yang telah diberitahukan kepadanya tentang temuan tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya