Surat dan Arsip Kartini Resmi Jadi Bagian Memory of the World Register UNESCO pada 2025

Penambahan Surat dan Arsip Kartini ke dalam Memory of the World Register UNESCO menjadi kabar bahagia jelang peringatan Hari Kartini yang pada tahun ini jatuh pada Senin, 21 April 2025.

oleh Dinny Mutiah Diperbarui 18 Apr 2025, 16:17 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2025, 15:13 WIB
24 Kata-Kata Mutiara Raden Ajeng Kartini, Jadi Inspirasi Kaum Perempuan
Mengingat kembali perjuangan RA Kartini lewat kata-kata mutiaranya. (Sumber: Merdeka)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Kabar gembira datang jelang peringatan Hari Kartini yang tahun ini jatuh pada Senin, 21 April 2025. UNESCO akhirnya memasukkan Surat dan Arsip Kartini sebagai Memory of the World Register pada tahun ini.

Dokumen-dokumen yang menjadi dasar penting dalam memahami kehidupan dan pemikiran Raden Ajeng Kartini semasa hidup, dari 1879--1904 itu merupakan arsip penting yang menjadi dasar perjuangan kesetaraan gender di Indonesia.

Pengajuannya dilakukan oleh Indonesia dan Belanda sejak 2023 sebagai bagian dari perjanjian kerja sama program eksekutif yang ditandatangani Sekretaris Utama ANRI Rini Agustiani dan Direktur Perpustakaan Universitas Leiden Kurt de Belder. Dua negara sepakat berkolaborasi lantaran menyimpan jejak penting dari kehidupan perempuan yang lahir pada 21 April 1879 itu.

Dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Jumat (18/4/2025), banyak surat Kartini yang menjadi sumber utama pemikirannya itu disimpan di berbagai insitusi Belanda. Sementara, dampak dari ide-idenya tentang pendidikan, emansipasi, dan perjuangan untuk kesetaraan gender tercermin dalam arsip Kartini yang ada di Indonesia.

Mengutip laman News Liputan6.com, Duta ANRI Rieke Diah Pitaloka menyatakan bahwa arsip Kartini sangat penting untuk dijadikan memori kolektif dunia, khususnya surat-surat Kartini kepada sahabat penanya, Stella Zeehandelaar. "Jika ditelaah lebih jauh, itu bukan sekadar perjuangan atas emansipasi perempuan," ucap dia.

Rieke berpandangan, Kartini memiliki wacana kritis atas sistem konservatif dan feodal yang melahirkan ketidakadilan. Menurut dia, ketidakadilan yang disoroti Kartini bukan hanya terjadi pada perempuan, tapi masyarakat secara umum.

"Kartini membuka cakrawala pemikiran, isu kesetaraan gender merupakan perjuangan keadilan sosial bagi setiap manusia. Kesetaraan gender merupakan perjuangan kaum perempuan untuk berperan aktif dalam upaya menghadirkan kehidupan yang lebih baik, kehidupan tanpa penindasan dalam bentuk apa pun," jelas dia.

4 Arsip Usulan Indonesia Lainnya yang Masuk Memory of the World Register UNESCO

Presiden Jokowi Hadiahi Sepeda
Para penari sedang mementaskan tari Ambabar Batik saat peringatan Hari Batik Nasional 2019 di Pura Mangkunegaran Solo, Rabu (2/10).(Liputan6.com/Fajar Abrori)... Selengkapnya

Surat dari Arsip Kartini hanyalah satu dari lima warisan dokumenter baru Memory of the World Register UNESCO yang diusulkan Indonesia tahun ini. Total ada 74 penambahan baru dalam daftar tersebut dari 72 negara dan empat organisasi internasional yang mencakup beragam topik, seperti revolusi ilmiah, kontribusi perempuan dalam sejarah, dan tonggak penting dalam multilateralisme.

Daftar ini mencakup koleksi dokumenter seperti buku, manuskrip, peta, foto, rekaman suara maupun video, yang menjadi saksi atas warisan kemanusiaan.

"Warisan dokumenter adalah elemen penting namun rapuh dari memori dunia. Karena itu, UNESCO terus berupaya melestarikannya, seperti perpustakaan Chinguetti di Mauritania atau arsip Amadou Hampâté Bâ di Pantai Gading—dengan berbagi praktik terbaik, serta memelihara daftar ini sebagai rekaman dari jejak sejarah umat manusia," ujar Audrey Azoulay, Direktur Jenderal UNESCO.

Bersama Surat dan Arsip Kartini adalah Arsip Tari Jawa: Seni Tari Mangkunegaran. Arsip itu mendokumentasikan koreografi, notasi musik, dan pertunjukan tari tradisional Mangkunegara yang diciptakan oleh Mangkunegara IV dan diteruskan hingga Mangkunegara VII (1861–1944). Koleksi ini terdiri atas 1.595 lembar dokumen teks dan 640 foto.

Arsip ini menjadi referensi utama bagi pengembangan tari klasik tradisional untuk generasi kini dan mendatang, Arsip ini tidak hanya menjadi bukti legitimasi seni asli Indonesia, tetapi juga melestarikan warisan budaya suatu kelompok etnis. 

Naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian (SSKK)

Ilustrasi Sunda
Ilustrasi Sunda. (Foto oleh Ache Surya: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-orang-orang-wanita-festival-18157411/)... Selengkapnya

Indonesia juga mengajukan Naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian (SSKK). Itu adalah naskah Sunda abad ke-16 yang saat ini disimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Ditulis di atas bahan langka yaitu daun gebang (Corypha gebanga), naskah ini termasuk satu dari hanya 30 naskah sejenis yang masih ada di Indonesia.

Berdasarkan penanggalan 1440 Saka atau 1518 Masehi, naskah ini ditulis dengan aksara Jawa Kuno dan menggunakan bahasa Sunda Kuno, sebuah bentuk bahasa yang kini sudah punah. Naskah ini memuat panduan dan ajaran moral yang mencerminkan hukum adat abad ke-16, memperlihatkan kekayaan budaya masyarakat Sunda pada masa itu, sekaligus memberikan wawasan tentang hubungan politik dan perdagangan antara suku Sunda dan berbagai negara di Asia.

Warisan dokumenter usulan Indonesia keempat yang ditambahkan UNESCO dalam Memory of the World Register adalah karya-karya Hamzah Fansuri. Pengajuannya dilakukan bersama dengan negeri jiran Malaysia.

Mengutip laman acegprov.go.id, ia disebut sebagai ulama sufi sekaligus pujangga Melayu yang hidup di masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda di Aceh. Syair Perahu bisa dibilang menjadi karyanya yang paling terkenal hingga saat ini.

 

UNESCO menyatakan bahwa Hamzah Fansuri berkontribusi besar terhadap budaya dan pemikiran intelektual Melayu pada abad ke-16, dan menandai awal dari revolusi spiritual Melayu. Ia memelopori genre kitab, yaknipenulisan akademik sistematis dalam bahasa Melayu.

Arsip Pembentukan ASEAN

Ilustrasi bendera negara anggota ASEAN
Ilustrasi bendera negara anggota ASEAN. (Gambar oleh Thuận Tiện Nguyễn dari Pixabay )... Selengkapnya

Hamzah Fansuri juga menjadi tokoh pertama yang meletakkan dasar-dasar perdebatan ilmiah dalam bahasa Melayu, baik melalui prosa maupun puisi. Karya puisinya (syair) populer di Nusantara dan berpengaruh besar dalam perkembangan sastra Melayu, serta menjadi pondasi bagi sastra modern Indonesia dan Malaysia. Melalui prosa dan puisinya, Hamzah Fansuri menyebarkan ajaran tasawuf, khususnya konsep wujudiyah (kesatuan wujud), yang kemudian membuat beberapa karyanya dibakar karena dianggap kontroversial.

Menyusul karya-karya Hamzah Fansuri adalah Arsip Pembentukan ASEAN (1967--1976) yang diajukan bersama antara Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Arsip tersebut mencatat pembentukan ASEAN oleh lima negara pendiri: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.

Koleksinya mencakup Deklarasi ASEAN 1967 dan dokumen-dokumen terkait, terdiri dari 16 berkas teks, satu foto, satu film, tiga rekaman audio, dan 12 rekaman wawancara sejarah lisan. Arsip ini menggambarkan misi dasar ASEAN untuk menjadikan negara tetangga sebagai sahabat dan membangun kepercayaan dimana sebelumnya terdapat ketidakpercayaan.

Selain itu, arsip ini menjadi bukti bahwa negara-negara yang baru merdeka dan relatif kecil dapat berperan dalam membentuk politik internasional yang lebih damai dan stabil. Koleksi ini kini menjadi referensi utama bagi diplomasi ASEAN yang dikenal dengan pendekatan “ASEAN Way”.

 

Infografis: Warisan Budaya Indonesia yang Sudah Diakui UNESCO
Infografis: Warisan Budaya Indonesia yang Sudah Diakui UNESCO... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya