Australia Resesi, Ini Pengaruhnya Bagi Warga

Setelah hampir tiga dekade lamanya tidak pernah jatuh ke jurang resesi, Australia kini berada dalam kondisi tersebut.

diperbarui 03 Sep 2020, 16:30 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2020, 16:30 WIB
Dolar Australia
Uang kertas 50 dolar Australia ditemukan terdapat kesalahan cetak. (RESERVE BANK OF AUSTRALIA)

Victoria - Tahun ini, di tengah pandemi Virus Corona COVID-19, Australia resmi dinyatakan mengalami resesi. Setelah hampir tiga dekade lamanya tidak pernah jatuh ke jurang resesi.

Kebakaran hutan musim panas pada Desember 2019 dan awal 2020, kemudian diikuti pandemi Virus Corona COVID-19 menjadi salah satu alasannya.

Berikut beberapa penjelasan tentang resesi dan apa pengaruhnya bagi mereka yang berada di Australia, dikutip dari ABC Indonesia, Kamis (3/9/2020):

Apa Itu Resesi?

Uang kertas 50 dolar Australia ditemukan terdapat kesalahan cetak. (RESERVE BANK OF AUSTRALIA)

Resesi adalah periode ketika ekonomi tidak mengalami pertumbuhan dan biasanya ditandai oleh peningkatan signifikan angka pengangguran.

Orang-orang menjadi ebih sedikit berbelanja, bisnis mengalami kemunduran, tidak lagi melakukan rekruitmen, dan produksi menurun.

Pertumbuhan ekonomi Australia biasanya diukur dengan melihat produk domestik bruto (PDB), yang merupakan nilai yang didapat dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri.

Itu termasuk ekspor, konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, dan investasi bisnis.

Selama resesi, nilai tersebut menurun untuk jangka waktu tertentu, karena pengusaha mengurangi jumlah pekerja dan produksi, bahkan menutup sama sekali bisnis mereka.

Mengapa Sekarang Baru Menjadi 'Resmi'?

Angka-angka yang dirilis oleh Biro Statistik Australia pada bulan Juni menggambarkan kondisi ekonomi dari periode Januari hingga Maret.

Angka-angka pada kuartal pertama menunjukkan PDB Australia turun 0,3 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.

Mengingat pembatasan aktivitas untuk menekan penyebaran Virus Corona COVID-19 baru mulai diberlakukan pada akhir Maret, itu berarti ekonomi Australia sudah mundur sebelum beban pandemi sepenuhnya dirasakan.

Akibatnya, jelas terlihat pukulan ekonomi akan lebih besar di kuartal kedua (April, Mei dan Juni).

Angka PDB resmi hari Rabu kemarin 2 September, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui dan diakui Pemerintah Australia bahwa tidak berkembangnya perekonomia telah terjadi selama dua kuartal berturut-turut.

Apa yang Baru dari Angka-Angka yang Dirilis Tersebut?

Ilustrasi kota Melbourne, Australia (AFP/Christopher Futcher)

Angka-angka itu mengungkapkan besarnya penurunan PDB, yakni ekonomi turun 7 persen pada kuartal kedua.

Itu adalah penurunan yang terburuk sekaligus kontraksi yang sedikit lebih besar dari prediksi kebanyakan ekonom.

Angka-angka tersebut juga menunjukkan lebih banyak orang di Australia yang sekarang memperketat pengeluarannya, dengan memilih menabung hampir 20 persen dari pendapatan mereka, dibandingkan dengan 6 persen pada kuartal pertama.

Subsidi COVID-19 yang diberikan oleh Pemerintah Australia kepada dunia bisnis mencapai A$52 miliar pada kuartal tersebut, A$31 miliar di antaranya untuk tunjangan JobKeeper.

JobKeeper menyumbang hampir setengah dari semua kompensasi yang dibayarkan kepada karyawan di bidang seni dan rekreasi, serta industri akomodasi dan layanan makanan.

 

Apakah Australia Sudah Melewati Kondisi Terburuk?

Bendera negara Australia - AFP
Bendera negara Australia - AFP

Hampir sama seperti segala hal yang terjadi selama pandemi, semuanya masih tidak pasti.

Namun, sebagian besar ekonom meramalkan dampak terburuk terhadap PDB telah berlalu pada kuartal kedua.

Gelombang kedua Virus Corona COVID-19 di Melbourne dan pembatasan pergerakan yang lebih ketat selanjutnya akan berdampak pada PDB kuartal ketiga.

Tetapi para ekonom di bank ANZ, misalnya, berharap pembukaan kembali di negara bagian lain akan mengimbangi hal itu, selain memperkirakan pertumbuhan PDB selama kuartal ketiga (Juli, Agustus dan September).

Pengangguran akan tetap tinggi, diperkirakan oleh Reserve Bank atau bank sentral Australia, jumlahnya mencapi 10 persen di akhir tahun.

Lantas, apa artinya bagi warga di Australia?

Ilustrasi Australia (AP)

Anda mungkin sudah merasakan dampak dari resesi ini, baik kehilangan pekerjaan, menerima pemotongan gaji, menunda pembayaran cicilan rumah atau memperketat pengeluaran Anda.

Mencari pekerjaan selama resesi bisa jadi sulit, karena lebih banyak orang mencari pekerjaan sementara banyak bisnis yang tidak berkembang atau tidak merekrut.

Jika Anda kehilangan pekerjaan atau jam kerja atau gaji Anda dipotong, Anda mungkin tidak menghabiskan banyak uang, sehingga pembelian barang dan jasa akan turun.

Untuk warga Australia yang berusia muda, pasar pekerjaan yang sangat terbatas.

Sementara kalau masih memiliki pekerjaan, Anda tidak akan mungkin mendapatkan kenaikan gaji dalam waktu dekat, mengingat kecepatan kenaikan gaji saat ini adalah yang paling lambat dalam 22 tahun terakhir.

Apa yang Terjadi dengan Suku Bunga Selama Resesi?

Bendera Australia credit to https://pixabay.com/users/chickenonline

Selama resesi terakhir pada 1990-an, Reserve Bank menurunkan target suku bunga resmi dari di atas 17 persen menjadi di bawah 5 persen selama tiga setengah tahun.

Kali ini, suku bunga sudah sangat rendah.

Di bulan Maret, RBA menurunkan suku bunga dua kali, ke rekor terendah 0,25 persen.

Biaya pinjaman uang akan tetap rendah secara historis, setelah RBA mengisyaratkan akan mempertahankan suku bunga pada tingkat saat ini untuk beberapa tahun mendatang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya