Cerita Papan Selancar Hilang di Hawaii, Hanyut 8 Ribu KM hingga Ditemukan di Filipina

Berikut adalah kisah papan selancara yang hilang di Hawaii, dan berhasil ditemukan di Filipina setelah hanyut hingga 8 ribu kilometer jauhnya.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 21 Sep 2020, 20:25 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2020, 20:25 WIB
Papan selancar milik Doug Falter (kiri) yang hilang di Hawaii, ditemukan oleh Giovanne Branzuela (kanan) di Filipina. (Photo: AFP/BRENT BIELMAN/COURTESY OF GIOVANNE BRANZUELA)
Papan selancar milik Doug Falter (kiri) yang hilang di Hawaii, ditemukan oleh Giovanne Branzuela (kanan) di Filipina. (Photo: AFP/BRENT BIELMAN/COURTESY OF GIOVANNE BRANZUELA)

Liputan6.com, Jakarta- Doug Falter (35) tidak pernah membayangkan papan selancarnya yang hilang di Hawaii, berhasil ditemukan dalam jarak lebih dari 8.000 kilometer jauhnya. Papan selancar miliknya itu ditemukan di Filipina selatan.

Papan selancar berwarna biru berbentuk custom milik Falter tersebut hilang lebih dari dua tahun lalu, karena ditelan ombak besar Waimea Bay, seperti dikutip dari AFP, Senin (21/9/2020).

Namun, Falter mendapatkan informasi dari media sosial bahwa papan itu ditemukan di dekat pulau terpencil Sarangani, Filipina.

Pemilik baru papan selancar itu merupakan seorang guru sekolah dasar setempat, yang juga menggemari selancar, Giovanne Branzuela (38).

Mengetahui bahwa papan itu milik Falter, Branzuela pun dengan senang hati mengembalikannya.

"Ketika saya melihat fotonya, saya tidak percaya, saya kira itu hanya lelucon," ungkap Falter kepada AFP via Zoom.

"Saya mulanya yakin papan itu tidak akan pernah ditemukan lagi," kata Falter.

Menurut cerita Branzuela, ia membeli papan selancar yang rusak parah dari tetangganya beberapa bulan lalu seharga 2.000 peso (sekitar Rp 600.000), dan mengatakan bahwa para nelayan menemukannya terapung di laut pada Agustus 2018 - enam bulan setelah Falter kehilangan papannya.

Para nelayan tersebut mengira papan selancar itu jatuh dari kapal pesiar yang melintas, sehingga menjualnya ke tetangga Branzuela seharga beberapa peso.

Meskipun mengapung selama berbulan-bulan melintasi Samudra Pasifik, nama pembuat papan, Lyle Carlson yang berbasis di Hawaii, masih terlihat di permukaan yang kini warnanya menjadi kekuningan.

Dengan rasa penasaran, Branzuela lalu mencarinya di Facebook dan mengirimkan foto papan itu.

Dalam tanggapannya, Carlson kemudian membagikan gambar papan selancar tersebut via Instagram, dan memberitahu Falter.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

Papan Selancar yang Memiliki Kesan Begitu Berarti

Melihat Para Pesalancar Dunia Adu Kemampuan di Bali
Matt Wilkinson dari Australia melompati ombak besar dengan papannya selama bertanding dalam turnamen Kejuaraan Selancar Dunia 2018 di Keramas, Gianyar, di pulau resor Bali (31/5). (AFP Photo/Sonny Tumbelaka)

"Ternyata itu papan selancar dari Hawaii. Saya sendiri tidak percaya," ungkap Branzuela kepada AFP melalui telepon.

"Sudah menjadi impian saya untuk belajar berselancar dan menunggangi ombak besar di sini," tambah Branzuela.

"Untuk saat ini aku bisa menggunakan papan selancarnya. Aku bilang padanya aku akan merawatnya dengan baik, lanjutnya.

Keduanya bahkan telah mengobrol via Facebook, dan Falter berencana untuk mengunjungi pulau kecil itu untuk mengambil papannya, setelah pembatasan perjalanan Virus Corona COVID-19 dicabut.

"Papan itu sangat berarti bagiku karena pencapaianku di atasnya," kata Falter, yang juga merupakan seorang fotografer komersial yang mulai berselancar sekitar 15 tahun lalu di Florida sebelum pindah ke Hawaii.

"Itu adalah papan selancar ombak besar pertamaku yang dibentuk khusus untukku sendiri. Aku menggunakannya di ajang-ajang terbesar dalam hidupku," ungkap Falter, termasuk lomba selancar ombak besar Eddie Aikau pada 2016 di Waimea Bay saat ombaknya dapat mencapai 20 meter.

Sebagai gantinya, Falter menyatakan ia ingin memberi Branzuela papan selancar pemula, dan mengajarinya menaklukkan ombak di sekitar Sarangani dan pulau Balut didekatnya.

Falter juga membagikan video YouTube pendek tentang dasar-dasar berselancar, dan mengumpulkan uang untuk mengirim perlengkapan ke sekolah Branzuela.

"Itu alasan bagiku untuk pergi ke Filipina dan berkunjung dan pada dasarnya menyelesaikan ceritanya," tutur Falter.

"Kurasa itu akan menjadi akhir yang bagus untuk mengajari dia cara berselancar," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya