Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat (AS) mengakhiri hubungan dengan WHO. Seluruh pembiayaan yang AS berikan akan dialihkan ke lembaga kesehatan lain.
Pengumuman itu dibuat oleh Presiden Donald Trump yang menganggap WHO terlalu pro-China. Hal ini tak terlepas dari pandemi Virus Corona (COVID-19).
Advertisement
Baca Juga
Presiden Trump juga mengungkit bahwa kontribusi finansial AS ke WHO lebih besar, tetapi WHO malah dikendalikan China.
"China memiliki kontrol total atas World Health Organization, meski hanya membayar USD 40 juta per tahun, dibandingkan dengan yang dibayar Amerika Serikat, yakni hampir USD 450 juta per tahun," ujar Trump pada konpers di Kebun Mawar, Gedung Putih, Sabtu (30/5/2020).
Lebih lanjut, Donald Trump menyebut WHO tidak mau bertindak saat diminta reformasi. Presiden Trump memang sempat mengirim surat ke WHO dan menuntut reformasi dalam 30 hari.
Batas akhir 30 hari itu sebetulnya belum tercapai, tetapi Trump sudah keburu memutuskan hubungan.
"Karena mereka gagal melaksanakan permintaan reformasi yang sangat urgent dibutuhkan, kita hari ini mengakhiri hubungan dengan World Health Organization," kata Trump.
Donald Trump dalam beberapa bulan terakhir menyalahkan WHO karena lambat memperingatkan soal COVID-19. Ketika awal pandemi, WHO memuji China yang dinilai transparan dan berhasil meredam virus itu di negaranya.
Kini, ada 5,5 juta kasus COVID-19 di seluruh dunia.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Donald Trump: WHO Sebar Misinformasi China Soal Virus Corona COVID-19
Bulan lalu, Presiden Donald Trump sudah terbuka menunjukan rasa kesalnya terhadap Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO. Tindakan WHO ketika awal penyebaran Virus Corona COVID-19 dianggap mengecewakan dan hasilnya banyak korban berjatuhan.
Salah satu yang disorot Trump adalah ketika WHO menyebut Virus Corona tidak menular antarmanusia. WHO juga dinilai terlalu percaya dengan data pasien dari China yang kini dianggap mencurigakan.
"WHO mendorong misinformasi China bahwa tentang virusnya, menyebut tidak menular, dan tidak dibutuhkan travel ban," ujar Trump dalam konferensi pers harian Gedung Putih.
"Ketergantungan WHO pada informasi China kemungkinan menambah 20 kali penambahan kasus di dunia dan mungkin lebih dari itu," ujar Donald Trump yang sudah dua kali tes Virus Corona.
Selain itu, Trump mengaku mendapat tekanan dari WHO ketika memutuskan larangan perjalan atau travel ban terhadap China. WHO memang sempat menolak travel ban yang dilakukan berbagai negara, argumen WHO kemudian dipakai China terhadap negara yang melakukan travel ban
Koordinator Respons Virus Corona Gedung Putih, Dr. Deborah Birx juga pernah mempertanyakan data dari China ketika Virus Corona pertama muncul. Birx menduga data yang disajikan tidak lengkap. Badan intelijen AS mengungkap rasa curiga yang sama.
Trump lantas menyalahkan WHO atas kerugian ekonomi dan kesehatan yang akibat Virus Corona. Alokasi anggaran AS untuk WHO juga disetop. Trump turut menantikan adanya reformasi di WHO.
"Kita melihat di seluruh dunia, ada banyak kematian dan kehancuran ekonomi karena mereka yang ditugasi kita untuk melindungi kita dengan cara jujur dan transparan gagal melakukannya," pungkas Trump.
Advertisement