Liputan6.com, Jakarta- Safron atau kuma-kuma adalah rempah-rempah sangat berharga yang dapat bernilai hingga US$10 ribu per kilogramnya. Tanaman tersebut pun merupakan salah satu tanaman termahal di dunia.
Dikutip dari VOA Indonesia, Senin (7/12/2020) laporan Ibrahim Rahimi dari Khost, Afghanistan, membahas tentang upaya negara tersebut mendorong warga untuk menanam rempah-rempah berwarna merah yang mahal itu.
Sejumlah pakar pertanian lokal di kawasan Qaziabad, suatu daerah kecil di distrik Tani di Provinsi Khost, Afghanistan timur, mendidik para petani tentang keuntungan finansial menanam dan mengembangkan safron atau kuma-kuma, menurut salah seorang pakar safron, Fazal Rahim.
Advertisement
Fazal Rahim menjelaskan, "Di Tani, sebagaimana juga di distrik-distrik lain, kami mendidik dan bekerja bersama mereka secara langsung untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya safron atau kuma-kuma, dan mengajarkan praktik-praktik terbaik untuk menanam dan mengembangkan produk yang menguntungkan ini".
Berasal dari bunga crocus sativus atau safron crocus, safron atau kuma-kuma adalah sejenis bumbu yang merupakan salah satu rempah utama dalam masakan Asia dan negara-negara di sekitar Laut Tengah.
Diketahui bahwa pada biasanya, safron tumbuh di Eropa, Iran, dan India.
Qazi Mohammadi, yang merupakan seorang petani setempat, telah menyisakan setengah hektare lahannya untuk ditanami safron.
Ia ingin mencoba menanam kunyit karena gandum, jagung dan tanaman-tanaman lain yang ditanamnya selama 20 tahun ini tidak memberinya pendapatan yang cukup.
Qazi menerangkan, "Mungkin lebih baik kami menanam safron karena tanaman lain tidak memberi kami pendapatan yang cukup. Yang bisa saya katakan adalah jika ini berhasil, seluruh daerah akan mulai membudidayakannya dan ekonomi di daerah ini akan membaik".
Saksikan Video Berikut Ini:
Diharapkan Gantikan Posisi Opium dan Mariyuana
Berdasarkan harga per kilogramnya, safron dinilai sebagai salah satu rempah paling mahal di dunia. Meskipun sudah sejak lama menjadi bagian dari tradisi Asia Tengah, safron baru mulai berkembang di dunia Barat. Para petani dan pejabat lokal di distrik Tani mengharapkan bahwa safron dapat menggantikan dua tanaman komersil lain, yaitu opium dan mariyuana.
Qazi mengatakan bahwa "Yang baik di daerah ini adalah tidak ada orang yang menanam opium. Jika safron bisa memberikan pendapatan lebih baik dibanding opium dan ganja, saya yakin orang-orang di daerah lain juga akan berhenti menanam tanaman haram seperti opium dan ganja".
Gelombak panas dan redahnya curah hujan kerap melanda pertanian di Provinsi Khost. Namun, untungnya untuk menanam safron tidak diperlukan air dalam jumlah banyak.
Departemen Pertanian di Provinsi Khost telah menggalakkan penanaman safron dengan menyediakan bibit dan pelatihan untuk menanam safron dalam tujuh tahun terakhir.
Advertisement