Liputan6.com, Kuala Lumpur - Pekan ini, mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad memutuskan hengkang dari Pakatan Harapan. Ia hanya mau bekerja sama dengan dua partai dari koalisi tersebut, tetapi ogah bekerja sama dengan partai Anwar Ibrahim.
Saat ini Pakatan Harapan terdiri atas tiga anggota: Partai Aksi Demokratis (Democratic Action Party atau DAP), Partai Keadilan Rakyat (PKR) dan Partai Amanah Negara.
Advertisement
Baca Juga
Mahathir mau bekerja sama dengan DAP dan Amanah, tetapi menolak PKR yang merupakan tempat Anwar Ibrahim bernaung. Alasannya ternyata terkait popularitas Anwar Ibrahim.
"Ini bukan masalah tidak percaya. Ini mengenai dukungan rakyat. Meski Anwar dulu sangat populer, sekarang ia telah kehilangan cukup banyak dukungan," kata Mahathir Mohamad dalam wawancara bersama Asia Times, Jumat (26/6/2020).
Oleh sebab itu, Mahathir memandang Pakatan Harapan tak akan mendapat dukungan rakyat jika dipimpin Anwar Ibrahim. Mahathir menyebut ada orang-orang yang bersikeras ogah memilih Anwar jika maju.
"Saya percaya rakyat tidak akan mendukung upaya comeback Pakatan Harapan jika dia (Anwar) dimajukan sebagai perdana menteri," kata Mahathir Mohamad.
Mahathir mengaku sebetulnya tak ingin kembali berkuasa setelah bertahun-tahun menjadi perdana menteri. Namun, ia mengaku masih mendapat dukungan rakyat.
Ia pun menegaskan tekadnya untuk menggeser pemerintahan saat ini yang dipimpin PM Muhyiddin Yassin.
"Jika kita di oposisi kini ingin menjatuhkan pemerintahan sekarang, kita butuh mayoritas. Pada saat ini, kita tidak punya mayoritas," ujar Mahathir Mohamad.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Baru Dipecat dari Partai Bersatu
Akhir bulan lalu, Mahathir Mohamad dipecat dari Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu). Ia dipecat bersama empat pendukungnya.
Dilaporkan Channel News Asia, Kamis 28 Mei 2020, surat pemecatan Mahathir dikirimkan oleh sekretaris eksekutif Partai Bersatu Suhaimi Yahya. Mahathir dan loyalisnya dipecat karena dianggap melanggar konstitusi partai.
Suhaimi berkata ini karena Mahathir Mohamad duduk dengan blok oposisi ketika ada pertemuan parlemen pada 18 Mei lalu. Ia tidak duduk dengan koalisi Perikatan Nasional yang dipimpin oleh PM Muhyiddin Yassin dan Partai Bersatu.
Anggota parlemen lain yang dipecat adalah Mukhriz Mahathir, Amiruddin Hamzah, Maszlee Malik, serta politikus muda Syed Saddiq.
Syed Saddiq sempat populer di media sosial karena menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia di kabinet Mahathir. Adapun Maszlee Malik adalah mantan menteri pendidikan di kabinet yang sama.
Perseteruan antara kubu Mahathir Mohamad dengan kubu Muhyiddin Yassin dimulai karena Muhyiddin Yassin ingin membangun pemerintahan baru pada awal 2020. Partai Bersatu lantas keluar dari Pakatan Harapan.
Keluarnya Bersatu dari Pakatan Harapan berujung pada lengsernya Mahathir sebagai perdana menteri. Mahathir tidak setuju keluar dari Pakatan Harapan karena koalisi tersebut yang membantunya menjadi perdana menteri.
Advertisement