Australia Resesi, PDB Anjlok Terburuk dalam Hampir 30 Tahun

Sebelumnya di kuartal I, negara ini mencatatkan penurunan ekonomi sebesar 0,3 persen dan menjadi tanda resesi.

oleh Nurmayanti diperbarui 02 Sep 2020, 14:32 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2020, 12:45 WIB
Ilustrasi kota Melbourne, Australia (AFP/Christopher Futcher)
Ilustrasi kota Melbourne, Australia (AFP/Christopher Futcher)

Liputan6.com, Jakarta Ekonomi Australia akhirnya tumbang. Negara ini masuk ke dalam resesi pertamanya dalam hampir 30 tahun, masih akibat virus Corona seperti yang terjadi dengan negara lainnya.

Melansir laman BBC, Rabu (2/9/2020), Produk Domestik Bruto (PDB) Australia menyusut 7 persen, periode kuartal April-Juni dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya.

Ini adalah penurunan terbesar sejak pencatatan pertumbuhan ekonomi dimulai pada tahun 1959. Sebelumnya di kuartal I, negara ini mencatatkan penurunan ekonomi sebesar 0,3 persen.

Padahal, sebelumnya Australia menjadi satu-satunya negara dengan perekonomian terbesar yang mampu menghindari resesi selama krisis keuangan global di 2008.

Sekadar informasi, suatu negara dianggap masuk dalam resesi jika pertumbuhan ekonominya dalam kondisi negatif atau minus untuk dua kuartal berturut-turut.

Di awal tahun, sejatinya ekonomi Australia telah lebih dulu terpukul akibat terlanda kebakaran hutan ekstrem dan tahap awal wabah virus Corona menyebar.

Ekonomi Australia sudah turun sejak saat itu. Kemudian kondisi memburuk seiring penutupan bisnis di seluruh negeri.

Ekonomi Australia tetap terpuruk meskipun pemerintah dan Bank Sentral mengambil berbagai tindakan demi mendukung perekonomian.

Ini adalah pertumbuhan ekonomi terburuk dalam 61 tahun karena kontraksi yang parah dalam pengeluaran rumah tangga untuk barang dan jasa.

Kendati masuk ke jurang resesi, penurunan ekonomi Australia dinilai masih lebih baik daripada kebanyakan negara maju lainnya yang telah mengalami penurunan yang lebih besar.

Ekonomi AS, terbesar di dunia, menyusut 9,5 persen pada periode April dan Juni. Sementara ekonomi Inggris menyusut 20,4 persen dan mendorong negara ini juga masuk jurang. Kemudian ekonomi Prancis turun 13,8 persen dan Jepang 7,6 persen.

 

Saksikan Video Ini

Jokowi: Kalau Kuartal III Masih Minus, Artinya Kita Masuk Resesi

Jokowi Pastikan RS Darurat Siap Beroperasi
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers saat meninjau Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020). (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Pool)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia harus tumbuh positif pada kuartal III 2020. Jokowi tak ingin Indonesia jatuh ke jurang resesi.

Pada kuartal II, ekonomi Indonesia terkontraksi minus 5,32 persen akibat pandemi Covid-19. Jokowi menyebut Indonesia masih memiliki kesempatan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi di September 2020.

"Untuk itu, kuartal III yang kita masih punya waktu 1 bulan, Juli, Agustus, September. Kita masih punya kesempatan di September ini. Kalau kita masih berada pada posisi minus artinya kita masuk resesi," kata Jokowi saat memberikan pengarahan kepada gubernur secara virtual, Selasa (1/9/2020).

Untuk itu, Jokowi meminta para kepala daerah untuk mempercepat belanja daerah. Hal ini untuk mendorong perekonomian dan meningkatkan konsumsi masyarakat.

"Terutama yang berkaitan dengan belanja barang, belanja modal, belanja bansos ini betul-betul disegerakan sehingga bisa meningkatkan konsumsi masyarakat dan memulihkan ekonomi di daerah," jelas Jokowi.

Menurut dia, rata-rata belanja APBD secara nasional baru mencapai 44,74 persen. Sementara, untuk belanja APBD kabupaten/kota saat ini mencapai 48,8 persen.

"Tolong betul-betul angka-angka ini diperhatikan sehingga realisasi untuk pengadaan barang dan jasa, untuk belanja modal, bansos, segera bener terealisasi," ujar Jokowi.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya