Liputan6.com, Niamey - Tujuh petugas pemilu tewas dalam pemilu presiden Nigeria pada Minggu (21/2), ketika kendaraan yang mereka tumpangi menabrak ranjau darat, demikian pernyataan seorang pejabat pemilu setempat.
Dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (22/2/2021) hal ini dianggap mencemarkan hari yang sedianya mengantarkan transisi kekuasaan demokratis pertama di negara Nigeria.
Negara di Afrika Barat itu kerap mengalami serangan militan Islam dan telah meningkatkan keamanan untuk melindungi jalannya pemungutan suara, di mana kandidat partai yang berkuasa Mohamed Bazoum bertarung melawan mantan presiden Mahamane Ousmane.
Advertisement
Baca Juga
Sebuah kendaraan milik Komisi Pemilu CENI yang ditumpangi para petugas pemilu menuju ke TPS menabrak ranjau darat di komunitas pedesaan di barat daya Dargol, ujar Harouna Mounkaila, wakil presiden cabang CENI.
"Mereka pergi untuk menurunkan kotak suara dan anggota-anggota TPS," ujarnya pada Reuters dan menambahkan tiga petugas lainnya luka parah.
Dargol terletak sekitar 80 kilometer dari perbatasan Mali, yang merupakan sarang kelompok militan.
Serangan di dua desa dekat perbatasan pada Januari lalu menewaskan sedikitnya 100 warga sipil, insiden terburuk baru-baru ini.
Dua krisis keamanan di Nigeria – yang satu di dekat perbatasan darat dengan Mali dan Burkina Faso yang merupakan lokasi beroperasinya militan terkait Al Qaeda dan ISIS, dan lainnya di sepanjang perbatasan tenggara dengan Nigeria yang merupakan lokasi operasi aktif Boko Haram – merupakan masalah kampaye yang dominan.
Â
Simak video pilihan di bawah ini:
Pilpres di Nigeria
Pada pemilu presiden putaran pertama 27 Desember lalu, kandidat partai berkuasa yang juga dikenal sebagai mantan menteri dalam dan luar negeri, Mohamed Bazoum, meraih 39,3% suara.
Sementara Ousmane meraih 17% suara. Bazoum kemudian memenangkan dukungan dari kandidat yang berada di urutan ketiga dan keempat pada pemilu putaran pertama itu.
Pemungutan suara di ibu kota Niamey tampak berjalan lancar.
Setelah memberikan suara, presiden Muhammadu Issoufou, yang mengundurkan diri setelah dua kali masa jabatan lima tahun, memuji acara bersejarah di negara yang telah mengalami empat kudeta sejak merdeka dari Perancis tahun 1960.
Advertisement