Twitter Tangguhkan 70 Ribu Lebih Akun Penyebar Teori Konspirasi QAnon

Lebih dari 70.000 akun telah ditangguhkan sebagai hasil dari upaya menekan penyebaran teori konspirasi QAnon.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 12 Jan 2021, 14:36 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2021, 14:36 WIB
20170121- Pidato Donald Trump -AFP Photo
Donald Trump jelang memberikan pidato pertamanya sebagai Presiden AS di Capitol Hill, Washington DC, AS, Jumat (20/1). Dikabarkan, Trump sendiri yang menulis dan menyusun pidato pelantikannya. (AFP Photo)

Liputan6.com, New York - Twitter mengumumkan pada Senin, 11 Januari 2021 bahwa pihaknya telah menangguhkan lebih dari 70.000 akun yang terkait dengan teori konspirasi QAnon, menyusul serangan terhadap Capitol Hill oleh massa pendukung Presiden Donald Trump.

QAnon adalah teori konspirasi sayap kanan yang diyakini FBI sebagai potensi ancaman teror domestik.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (12/1/2021), jejaring sosial tersebut memulai pembersihannya pada Jumat lalu.

Hal ini dilakukan tak lama setelah akun Twitter Donald Trump secara permanen ditangguhkan karena narasinya dianggap memicu kekerasan.

"Sejak Jumat, lebih dari 70.000 akun telah ditangguhkan sebagai hasil dari upaya kami," kata Twitter dalam sebuah postingan.

"Akun ini terlibat dalam berbagi konten berbahaya terkait QAnon dalam skala besar dan terutama didedikasikan untuk penyebaran teori konspirasi."

Sebagian besar platform media sosial -- Twitter, Facebook, Youtube -- telah mengambil tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak pendukung Trump menginvasi Capitol Hill untuk menghentikan Kongres dari sertifikasi kemenangan presiden Joe Biden, mengejutkan AS dan menodai citra internasionalnya.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

Tangguhkan Facebook dan Twitter Donald Trump Selamanya

Presiden AS Donald Trump pidato di Sidang Umum PBB. Ia menyerang China dalam pidatonya.
Presiden AS Donald Trump pidato di Sidang Umum PBB. Ia menyerang China dalam pidatonya. Dok: Gedung Putih

Facebook dan Twitter sama-sama telah menangguhkan akun Donald Trump tanpa batas waktu. Sosok yang menolak menerima hasil pemilu 3 November dan menyebarkan teori tak berdasar bahwa pemungutan suara itu dicurangi.

Kedua platform tersebut merujuk pada risiko kekerasan di masa depan, terutama sebelum pelantikan Biden pada 20 Januari.

Twitter mengatakan, pihaknya juga memperhitungkan bahwa rencana untuk lebih banyak protes bersenjata telah berkembang di dalam dan di luar layanan, termasuk serangan kedua yang diusulkan di Gedung Capitol AS dan gedung DPR pada 17 Januari mendatang.

Jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook adalah megafon pilihan Trump, dan akunnya memiliki 88 juta pengikut (followers) saat ditangguhkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya