Banjir Jakarta Disorot Media Asing, Ibu Kota yang Tenggelam Disebut sebagai Pemicu

Banjir Jakarta 2021 menjadi sorotan media asing, dengan salah satunya menyebut bahwa faktor tenggelamnya permukaan tanah Ibu Kota menjadi penyebab bencana musiman tersebut.

oleh Hariz Barak diperbarui 20 Feb 2021, 17:10 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2021, 14:01 WIB
FOTO: Banjir Jakarta, Jalan Kemang Raya Tertutup Air
Petugas menggunakan perahu karet mengevakuasi beberapa warga yang terjebak banjir di kawasan Jalan Kemang Raya, Jakarta, Sabtu (20/2/2021). Hujan yang mengguyur Jakarta sejak Jumat (19/2) membuat sejumlah titik di Jakarta terendam banjir. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena banjir Jakarta 2021 kembali menjadi sorotan sejumlah media asing, dengan salah satunya menyebut bahwa faktor tenggelamnya permukaan tanah Ibu Kota menjadi penyebab bencana musiman tersebut.

Media AS Vox, dalam videonya berjudul "Why Jakarta is sinking" yang dipublikasi dalam situs berbagi video populer pada 19 Februari 2021, menyebut bahwa permukaan tanah Jakarta --terkhusus di bagian utara-- "tenggelam 25 cm setiap tahunnya," demikian dikutip pada Sabtu (20/2/2021).

Dampak risiko dari permukaan tanah yang turun bukan hanya dirasakan pada masyarakat di pesisir pantai utara Jakarta, "namun juga 10 juta penduduknya yang tinggal agak jauh dari utara".

Vox lebih lanjut menyebut bahwa "sebagian besar kota dan jutaan rumah-rumah yang ada, bisa berada di bawah permukaan air pada 2050."

Simak video pilihan berikut:


Apa yang menyebabkan Jakarta tenggelam?

FOTO: Banjir Jakarta, Jalan Kemang Raya Tertutup Air
Petugas menggunakan perahu karet mengevakuasi beberapa warga yang terjebak banjir di kawasan Jalan Kemang Raya, Jakarta, Sabtu (20/2/2021). Hujan yang mengguyur Jakarta sejak Jumat (19/2) membuat sejumlah titik di Jakarta terendam banjir. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Vox menyebut bahwa banyaknya pompa yang menyedot air bawah tanah (pada lapisan aquifer) --guna memenuhi kebutuhan air penduduk Jakarta-- terus menerus menguras kapasitasnya.

Lapisan aquifer berada di atas batu dan tanah --di mana keduanya bak spons yang berfungsi menyerap air dari permukaan, sekaligus menopang kehidupan yang ada di atas.

Akan tetapi, sumber daya air tersebut terus-menerus terkuras dan memungkinkan permukaan tanah dan batuan yang ada di atasnya turun seiring waktu.

Secara alamiah, hal tersebut bisa dicegah jika lapisan tanah dan batuan yang bertindak sebagai spons tersebut dibiarkan sesuai dengan fungsinya, guna menyerap air hujan dan menyimpan mereka ke bawah tanah --sekaligus menyuplai kembali cadangan aquifer dan efektif mengangkat kembali lapisan yang ada di atasnya.

"Namun, pembangunan yang terus menerus di Jakarta, di mana lapisan tanah yang luas terus ditutupi oleh beton, mencegah air hujan terserap ke aquifer," sebut Vox, yang menyimpulkan bahwa hal tersebut kemudian menyebabkan banjir di permukaan.


Persoalan yang Mengakar Sejak Kolonial Belanda

FOTO: Banjir Jakarta, Jalan Kemang Raya Tertutup Air
Petugas menggunakan perahu karet mengevakuasi beberapa warga yang terjebak banjir di kawasan Jalan Kemang Raya, Jakarta, Sabtu (20/2/2021). Hujan yang mengguyur Jakarta sejak Jumat (19/2) membuat sejumlah titik di Jakarta terendam banjir. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Vox membingkai persoalan banjir Jakarta sebagai masalah yang mengakar sejak 4 abad lamanya "pada masa di mana Batavia masih berada di bawah administrasi kolonial Belanda."

Dijelaskan bahwa kolonial Belanda membangun pesisir pantai utara Jakarta seperti Amsterdam, di mana bangunan-bangunan didirikan dekat dengan air. Sejumlah kanal dibangun dan dikelola oleh kolonial untuk mengelola kebutuhan serta debit air di permukiman penduduk.

Namun, ketika pertumbuhan populasi terjadi dan kolonial Belanda mulai bermigrasi dari utara ke area selatan Jakarta, pemeliharaan kanal terabaikan.

Sementara di selatan Jakarta, kolonial Belanda membangun pompa air bawah tanah baru untuk memenuhi kebutuhan air mereka.

Sedangkan, di utara, kanal-kanal yang tak terpelihara menjadi momok dan persoalan bagi warga pribumi Batavia.

Bingkai persoalan itu berlarut hingga bertahun-tahun lamanya, bahkan hingga sekarang, Vox menjelaskan.

Seiring perkembangan zaman, "populasi yang meroket ... kebutuhan akan air tanah (aquifer) yang meningkat ... dan pembangunan yang terus menerus berlangsung," disebut oleh Vox sebagai pemicu tambahan atas tenggelamnya permukaan tanah serta memicu banjir Jakarta.


Sorotan Media Asing Lain

FOTO: Banjir Putus Akses Lalu Lintas di Jalan Kapten Tendean
Warga menyusuri Jalan Kapten Tendean yang terendam banjir, Jakarta, Sabtu (20/2/2021). Banjir yang disebabkan curah hujan tinggi memutus akses lalu lintas di Jalan Kapten Tendean. (merdeka.com/Imam Buhori)

Pada berita lain, Channel News Asia menyorot banjir Jakarta dalam artikel berjudul "In Focus: The Fight Against Jakarta's Devastating Yearly Floods"

"Pemerintah Indonesia mengkaji sejumlah opsi untuk meminimalisir banjir yang kian parah, namun ada sejumlah hambatan," tulis media Singapura itu.

Sementara Straits Times menyebut dalam beritanya yang berjudul "Floods trigger power outages, evacuations in Jakarta."


BPBD DKI Jakarta: 193 RT Terendam Banjir, 1.380 Orang Mengungsi

FOTO: Menghibur Anak-Anak Korban Banjir di Pengungsian
Relawan Forum Anak Jakarta Timur mengajak anak-anak korban banjir bermain di tempat pengungsian di Gedung SD Kampung Melayu 01/02, Kebon Pala, Jakarta, Selasa (9/2/2021). Kegiatan ini untuk mengembalikan semangat anak-anak. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyatakan, hujan yang mengguyur DKI Jakarta dan sekitarnya pada Sabtu dini hari (20/2/2021) menyebabkan banjir pada 193 rukun tetangga (RT). Sebanyak 1.380 orang harus mengungsi ke lokasi aman.

Berdasarkan data BPBD DKI Jakarta, banjir tersebut terjadi di kawasan Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat. Demikian dikutip dari Antara.

Selengkapnya...

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya