AS Puji Kemampuan Indonesia Tumpas Ranjau dan UXO

AS masih berusaha menumpas bekas-bekas ranjau semasa perang di Asia Pasifik.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 06 Apr 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2021, 12:00 WIB
Kekejian perang (8)
Ilustrasi temuan ranjau anti-tank di Rawah. (Sumber Wikimedia Commons/US Marine Corps)

Liputan6.com, Washington, DC - Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat memuji kemampuan Indonesia dalam memberantas ranjau dan unexploded ordnance (UXO). UXO adalah ranjau-ranjau yang belum meledak.

Isu ini dibahas oleh pejabat Kemlu AS, Jerry Guilbert, Chief of Programs for Weapons Removal and Abatement.

AS sedang berusaha memberantas ranjau dan UXO di wilayah Asia Timur dan Pasifik yang terdampak banyak ranjau. Ini terjadi pada Perang Dunia II hingga Perang Vietnam.

Ketika ditanya mengenai situasi di Indonesia, Guilbert berkata tidak ada program  aktif AS terkait masalah ranjau itu di Indonesia, dan Indonesia juga disebut punya kapabilitas.

"Mereka (Indonesia) memiliki kapasitas yang cukup robust untuk penumpasan explosive ordnance," ujar Guilbert, Selasa (6/4/2021).

"Jadi itu adalah kabar baik. Mereka memiliki kemampuan yang mereka butuhkan dan perlengkapanya yang mereka butuhkan untuk mengatasi isu UXO secara mandiri," lanjut Guilbert yang juga menyebut masih ada tantangan-tantangan yang perlu dihadapi.

Saksikan Video Berikut:

Berpijak dengan Aman di Bumi

ilustrasi bendera Vietnam (AFP)
ilustrasi bendera Vietnam (AFP)

Konferensi pers Kemlu AS ini adalah dalam rangka peluncuran laporan terbaru To Walk the Earth in Safety yang ke-20.

Laporan itu membahas usaha Program Penghancuran Senjata Konvensional AS.

AS menyediakan dana hingga US$ 4 miliar sejak 1993 di 100 negara untuk mendukung program ini.

Salah satu negara yang terdampak paling parah adalah Vietnam. UXO di Kepulauan Pasifik juga menjadi hambatan pertumbuhan dan agrikultur di daerah tersebut.

Dana dari AS itu juga untuk menunjang pendidikan terkait risiko explosive ordnance, bantuan bagi survivor, dan meningkatkan manajemen stockpile bagi senjata berisiko.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya