Perdana di Publik, Raja Thailand Bilang Cinta ke Demonstran

Raja Thailand menyatakan cinta kepada para demonstran, yang selama ini menyerukan agar kewenangan raja dibatasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Nov 2020, 10:54 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2020, 10:54 WIB
Raja Thailand Maha Vajiralongkorn (tengah kiri) dan Ratu Suthida (tengah kanan), melambaikan tangan ke arah para demonstran di Bangkok, Thailand, Minggu, 1 November 2020. (AP)
Raja Thailand Maha Vajiralongkorn (tengah kiri) dan Ratu Suthida (tengah kanan), melambaikan tangan ke arah para demonstran di Bangkok, Thailand, Minggu, 1 November 2020. (AP)

Liputan6.com, Bangkok - Untuk pertama kalinya, Raja Thailand Maha Vajiralongkorn menyampaikan komentar publik mengenai protes-protes yang telah berlangsung beberapa bulan. Dalam kesempatan itu, dirinya menyatakan "cinta" kepada para demonstran, yang selama ini menyerukan agar kewenangan raja dibatasi.

"Kami mencintai mereka semua," kata Raja Vajiralongkorn kepada seorang wartawan dari saluran berita Channel4 seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin (2/11/2020).

Ketika ditanya apakah ia bersedia untuk melakukan kompromi, raja menjawab, "Thailand adalah negeri kompromi."

Sejumlah demo Thailand, kebanyakan dipimpin mahasiswa, pada umumnya menyerukan Perdana Menteri Prayuth Chan-o-Cha untuk mundur, tapi gerakan itu juga menyerukan perubahan dalam monarki.

Tuntutan itu belum pernah terjadi di negara di mana menghina institusi bisa berujung hukuman penjara yang lama.

Saksikan Juga Video Ini:

Demonstran Tandingan

Ilustrasi bendera Thailand (AP Photo)
Ilustrasi bendera Thailand (AP Photo)

Komentar raja itu disampaikan ketika ia bertemu dengan demonstran tandingan, yang mengenakan pakaian serba kuning dan memperlihatkan dukungan mereka kepada monarki. Beberapa bentrokan terjadi dalam protes-protes yang bersaing dalam beberapa minggu belakangan.

Demonstrasi-demonstrasi dimulai pada Februari ketika parlemen mengumumkan akan membubarkan partai Masa Depan Maju yang pro-demokrasi dan sebagian besar anggotanya anak muda. Demonstrasi-demonstrasi itu berhenti ketika negara itu menjalani karantina wilayah akibat Virus Corona COVID-19, tapi kemudian dilanjutkan lagi meski ada pembatasan pertemuan umum.

Dalam wawancara dengan VOA Thai, mantan Perdana Menteri Anand Panyarachun mengatakan dia menyetujui sebagian tuntutan gerakan itu tapi ia mengkhawatirkan seruan reformasi monarki.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya